logo Kompas.id
EkonomiKontroversi Premium
Iklan

Kontroversi Premium

Dianggap BBM paling kotor, Indonesia masih setia menyediakan premium di pasaran. Kebijakan pemerintah untuk BBM jenis ini tak pernah jelas dan tegas. BBM jenis ini juga rawan dari praktik pemburu rente.

Oleh
ARIS PRASETYO
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/NpEICLPt-gXHWFZNMIDJTRxZpXs=/1024x666/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2Fcd02b7f2-27ce-4002-b044-169f21d6204e_jpg.jpg
KOMPAS/ERWIN EDHI PRASETYA

Pengendara sepeda motor mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Manahan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (18/12/2019). Pertamina memperkirakan kenaikan konsumsi BBM jenis gasoline, yaitu premium, pertalite, pertamax, dan pertamax turbo, sebesar 15 persen pada masa libur Natal dan Tahun Baru di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Indonesia disebut-sebut satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masih memasarkan bahan bakar minyak RON 88 atau yang dikenal dengan nama pasar premium. Di seluruh dunia, diperkirakan hanya empat atau lima negara yang masih memakai bahan bakar jenis ini. Sempat direncanakan untuk dihapus, premium masih jadi primadona hingga kini.

Awal mula rencana penghapusan premium dari pasaran direkomendasikan Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi yang diketuai Faisal Basri. Menurut Faisal, Indonesia menjadi satu-satunya pembeli bensin RON 88 dan tidak memiliki kuasa sedikit pun dalam proses penentuan harga. Sistem itu membuka peluang terjadinya kartel di tingkat penjual (Kompas, 22/12/2014).

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000