Dampak Paling Parah Dialami UMKM yang Andalkan Toko Fisik
Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM mengalami dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memukul keras pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Mayoritas dari mereka mengalami penurunan penjualan dengan penurunan terbesar dialami UMKM yang mengandalkan toko fisik.
”Secara umum, UMKM mengalami penurunan signifikan pada penjualan selama pandemi,” kata Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) Agus Eko Nugroho, Senin (29/6/2020).
Agus mengatakan hal tersebut saat memaparkan hasil survei pada webinar ”Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kinerja UMKM: Mitigasi dan Pemulihan”. Survei melibatkan 679 responden dari berbagai sektor di 24 provinsi, yang 83 persen di antaranya ada di Jawa.
Sebagian besar UMKM tersebut belum lama berusaha dan cenderung belum berpengalaman menghadapi krisis ekonomi pada 1998 dan 2008. Sebanyak 55,2 persen memiliki lama usaha 0-5 tahun, 24 persen selama 6-10 tahun, dan 20,8 persen berusaha 10 tahun dan lebih.
Survei menunjukkan, penjualan 94,69 persen responden turun. Adapun yang penjualannya tetap atau meningkat masing-masing 2,65 persen. ”Penurunan terbesar dialami UMKM yang mengandalkan toko fisik, yaitu toko, penjualan langsung, dan reseller,” kata Agus.
Sebanyak 70 persen lebih UMKM penjualannya turun hingga lebih dari 50 persen. Sebanyak 58,76 persen UMKM memutuskan menurunkan harga untuk mempertahankan usaha.
Survei menunjukkan, UMKM dari kelompok ultramikro dan mikro yang mengandalkan penjualan secara fisik dan usia bisnis relatif muda perlu mendapat perhatian khusus.
Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi menuturkan arti penting e-business, e-commerce, dan e-marketing pada era globalisasi dan terlebih saat pandemi Covid-19 sekarang ini. Proses bisnis, termasuk saat berpromosi serta beraktivitas jual beli barang dan jasa, harus memanfaatkan teknologi informasi.
”Tidak ada jalan lain. Kita harus mengikuti perkembangan zaman agar usaha berkembang dan berkelanjutan,” kata Syahnan.
Inisiatif
Terkait percepatan pemulihan UMKM, khususnya sektor ritel tradisional, pada Senin (29/6/2020) diluncurkan inisiatif Gerakan Toko Bersama.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pemerintah mengapresiasi Coca-Cola, UKM Center Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, dan QASA atas inisiasi Gerakan Toko Bersama tersebut.
”Sebagai salah satu solusi bertahan di saat krisis serta meningkatkan penghasilan dan kapasitas usaha dari pemilik toko atau warung tradisional untuk bersiap memasuki kenormalan baru. Diawali dengan menerapkan prosedur operasi standar yang bersih, sehat, dan aman,” kata Teten.
Presiden Direktur PT Coca-Cola Indonesia Diego Gonzales mengatakan, kolaborasi melalui Gerakan Toko Bersama ini bertujuan membantu UMKM, termasuk warung atau toko kelontong, dalam menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19.
Adapun ketua UKM Center FEB UI Zakir Sjakur Machmud menuturkan, UKM merupakan salah satu sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19 cukup signifikan. Hal ini antara lain terjadi karena UKM yang kebanyakan menyediakan produk konsumer tidak dapat terhubung langsung dengan konsumen ataupun pemasok.
Managing Director QASA Joko Wiyono mengatakan, Gerakan Toko Bersama di tahap awal akan menjangkau 500.000 toko tradisional di Indonesia.
Sementara itu, Public Affairs, Communications, and Sustainability Coca-Cola Amatil Indonesia Lucia Karina menuturkan, beberapa waktu lalu pihaknya juga memberikan fasilitas pengaman kasir berupa tirai plastik untuk banyak toko dan warung kelontong. ”Inisiatif lain pun kami siapkan,” katanya.
Sebagai langkah awal, melalui Gerakan Toko Bersama akan dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada pemilik toko mengenai prosedur operasional standar toko yang bersih, sehat, dan aman. Hal ini antara lain dilakukan melalui distribusi buku elektronik dan video yang dapat diakses di laman Gerakan Toko Bersama tersebut.