Operator Wisata Bersiap
Operator wisata alam dan petualangan mulai berbenah dalam menyambut era kenormalan baru. Berbagai produk dan layanan disesuaikan dengan protokol kesehatan agar dapat kembali beroperasi di tengah pandemi.
JAKARTA, KOMPAS — Operator wisata petualangan mulai berbenah dalam menyambut era kenormalan baru. Mereka menyesuaikan produk dan layanan dengan protokol kesehatan yang berlaku agar dapat kembali beroperasi di tengah pandemi.
Pengelola wisata rafting atau arung jeram di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Caldera Indonesia, salah satunya, telah siap beroperasi kembali mulai Kamis (25/6/2020).
”Kami akan buka besok dengan perkiraan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah dilonggarkan. Namun, kami masih menunggu kebijakan dari pemerintah kabupaten walau pemerintah pusat sudah kasih izin tempat wisata alam boleh dibuka,” kata General Manager Caldera Indonesia Rico Elfizar.
Saat dihubungi Kompas, Rabu (24/6/2020), ia mengatakan, protokol kesehatan sudah disiapkan untuk berbagai layanan, mulai dari transportasi, akomodasi, hingga fasilitas aktivitas petualang dan permainan yang tersedia. Beberapa penyesuaian untuk kegiatan luar ruangan juga sudah diuji coba sebelumnya.
”Kamis, sudah siapkan semua. Untuk rafting, satu perahu yang biasanya diisi maksimal 6 orang jadi hanya 4 orang. Helm juga dimodifikasi dengan ditambahkan face shield. Ini sudah diuji coba beberapa kali di jeram kencang dan tenang, pakai face shield jadi aman,” tuturnya.
Protokol standar untuk menjaga jarak dan kontak langsung dengan sesama tamu dan pekerja juga akan dipastikan. Dalam penggunaan mobil untuk transportasi dan keterisian tempat menginap akan dibatasi setengah kapasitas. Secara umum, per harinya mereka hanya bisa menampung maksimal 200 orang atau setengah dari kapasitas harian di masa normal.
Baca juga: Dilema Pembukaan Wisata Alam
Higienitas mobil dan fasilitas di tempat menginap juga ditingkatkan. Hand sanitizer dan tempat cuci tangan juga akan disediakan di sejumlah titik. Demikian juga pengecekan suhu tamu akan diberlakukan di beberapa pintu masuk oleh petugas.
Biaya dari peningkatan standar kesehatan itu menurut Rico tidak akan membebani tamu. Adapun mereka menyiasatinya dengan melakukan berbagai efisiensi untuk menekan biaya operasional.
”Di situasi sekarang, enggak bijak kalau pengunjung dibebani. Untuk main saja, orang pasti sekarang lebih perhitungan daripada dulu. Kami pun sekarang menarik orang untuk datang dengan memberikan promo saat pembukaan kembali,” tuturnya.
Operator wisata, seperti Travel Gokil, yang berbasis di Aceh, juga tengah menyiapkan mekanisme persyaratan peserta perjalanan, khususnya tes cepat dan PCR, untuk menyambut normal baru.
Pendiri Travel Gokil, Rizky Idrus Setiadi, mengatakan, persyaratan ini perlu dipastikan karena produk wisata yang ia tawarkan melingkupi destinasi favorit, seperti Raja Ampat di Papua Barat dan Derawan di Kalimantan Timur.
”Trip yang kami buat, kan, kebanyakan yang berbaur di masyarakat, beberapa daerah ada peraturan masing masing. Jadi, harus benar-benar dipelajari. Selain itu, kami juga perlu mengedukasi masyarakat di destinasi wisata bahwa wisatawan yang kami bawa sudah memenuhi protokol kesehatan,” katanya kepada Kompas.
Serangan balik
Penyiapan protokol kesehatan juga masih dimatangkan operator wisata pendakian gunung, Main Outdoor. Pendiri Main Outdoor, Nur Wahyu Widayatno, mengatakan, mereka harus memastikan pelayanan mereka terbaik untuk pasar menengah yang mereka sasar.
”Kami perlu perhitungkan harga dan ketersediaan fasilitas. Misalnya, ada penambahan syarat rapid test sebelum berangkat agar keamanan tinggi. Begitu juga standar operasional baru, seperti penyemprotan disinfektan, penyediaan masker,” ujarnya.
Selain menyiapkan protokol kesehatan, operator wisata yang berbasis di Jakarta itu juga tengah mendesain paket perjalanan setelah masa PSBB. Upaya itu disebut sebagai serangan balik setelah masyarakat tidak bisa keluar rumah dan menikmati alam karena PSBB.
”Kami akan buat serangan balik dengan kegiatan yang membuat orang bisa meredakan stres selama pandemi. Saat ini, keinginan masyarakat untuk main ke alam itu tidak terbendung. Untuk ini, kami masih menjalin komunikasi dengan beberapa sponsor dan pembicara,” kata Wahyu.
Tidak berhenti di situ, mereka juga tengah menggodok pembuatan platform digital, yang akan mendigitalisasi sistem pendaftaran dan informasi pendakian, khususnya di taman nasional. Platform dalam bentuk aplikasi itu diharapkan bisa meningkatkan kualitas pelayanan perjalanan wisata alam di era normal baru.
Baca juga: 10 Destinasi Wisata di DIY Jadi Percontohan Normal Baru
Filter
Ketua Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA) Cahyo Alkantana menyampaikan, operator wisata minat khusus, baik gunung, goa, tirta, maupun dirgantara, di bawah asosiasi mereka telah membuat dan menguji protokol kesehatan masing-masing dalam dua bulan terakhir.
Ia menilai, membuat protokol kesehatan relatif lebih mudah daripada melaksanakan dan mengawasinya. Oleh karena itu, normal baru akan menuntut standar tinggi pengelolaan bagi operator wisata.
”Pada akhirnya, secara alami, akan terpilih operator dan tempat wisata yang melakukan penerapan protokoler secara benar. Ini akan menjadi kompetisi, siapa yang bisa menjalankan protokoler dengan serius akan laku, tetapi yang lengah enggak akan laku,” katanya saat dihubungi, Selasa (23/6).
Ia juga berpesan agar wisatawan mementingkan kualitas pelayanan yang disediakan operator, selain meningkatkan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Dengan demikian, pekerja dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata juga terlindungi.
”Kalau sudah ada kebijakan dari pemerintah untuk membuka kegiatan wisata bagus sekali, karena ini yang ditunggu. Namun, kuncinya di protokol kesehatan karena risiko penularan masih tinggi. Jadi, kami imbau teman-teman pelaku pariwisata agar menjalankan protokol dengan pengawasan yang benar,” tuturnya.
Kepercayaan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio juga mengingatkan agar para pelaku usaha sektor pariwisata bisa membangun kepercayaan wisatawan dengan menjaga kedisiplinan penerapan protokol kesehatan.
”Jangan sampai dalam pelaksanaannya nanti malah terjadi peningkatan kasus baru karena memperbaiki protokol bisa dalam sehari, dua hari saja, tetapi mengembalikan rasa percaya itu butuh waktu yang cukup lama,” kata Wishnutama dalam konferensi pers virtual di Graha BNPB, Jakarta, Senin (22/6).
Baca juga: Bangkitkan Industri Pariwisata, Kawasan Wisata Alam Dibuka
Pada kesempatan itu, pemerintah mengumumkan, kawasan pariwisata alam dapat kembali dibuka secara bertahap. Pembukaan ini bisa mulai dilakukan di 270 kabupaten/kota yang memiliki risiko rendah penularan Covid-19.
Kawasan itu meliputi kawasan berbasis konservasi, seperti kawasan wisata bahari, konservasi perairan, wisata petualangan, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, dan geopark.
Lalu, kawasan pariwisata alam nonkonservasi yang meliputi kebun raya, kebun binatang, taman safari, desa wisata, dan kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat.
Kawasan yang boleh dibuka juga meliputi 29 taman nasional dan taman wisata alam, sesuai izin Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Pembukaan dimulai secara bertahap sampai pertengahan Juli, antara lain di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan.
Pemerintah daerah pun diminta memberi rekomendasi kepada pengelola wisata yang telah memenuhi protokol kesehatan sesuai Keputusan Menkes Nomor HK 01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.