Akses nelayan dan petani di Indonesia terhadap internet masih terbatas.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk membangun ekosistem agrobisnis berkelanjutan bagi petani dan nelayan. Di sisi lain, tingkat penggunaan internet di kalangan petani dan nelayan di Indonesia relatif masih terbatas.
Secara statistik, jumlah petani atau nelayan di Indonesia yang menggunakan internet baru sekitar 4,5 juta orang.
”Sementara itu, sekitar 28,9 juta (petani dan nelayan) belum menggunakan internet. Ini data BPS,” kata Chief Marketing Officer PT Ekosistem Bisnis Nusantara (Ekosis) Ranggi Muharam pada Webinar ”KUKM Pertanian Menembus Pasar E-commerce”, Selasa (7/7/2020).
Pemerintah memiliki proyek Palapa Ring agar konektivitas internet menjangkau pelosok desa. Petani dan nelayan banyak berada di desa.
Menurut Ranggi, kondisi ini memunculkan peluang untuk mengenalkan Ekosis dan membantu petani serta nelayan mengakses fitur-fitur di dalamnya. Fitur ini antara lain menyangkut akses pasar dan akses permodalan.
Saat ini, ada 6.000 lebih pengguna Ekosis di 27 provinsi. Total transaksi sejak aplikasi diluncurkan pada September 2019 hingga saat ini sekitar Rp 5,3 miliar.
”Kami membagi pengguna ke dalam tiga kategori, yakni yang didaftarkan sebagai individu, sebagai kelompok, dan sebagai perusahaan,” katanya.
Koperasi, sebagai badan usaha, dimasukkan sebagai pengguna kategori perusahaan. Adapun kelompok yang belum berbadan usaha diakomodasi sebagai pengguna di kategori kelompok. ”Kelompok-kelompok ini dapat membantu atau mengelola individu-individu anggota mereka dalam bertransaksi,” ujar Ranggi.
Aplikasi dan tren
Dalam sambutannya di webinar, Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan Kementerian Koperasi dan UKM Dewi Syarlen menuturkan, pada era digital seperti saat ini, penggunaan mahadata dapat menjadi salah satu faktor dalam mengambil keputusan. ”Kita dapat mengetahui tren-tren yang saat ini ada di masyarakat,” katanya.
Ripai, pemilik Amelia Food di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menuturkan, di tengah pandemi Covid-19, pemanfaatan aplikasi digital membantu pemasaran produknya. Banyak pembeli potensial, baik dari industri besar maupun kecil, membutuhkan komoditas yang ada di daerah.
”Walaupun ada musibah pandemi korona ini, Alhamdulillah, pemasaran kami tetap stabil,” kata Ripai.
Jaminan keamanan di sisi pembayaran dari penyedia aplikasi digital memberi ketenangan bagi petani sehingga tidak takut mendapat harapan palsu dari pembeli. Sebaliknya, para pembeli mendapat jaminan syarat produk yang dipesan akan dipenuhi.
”Saya sudah survei ke pembeli-pembeli yang bertransaksi dengan kami. Mereka juga aman karena barang yang kami siapkan untuk mereka memenuhi spesifikasi orderan mereka,” ujar Ripai.
Executive Director Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PISAgro) Zul Martini Indrawati mengatakan, ada tiga visi PISAgro 2012-2020. Visi tersebut adalah meningkatkan produktivitas, meningkatkan peri kehidupan petani, dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
Pembeli mendapat jaminan syarat produk yang dipesan akan dipenuhi.