Meski banyak berkaitan dengan pergerakan ekonomi masyarakat, wisata alam dinilai tidak perlu direlaksasi segera.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Izin pembukaan taman nasional dan taman wisata alam oleh pemerintah pusat dinilai masih terlalu dini. Relaksasi ini dikhawatirkan meningkatkan potensi penyebaran Covid-19.
Hal itu diutarakan Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Husein Habsyi kepada Kompas, Selasa (23/6/2020). Keputusan terbaru tersebut dianggap terburu-buru karena masih tingginya kasus positif Covid-19 secara nasional.
”Wacana new normal sudah menggaung di masyarakat. Harusnya ini baru dilakukan ketika kasus sudah berkurang selama beberapa minggu berturut-turut. Saat itu, kegiatan ekonomi baru boleh dibuka dengan penerapan normal baru sedikit demi sedikit,” katanya.
Meski kegiatan wisata juga banyak berkaitan dengan pergerakan ekonomi masyarakat, ia menilai wisata alam tidak penting untuk direlaksasi segera. Keputusan ini harus mempertimbangkan aspek perilaku dan kesiapan operator wisata dan wisatawan.
”Tempat wisata alam bisa ditunda kalau tujuannya untuk kesenangan. Apalagi masyarakat cenderung lebih lepas, mereleksasi hubungan antarmanusia dan aturan ketika berwisata. Ini yang membuat kami sangat khawatir kalau banyak tempat yang dibuka,” katanya.
Jika tetap direlaksasi, operator wisata harus bisa memastikan aturan terkait kewaspadaan Covid-19 ada dan diawasi secara ketat. Aturan ini seperti protokol standar berupa pendisiplinan penggunaan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.
Bertahap
Kesiapan penyediaan protokol kesehatan juga tengah dipastikan Indonesia Adventure Travel Trade Association (IATTA), kepada operator wisata petualangan yang menjadi anggotanya, sejak dua bulan terakhir.
Ketua IATTA Cahyo Alkantana, saat dihubungi terpisah, mengatakan, asosiasi pelaku wisata minat khusus, baik gunung, goa, tirta (air), maupun dirgantara, kini telah menguji coba protokol kesehatan tersebut untuk diterapkan. Beberapa bahkan sudah disetujui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
”Teman-teman kami memang menghendaki wisata ini segera dibuka karena sudah terlalu lama tidak ada pemasukan. Namun, saran kami jangan serta-merta dibuka semua karena penularan bisa meluas kepada masyarakat dan kru operator. Protokol ini gampang dibuat, tapi susah mengontrol dan mengawasinya,” ujarnya.
Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Senin (22/6/2020) lalu, menyampaikan, pemerintah mengizinkan pembukaan kawasan pariwisata alam secara bertahap di 270 kabupaten yang memiliki risiko rendah penularan Covid-19.
Kawasan itu meliputi kawasan berbasis konservasi, seperti kawasan wisata bahari, konservasi perairan, wisata petualangan, taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, suaka margasatwa, dan geopark. Lalu, kawasan pariwisata alam non-konservasi yang meliputi kebun raya, kebun binatang, taman safari, desa wisata, dan kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat.
Pemerintah daerah pun diminta memberi rekomendasi kepada pengelola wisata yang telah memenuhi protokol kesehatan sesuai Keputusan Menkes Nomor HK 01.07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam rangka Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
”Jumlah pengunjung kawasan pariwisata alam akan dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas normal. Keputusan membuka kawasan pariwisata alam diserahkan kepada bupati/wali kota,” katanya.
Masih bersiap
Sebagian penyelenggara kegiatan wisata masih menyiapkan diri dan menunggu perkembangan situasi. Biro wisata pendakian gunung yang berbasis di Jakarta, Main Outdoor, misalnya, masih mematangkan produk dan mekanisme perjalanan aman di tengah pandemi.
Pendiri Main Outdoor, Nur Wahyu Widayatno, mengatakan, mereka harus memastikan pelayanan mereka terbaik untuk peserta perjalanan, sesuai aturan protokol kesehatan. Untuk itu, beberapa penyesuaian masih perlu diperhitungkan.
"Kami perlu perhitungkan harga dan ketersediaan fasilitas. Moda transportasi elf, misalnya, yang biasanya bisa diisi 12 orang jadi hanya 6 orang. Tenda yang biasanya satu untuk empat orang jadi untuk dua orang. Lalu, ada penambahan syarat rapid test sebelum berangkat agar keamanan tinggi. Begitu juga standar operasional baru, seperti penyemprotan disinfektan, penyediaan masker," katanya kepada Kompas.
Sementara itu, pemilik biro perjalanan Travel Gokil, yang berbasis di Aceh, Rizky Idrus Setiadi, mengaku masih akan memantau perkembangan situasi pandemi di Indonesia. Dalam waktu dekat, ia belum bisa memastikan bisa kembali menyediakan perjalanan ke destinasi wisata favorit, antara lain Raja Ampat di Papua Barat dan Derawan di Kalimantan Timur.
”Trip yang kami buat kan kebanyakan yang berbaur di masyarakat, beberapa daerah ada peraturan masing masing. Jadi harus benar-benar dipelajari,” katanya.