Ekspor karet di Kalimantan Tengah menurun hingga 60 persen selama pandemi Covid-19. Harga karet di petani pun belum membaik. Meskipun demikian, perusahaan tetap membeli karet dari petani.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS —Ekspor karet di Kalimantan Tengah menurun hingga 60 persen selama pandemi Covid-19. Harga karet di petani pun belum membaik. Meskipun demikian, perusahaan tetap membeli karet dari petani.
Wakil Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Wilayah Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah Vincentius Oei mengungkapkan, selama pandemi banyak pabrik ban dan produk karet lainnya di Eropa Barat, Amerika sampai Jepang ditutup karena penutupan wilayah. Selama bulan April-Mei menjadi masa yang paling suram di industri karet.
”Dampakna luar biasa. Banyak pabrik yang gak kuat bisa tutup, tetapi dicari celahnya terus supaya bisa tetap beroperasi. Dampaknya pasti juga bakal ke petani,” kata Vincentius di Palangkaraya, Rabu (24/6/2020).
Dari data Gapkindo Kalselteng, penurunan ekspor mencapai 60 persen dibandingkan tahun 2019 di periode yang sama, yakni Aprli hingga Mei. Pada bulan April mereka mengekspor 12.000 ton lebih karet lalu turun menjadi 9.000 ton pada bulan Mei. Biasanya, mereka bisa mengirim 24.000-33.000 ton karet mentah.
”Permintaannya lemah. Semua negara tujuan ekspor lagi menutup rapat-rapat wilayahnya jadi pasti berpengaruh,” ujar Vincentius.
Dampakna luar biasa. Banyak pabrik yang gak kuat bisa tutup, tetapi dicari celahnya terus supaya bisa tetap beroperasi. Dampaknya pasti juga bakal ke petani.
Vincentius menjelaskan, di Kalteng terdapat enam perusahaan yang tersebar di beberapa kabupaten, seperti Pulang Pisau, Barito Timur, Barito Selatan, dan Barito Utara. Meskipun ekspor menurun, perusahaan tetap membeli karet petani.
Data dari Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah, dari total 620.684 hektar perkebunan rakyat sebesar 439.659 hektar lahan merupakan perkebunan karet milik masyarakat. Lalu 146.276 hektar merupakan kebun sawit dan sisanya adalah kebun kelapa.
Pandemi juga memukul petani karet karena harga karet yang belum membaik dalam kurun waktu hampir lima tahun belakangan. Di Tumbang Rungan, Kota Palangkaraya, harga karet mentah berada di kisaran Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram. Sementara di Kabupaten Pulang Pisau, harga karet anjlok hingga Rp 5.500 per kilogram.
Tidak membaik
Kepala Desa Gohong, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Yanto L Adam mengatakan, sudah tiga tahun terakhir harga karet tidak pernah membaik. Terkahir kali harga karet mencapai Rp 10.000 per kilogram terjadi pada akhir tahun 2015.
”Masyarakat mencari mata pencarian lain. Ada yang mengganti tanaman, ada juga yang bekerja di luar desa,” ujar Yanto.
Yanto menjelaskan, saat ini warga banyak berharap pada tanaman sengon yang menjadi program unggulan desa. Mereka membuat hutan desa ditanami sengon.
”Ada juga yang gunakan kebunnya mengganti karet dengan sengon. Ada juga dengan tanaman buah,” kata Yanto.
Suradi (40), petani karet asal Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, mengungkapkan, pihaknya membuat kelompok tani khusus komoditas karet. Dengan berorganisasi, ia bisa mendapatkan harga terbaik karena tidak mampu memotong jalur distribusi.
Suradi menjelaskan, selain membuat getah yang bermutu, mereka juga diajarkan cara menyadap karet yang benar. ”Selama ini kalau nyadap kan dari kiri dari kanan, semabarangan saja. Ternyata harus dicari urat kulit pohonnya,” katanya.
Selain Suradi, ada Basuki (36) yang merupakan Ketua Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (UPPB) atau bahan olah karet rakyat Kecamatan Maliku. UPPB ini membawahi empat kelompok tani dengan total anggota 135 orang.
”Dulu kami merendam terlalu lama karet di dalam air, bisa di sungai atau kanal, lalu ada juga yang menaruh kayu atau bahkan sepatu di dalam karet supaya lebih berat,” kata Basuki.
Basuki menjelaskan, UPPB hadir untuk merubah cara pengolahan karet petani. Meskipun demikian, butuh waktu lama untuk melakukan hal tersebut.
”Awalnya yang aktif hanya lima orang, sekarang dari 135 orang yang aktif sudah 50 lebih orang. Ini sudah lumayan,” kata Basuki.