Selama pandemi covid-19, banyak startup terkendala akses pendanaan hingga hubungan dengan mitra bisnis. Bagaimana cara agar startup dapat bertahan di tengah kriris seperti pandemi Covid-19?
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 memberi tantangan besar bagi perekonomian dunia, termasuk startup. Situasi ini di satu sisi menguntungkan perusahaan baru atau startup yang dapat beraksi cepat dan fleksibel menghadapi pandemi dengan inovasi-inovasi.
Sebagian startup, terutama yang bergerak di bidang layanan kesehatan, pendidikan, e-dagang, termasuk yang diuntungkan. Hal ini terkait dengan perubahan perilaku masyarakat karena penerapan pembatasan fisik dan sosial serta perhatian lebih pada krisis kesehatan.
Perubahan itu menjadi kesempatan untuk menghadirkan inovasi solusi baru. Namun, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mencatat, pandemi juga menghambat kelangsungan banyak startup lainnya.
”Startup cenderung terkendala akses pendanaan, serta hubungan dengan pemasok dan pelanggan. Ketergantungan pada tim kerja yang kecil juga rentan karena pandemi juga mengganggu ketenagakerjaan,” kata tim ekonom OECD dalam laporan yang dipublikasikan pada Selasa (1/7/2020).
Krisis akibat pandemi juga menghambat kemunculan startup di banyak sektor. Analisis data dari negara-negara OECD, yang mayoritas di Eropa, menunjukkan, penciptaan perusahaan turun secara signifikan pada bulan Maret dan April 2020.
Penurunan terbesar terjadi di Portugal sebanyak 70 persen pada April 2020 dibandingkan dengan Maret 2020. Negara lain, seperti Hongaria, Perancis, dan Turki, secara berturut-turut turun 46 persen, 54 persen, dan 58 persen.
Ekonom OECD mencatat, beberapa pemerintahan negara memberikan bantuan pendanaan khusus untuk perusahaan baru. Misalnya, Perancis telah menyiapkan dana 4 miliar euro untuk mendukung likuiditas dan putaran pendanaan startup.
Jerman juga telah mengumumkan program bantuan startup serta memperluas dan memfasilitasi pembiayaan modal ventura. Kemudian, Inggris mengumumkan program pembiayaan bersama untuk perusahaan inovatif yang menghadapi kesulitan keuangan.
Dampak sosial
Di Indonesia, beberapa startup dinyatakan bangkrut di tengah pandemi. Salah satunya Airy Rooms, startup berumur 5 tahun yang menyediakan layanan hotel dan pemesanan tiket.
Startup asing yang berekspansi di Indonsia, seperti Stoqo dan Eatsy yang bergerak di bidang pangan dan kuliner, juga terpaksa tutup karena menurunnya pendapatan.
Meski demikian, banyak juga startup yang bertahan meski kinerja mereka terganggu pandemi. Perusahaan aplikasi Gojek, yang sempat terkendala dalam mengangkut penumpang, diakui masih bisa bertahan. Bahkan, baru-baru ini mereka masih mendapatkan suntikan dana dari perusahaan besar, seperti Facebook.
Ketua Gojek Xcelerate Yoanita Simanjuntak dalam konferensi virtual, Rabu (1/7), mengatakan, kesempatan itu juga masih bisa didapatkan beberapa startup lainnya. Kuncinya, startup harus mampu berinovasi dan berkolaborasi.
”Penting bagi kita untuk berkolaborasi dan berinovasi. Perusahaan ventura pun tetap antusias memodali bisnis yang berdampak luas bagi sosial,” katanya.
Sejauh ini, Gojek juga berupaya membantu mengakselerasi startup melalui program pembinaan dengan ahlinya. Program tersebut telah melahirkan 35 alumnus dan membantu menciptakan 1.608 lapangan pekerjaan baru, serta menarik lebih dari 30 juta dollar AS pendanaan.
Etanee, salah satu startup terpilih Gojek Xcelerate yang bergerak di bidang rantai pasok pertanian, pun mencoba strategi bertahan yang tetap mempertimbangkan dampak sosial.
Co-Founder dan COO Etanee Herry Nugraha menceritakan, sementara pembatasan sosial mengurangi permintaan dari restoran dan warung yang menjadi mitra mereka, Etanee pun berstrategi dengan menyasar pasar rumah tangga.
”Selama PSBB, layanan belanja pangan berbasis online jadi alternatif masyarakat, apalagi sekarang kita harus mengonsumsi makanan sehat. Agar penyaluran supply tidak terganggu, kami pun melibatkan masyarakat agar mau menjadi agen bisnis kami dengan sistem komisi,” ujarnya.
Strategi yang didukung kecanggihan teknologi itu pun menjadi solusi yang membantu para petani dan peternak agar tetap produktif sekaligus memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Solusi bisnis semacam itu menjadi contoh inovasi berkelanjutan, yang menjadi basis ketahanan startup di tengah situasi krisis apa pun.