Pandemi Covid-19 menyebabkan iklim usaha hulu migas di seluruh dunia lesu. Harga minyak jatuh dan belanja investasi dipangkas. Indonesia menghadapi tantangan besar untuk menarik investor ke dalam negeri.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persaingan menarik investor hulu minyak dan gas bumi di Indonesia kian berat dengan harga minyak mentah yang relatif rendah dalam beberapa bulan terakhir. Pandemi Covid-19 menyebabkan perusahaan hulu minyak dan gas bumi di seluruh dunia memangkas anggaran investasi sedikitnya 30 persen.
Indonesia harus mengubah kebijakan di sektor ini agar minat investor tak surut.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) periode 2006-2009 Arie H Soemarno menyebutkan, Indonesia sudah masuk kategori darurat investasi hulu migas. Tanpa investasi yang agresif di sektor ini, beban neraca keuangan Indonesia kian berat. Itu karena impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) terus meningkat seiring kenaikan laju konsumsi BBM. Padahal, produksi minyak di dalam negeri terus menurun dalam beberapa tahun terakhir.
”Apalagi ditambah dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan permintaan energi dunia menurun sehingga harga minyak mentah jatuh ke titik terendah. Perusahaan hulu migas menurunkan alokasi investasi sedikitnya 30 persen. Kondisi ini membuat persaingan untuk menarik investor semakin berat,” ujar Arie dalam webinar bertajuk ”Memahami Sektor Migas Nasional dan Global”, Selasa (23/6/2020) malam.
Kebutuhan investasi hulu migas Indonesia, lanjut Arie, setidaknya mencapai 25 miliar dollar AS per tahun. Adapun kebutuhan investasi di sektor hilir migas dalam 5 tahun mendatang sebanyak 45 miliar dollar AS. Sektor hilir yang dimaksud adalah untuk membangun infrastruktur kilang minyak ataupun infrastruktur distribusi BBM.
Meski kita sudah melakukan terobosan, kalau iklim investasi negara lain lebih menarik, tetap saja investor akan lari ke negara tersebut.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan, investasi hulu migas Indonesia naik turun dalam lima tahun terakhir. Pada 2015, realisasi investasi 17,9 miliar dollar AS dan turun tajam pada 2016 menjadi 12,7 miliar dollar AS. Pada 2017, nilai investasi 11,1 miliar dollar AS dan naik menjadi 21,6 miliar dollar AS pada 2018.
Adapun realisasi investasi pada 2019 sebesar 12,5 miliar dollar AS. Tahun ini, pemerintah menargetkan investasi sebesar 13,8 miliar dollar AS.
Seiring pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia dan menyebabkan harga minyak mentah jatuh, pemerintah memperkirakan realisasi investasi hulu migas di Indonesia terkoreksi menjadi 11,8 miliar dollar AS. Selain itu, target produksi siap jual (lifting) minyak juga dikoreksi dari 755.000 barel per hari menjadi 705.000 barel per hari.
Dari sisi eksplorasi, menurut Direktur Eksplorasi Maurel Et Prom, perusahaan migas yang berbasis di Paris, Perancis, yang sebagian besar sahamnya dimiliki Pertamina, Andang Bachtiar, Indonesia perlu mengevaluasi skema bagi hasil hulu migas yang sudah ada. Menurut dia, perlu terobosan agar skema bagi hasil dapat menarik kedatangan investor. Pasalnya, perusahaan migas raksasa yang bertahan di Indonesia terus menyusut.
”Selain itu, perlu perbandingan dengan negara lain. Meski kita sudah melakukan terobosan, kalau iklim investasi negara lain lebih menarik, tetap saja investor akan lari ke negara tersebut. Jadi, memang perlu evaluasi secara internal apakah skema bagi hasil hulu migas kita sudah menarik atau belum di mata investor,” kata Andang.
Permintaan minyak yang rendah menyebabkan harga minyak merosot drastis. Sejumlah perusahaan terpaksa merevisi proyeksi kinerja masing-masing.
Andang meyakini potensi sumber daya migas Indonesia masih besar. Pasalnya, masih banyak cekungan hidrokarbon yang sama sekali belum diteliti. Oleh karena itu, penggunaan dana komitmen kerja pasti untuk kegiatan eksplorasi menemukan sumber cadangan migas baru harus digunakan lebih efektif.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pekan lalu, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetjipto mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas hulu migas di Indonesia terhambat. Permintaan minyak yang rendah menyebabkan harga minyak merosot drastis. Sejumlah perusahaan terpaksa merevisi proyeksi kinerja masing-masing.
”Rata-rata semua perusahaan hulu migas di dunia memangkas modal kerja mereka tahun ini sebesar 30 persen,” kata Dwi.
Dwi menambahkan, pandemi Covid-19 yang menyeret harga minyak mentan dunia dan harga gas alam berdampak signifikan pada investasi hulu migas di Indonesia. Hingga Mei 2020, realisasi investasi hulu migas Indonesia sebanyak 3,93 miliar dollar AS.