Adaptif, Masyarakat Semakin Akrab dengan Uang Elektronik
Masyarakat beradaptasi di masa pandemi Covid-19, antara lain dengan kian mengakrabi transaksi digital. Uang elektronik semakin sering digunakan dalam bertransaksi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
Industri digital berkembang pesat di masa pandemi Covid-19. Masyarakat, dengan kesadaran mengurangi interaksi langsung dengan pihak lain, kian aktif bertransaksi secara dalam jaringan.
Masyarakat yang beradaptasi dengan kondisi terkini kian akrab dengan uang elektronik berbasis cip dan berbasis server. Membayar tarif jalan tol dan ongkos bus Transjakarta bisa menggunakan uang elektronik. Membayar pesanan jasa transportasi dan membeli makanan juga bisa menggunakan dompet elektronik.
Data Bank Indonesia yang dikutip Minggu (28/6/2020) menunjukkan, jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat terus bertambah. Pada Desember 2019, sebanyak 292,299 juta uang elektronik beredar di Indonesia. Jumlah itu meningkat menjadi 412,055 juta pada April 2020.
Pada April 2020, terjadi 324,878 juta transaksi menggunakan uang elektronik dengan nilai Rp 17,552 triliun.
Penggunaan uang elektronik tak hanya di pasar, mal, atau pusat perbelanjaan. Pelancong juga bisa menggunakan uang elektronik di destinasi wisata untuk berbagai keperluan.
Bank Indonesia dan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba pada akhir tahun lalu meluncurkan Toba Smart Card di Simalungun, Sumatera Utara. Proyek percontohan itu merupakan upaya untuk meningkatkan elektronifikasi di destinasi wisata Indonesia.
Perilaku
Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menyebutkan, pandemi mengubah perilaku masyarakat sehingga lebih banyak menggunakan platform digital untuk bertransaksi. GoPay mengakomodasi perubahan itu.
Salah satu bentuknya, GoPay berkomitmen untuk melanjutkan kolaborasi dengan pengelola destinasi favorit wisatawan. Di Semarang, Jawa Tengah, tiket masuk di sejumlah tempat wisata seperti Kelenteng Sam Poo Kong, Lawang Sewu, dan Kebun Binatang Semarang menerima GoPay sebagai alat pembayaran.
Di Bandung, Jawa Barat, uang elektronik bisa digunakan di pusat kuliner malam, Cibadak Culinary Night.
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menyampaikan, sejak pemerintah memberlakukan pembatasan sosial, OVO melihat perubahan perilaku yang signifikan dalam ekosistem pembayaran digital.
”Kami yakin dapat terus menjadi pembayaran digital yang relevan bagi masyarakat Indonesia dalam era normal baru, termasuk mendukung kegiatan wisata di Indonesia,” ujarnya.
Karaniya menambahkan, pembayaran dan layanan keuangan digital berperan penting dalam menjaga kegiatan perekonomian, termasuk di sektor pariwisata.
Hasil survei Implications of Covid-19 for Retail and Consumer Goods in Indonesia oleh McKinsey & Company terhadap 711 responden pada April 2020, sebanyak 36 persen responden menggunakan aplikasi untuk membeli kebutuhan harian. Adapun 40 persen memanfaatkan laman perdagangan secara elektronik atau e-dagang selama pandemi Covid-19.
Sementara Direktur Bisnis Mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Supari menyatakan optimismenya perihal perkembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Inovasi dapat menciptakan ekosistem pariwisata dan industri kreatif yang aman dan nyaman. Adapun kolaborasi perbankan dan industri kreatif dapat menghasilkan jalan keluar di berbagai situasi, termasuk pandemi Covid-19.
”Kreativitas menjadi kata kunci untuk bisa bertahan dan keluar dari krisis yang sedang kita hadapi saat ini,” ujarnya.
Inovasi dapat menciptakan ekosistem pariwisata dan industri kreatif yang aman dan nyaman.