Ekonomi Digital Jadi Andalan Pekerja Sektor Informal
Ekosistem ekonomi digital diandalkan sebagian pekerja di sektor informal.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, ekosistem ekonomi digital masih menjadi andalan bagi pekerja sektor informal sebagai sumber penghasilan utama. Hal ini berlandaskan peningkatan pendapatan yang signifikan secara tahunan.
Berdasarkan survei yang diadakan Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics, sebanyak 98 persen mitra GrabBike, 98 persen mitra GrabCar, dan 100 persen mitra GrabFood menggantungkan sumber pendapatannya dari ekosistem Grab Indonesia selama dan setelah pandemi Covid-19.
”Artinya, ekosistem ekonomi digital masih bisa menjadi andalan selama pandemi ataupun setelah pandemi Covid-19. Memang ada sejumlah perubahan, seperti penerapan protokol kesehatan,” kata Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri saat paparan berjudul ”Peran Gig Workers dalam Ketangguhan Ekonomi Indonesia” yang diadakan secara dalam jaringan (daring), Kamis (25/6/2020).
Keandalan ini sejalan dengan hasil survei yang menyebutkan, kontribusi ekosistem Grab Indonesia terhadap perekonomian nasional pada 2019 mencapai Rp 77,41 triliun dan meningkat dari studi yang sama pada 2018 yang sebesar Rp 44,89 triliun. Yose memaparkan, kontribusi ekonomi itu diperoleh berdasarkan nilai tambah yang diperoleh mitra saat bergabung dan dibandingkan dengan sebelum berada di ekosistem Grab.
Studi tersebut melibatkan sekitar 5.100 responden mitra Grab Indonesia yang berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Bandung, Medan, Makassar, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Palembang, dan Bandar Lampung. Survei diadakan pada Januari 2020.
Secara spesifik, survei menyebutkan, sebanyak 27 persen dari mitra GrabFood merekrut setidaknya dua orang sebagai tenaga kerjanya. Perekrutan dengan pola yang sama juga dialami oleh sebanyak 6 persen mitra GrabKios.
Pertumbuhan nilai tambah ekonomi itu salah satunya bersumber dari peningkatan penjualan mitra GrabFood. Studi menyatakan, sebanyak 48 persen mitra GrabFood menyambut peningkatan penjualan tanpa tambahan investasi. Rata-rata peningkatan penjualan mencapai Rp 3,9 juta per mitra per bulan.
Sementara itu, sebanyak 65 persen mitra GrabBike menjadikan ekosistem Grab sebagai mata pencarian. Bahkan, 49 persen responden bekerja secara penuh. Sebanyak 73 persen mitra GrabCar pun menjadikan ekosistem Grab sebagai pekerjaan utamanya.
Dari studi tersebut, sebanyak 31 persen mitra GrabBike tidak memiliki sumber penghasilan sebelum bergabung dengan ekosistem Grab. Demikian juga yang dinyatakan 26 persen mitra GrabCar.
Tak hanya soal penghasilan, ekonom Tenggara Strategics, Stella Kusumawardhani, menyebutkan, ekosistem ekonomi digital meningkatkan inklusi keuangan para mitra Grab. ”Semula, menyimpan uang di lemari menjadi pola pikir mereka. Dengan bergabung dalam ekosistem ekonomi digital, mereka merasa percaya diri untuk mendapatkan fasilitas (dari institusi) keuangan,” katanya.
Ekosistem ekonomi digital meningkatkan inklusi keuangan.
Inklusi keuangan itu tampak dari sebanyak 19 persen mitra GrabBike dan 12 persen mitra GrabCar baru pertama kali membuka rekening bank. Sebanyak 57 persen mitra GrabBike dan 79 persen mitra GrabCar menilai, bergabung dengan Grab mempermudah mereka memperoleh pinjaman. Pinjaman itu digunakan untuk memiliki kendaraan dan hunian.
Sebanyak 46 persen mitra GrabBike, 34 persen mitra GrabCar, dan 50 persen mitra GrabFood merasakan mengakses keuangan lebih mudah. Kemudahan ini berwujud kepercayaan peminjam yang meningkat dan adanya fasilitas keuangan dari Grab.
Kualitas
Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya Fathony Rahman mengatakan, mitra Grab berpendapat, nilai kualitas hidupnya meningkat 13 persen. Indikator kualitas hidup ini meliputi aspek spiritual, sosial, psikologis, fisik, lingkungan, dan ekonomi.
Dibandingkan dengan lima aspek lainnya, indikator fisik mitra Grab mendapatkan nilai terendah. ”Peningkatan kualitas ekonomi membutuhkan kerja keras yang berpotensi melelahkan badan. Untuk mengantisipasinya, perusahaan ataupun pemerintah dapat menyiapkan skema asuransi atau jaminan kesehatan,” tutur Fathony.
Menanggapi hasil studi tersebut, Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyatakan, survei menunjukkan pekerja lepas dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang tergabung dalam ekosistem Grab mampu berkontribusi pada perekonomian nasional. Bahkan, sejumlah mitra dapat menciptakan lapangan kerja di luar platform Grab.