Stok garam tahun lalu yang menumpuk mengancam harga panen tahun ini. Ketersediaan gudang garam belum efektif menyangga serapan dan harga produksi.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penumpukan stok garam tahun lalu, baik garam konsumsi maupun garam industri, memicu kekhawatiran harga panen garam tahun ini semakin anjlok. Peran gudang garam nasional untuk menyerap dan menyangga harga garam dinilai belum optimal.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), stok garam rakyat per 26 Juni 2020 sebanyak 680.000 ton, yang tersebar antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, jumlah gudang garam nasional sebanyak 27 unit, yang tersebar di sentra-sentra garam dengan kapasitas total 51.000 ton.
Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Jawa Timur Muhamad Hasan saat dihubungi, di Jakarta, Rabu (1/7/2020), mengemukakan, pemerintah perlu menyikapi penumpukan stok garam tahun lalu menjelang musim produksi garam pada Juli 2020. Stok garam yang masih menumpuk dapat memicu harga panen garam anjlok tahun ini. Saat ini, harga jual di tingkat petambak di kisaran Rp 250-Rp 500 per kilogram (kg).
Keberadaan gudang garam nasional juga dinilai belum efektif untuk mendorong penyerapan garam dan menyangga harga. Penyebabnya, kapasitas gudang yang sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah produksi garam. ”Gudang garam nasional baru akan efektif jika mampu menyerap 30 persen dari total produksi di sentra garam,” katanya.
Data KKP menunjukkan, realisasi produksi garam nasional pada 2019 sebanyak 2,9 juta ton, meliputi garam rakyat 2,5 juta ton dan PT Garam sekitar 400.000 ton. Tahun ini, produksi garam rakyat diproyeksikan turun menjadi 2,3 juta-2,5 juta ton, terdiri dari 1,8 juta ton garam rakyat dan PT Garam 500.000 ton.
Kapasitas gudang sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah produksi garam.
Direktur Jasa Kelautan KKP Miftahul Huda menyampaikan, target produksi yang lebih rendah itu terkait dampak Covid-19 dan musim produksi yang mundur, dari Juni 2020 menjadi Juli 2020.
Ia menilai, stok garam yang menumpuk disebabkan harga yang jatuh sehingga petambak tidak mau melepas garam, sementara serapan industri juga terbatas. Pemerintah berupaya mendorong kualitas produksi garam dengan pengadaan pabrik pencuci garam dan mesin pencuci garam. Selain itu, pihaknya mengusulkan dana stimulus untuk mengurangi biaya angkut garam. Tahun ini, total dana stimulus dan pengadaan pabrik diusulkan Rp 54 miliar.
Stok diolah
Direktur Utama PT Garam Budi Sasongko menuturkan, stok garam yang dimiliki PT Garam saat ini mencapai 200.000 ton. Sebagian stok garam itu akan diolah untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri aneka pangan.
Budi mengakui, garam yang ditumpuk terlalu lama akan memengaruhi harga panen. Tahun ini, produksi garam PT Garam diproyeksikan 450.000 ton, dengan komposisi 95 persen merupakan garam premium untuk kebutuhan industri.
Pihaknya saat ini masih memiliki sisa dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 13 miliar. Dana itu dapat digunakan untuk membantu penyerapan garam rakyat dan stabilitas harga. Namun, ia belum bisa memproyeksikan jumlah garam yang akan diserap.
”Penyerapan (garam) akan kita sesuaikan dengan situasi karena tujuan kami stabilitas harga,” kata Budi.