Siapkan Tenaga Kerja Kompeten Lewat Integrasi Dunia Pendidikan dan Industri
Tantangan ketenagakerjaan semakin ketat di tengah situasi pandemi Covid-19. Perlu ada kerja sama antara dunia usaha dan pendidikan untuk saling terintegrasi dalam menyiapkan tenaga kerja yang kompeten.
Oleh
SHARON PATRICIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persaingan para pencari kerja dalam masa pandemi Covid-19 semakin ketat. Dibutuhkan kemampuan yang terkait dengan teknologi untuk mengisi dan menjawab tantangan dunia kerja saat ini.
Hasil Kajian Cepat Daring oleh Organisasi Butuh Internasional dan Grid Network pada Desember 2019 menunjukkan, sebesar 80,4 persen atau sekitar 1.947 responden yakin mendapatkan pekerjaan yang layak di masa depan karena memiliki kompetensi yang dibutuhkan industri. Sementara 19,6 persen lainnya tidak merasa yakin karena meningkatnya jumlah pencari kerja dan semakin besarnya persaingan.
Kajian ini dilakukan terhadap 2.442 anak muda dari 10 kota di Indonesia. Sebagian besar dari mereka (92 persen) meyakini, magang atau praktik kerja sangat memberikan kesempatan untuk merasakan dunia kerja. Namun, baru 35 persen yang melakukan pemagangan atas inisiatif sendiri.
Menariknya, sebesar 97,9 persen dari responden mengatakan, mereka mau melakukan pemagangan jika ada kesempatan. Melalui pemagangan, mereka akan belajar berproses dan memiliki pengalaman langsung di tempat kerja yang dapat menjadi bekal masuk dunia kerja.
Rektor Universitas Siber Indonesia Jang Youn Cho mengatakan, perlu ada integrasi antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Melalui upaya ini, para lulusan dapat lebih cepat terserap dalam dunia kerja.
”Universitas harus menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten, yang mampu menggunakan teknologi. Nantinya, ketika lulus, mereka akan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri sehingga lebih mudah mendapat pekerjaan,” tutur Cho.
Paparan ini dibahas dalam webinar ”Reshaping the Future of Human Capital for the New Normal” yang diadakan oleh Pintaria pada Rabu (1/7/2020). Hadir pula sebagai narasumber, Chief Corporate Human Capital Development PT Astra International Aloysius Budi Santoso dan dimoderatori oleh Co-Founder HarukaEDU Gerald Ariff.
Lebih lanjut, Cho menyampaikan, pusat-pusat pelatihan juga menjadi hal penting saat ini untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan seseorang. Sebab, tantangan global semakin ketat.
”Dalam situasi pandemi Covid-19, terjadi akselerasi industri 4.0, perkembangan artificial intelligence (AI atau kecerdasan buatan) dan robotika semakin pesat. Untuk itu, para lulusan universitas harus memiliki kompetensi ini agar mampu bersaing secara global,” kata Cho.
Senada dengan itu, Aloysius Budi Santoso menyampaikan, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi masa depan dunia kerja yang didorong oleh teknologi. Perkembangan dan peningkatan kemampuan dari para pekerja pun harus terus dilakukan.
”Walau kondisi sekarang itu berat, development (pengembangan) bagi tenaga kerja harus tetap kita lanjutkan dengan biaya yang optimal. Harus tetap investasi di sumber daya manusia kita agar tetap dapat beradaptasi dan bertahan di situasi pandemi dan setelahnya,” tutur Budi.
Berbagai upaya ini dilakukan, kata Budi, agar perusahaan tetap mendapatkan penghasilan. ”Perputaran uang harus tetap dijaga, salah satunya dengan tetap menjalankan kepemimpinan yang positif,” ucapnya.
Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif agar manajemen operasional perusahaan dapat tetap berjalan. Cara ini diharapkan dapat turut serta menekan angka pemutusan hubungan kerja yang terus terjadi.