Kisah 106,4 Miliar Porsi Mi Instan Dunia dan Ekspansi Mi Indonesia
Asosiasi Mi Instan Dunia merilis, 106,4 miliar porsi mi instan dikonsumsi sepanjang 2019. Indonesia berada di urutan kedua konsumen mi instan terbesar dunia dengan jumlah konsumsi 12,6 miliar bungkus.
Oleh
M Paschalia Judith J/hendriyo widi
·3 menit baca
Mi merupakan salah satu makanan yang digemari di berbagai belahan dunia. Hampir setiap negara di dunia memiliki aneka ragam masakan khas berbahan baku utama mi. Sampai-sampai agar tahan lama dan bisa beredar dalam suatu negara atau bahkan ke negara lain, mi diproduksi menjadi mi instan.
Asosiasi Mi Instan Dunia (World Instant Noodles Association/WINA) merilis, 106,4 miliar porsi mi instan telah dikonsumsi sepanjang 2019. Dari 15 negara konsumen teratas, 10 negara di antaranya dari Asia yang mencakup lebih dari 80 persen konsumsi mi instan.
China menempati urutan pertama sebagai negara pengonsumsi mi terbesar di dunia dengan jumlah konsumsi 41,5 miliar bungkus mi instan. Indonesia menempati urutan kedua konsumen mi instan terbesar di dunia dengan jumlah konsumsi 12,6 miliar bungkus mi instan dalam setahun. Kemudian disusul oleh India, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.
Indonesia menempati urutan kedua konsumen mi instan terbesar di dunia dengan jumlah konsumsi sebanyak 12,6 miliar bungkus mi instan dalam setahun.
Tak mengherankan jika pasar mi yang telah mengglobal itu dimanfaatkan sejumlah korporasi dari sejumlah negara di dunia untuk mengekspansi negara lain dengan mi. Jepang dan Korea Selatan, misalnya, telah menanamkan mi khas mereka di Indonesia, baik dalam bentuk mi instan maupun waralaba.
Indonesia juga tidak mau kalah. Salah satu pelaku industri makanan dan produsen mi instan nasional yang telah berekspansi adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Pada tahun ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk telah menandatangani perjanjian jual beli saham dengan Pinehill Corpora (51 persen) dan Steele Lake Limited (49 persen) untuk mengakuisisi seluruh saham Pinehill Company Limited. Keputusan transaksi akuisisi ini akan dibahas dalam rapat umum pemegang saham luar biasa pada 15 Juli 2020.
Sekretaris Perusahaan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Gideon A Putro, Senin (22/6/2020), mengatakan, nilai transaksi dari akuisisi yang direncanakan senilai 2,99 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 41,67 triliun.
”Akuisisi itu menempatkan korporasi pada posisi strategis yang sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang. Perusahaan pun dapat memperkuat posisi pasarnya di delapan negara tempat anak-anak usaha Pinehill beroperasi,” ujarnya ketika dihubungi di Jakarta.
Akuisisi itu menempatkan korporasi pada posisi strategis yang sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang. Perusahaan pun dapat memperkuat posisi pasarnya di delapan negara tempat anak-anak usaha Pinehill beroperasi.
Pinehill Company Limited memiliki 13 anak usaha yang, antara lain, bergerak di bidang investasi; produksi, penjualan, dan distribusi mi instan; serta distribusi dan perdagangan. Anak-anak perusahaan tersebut tersebar di Arab Saudi, Turki, Kepulauan Inggris Virgin, Mesir, Kenya, Maroko, Serbia, dan Nigeria. Total fasilitas produksi mi instan dari 13 anak perusahaan itu sebanyak sembilan unit yang berada di Arab Saudi, Turki, Mesir, Kenya, Maroko, Serbia, dan Nigeria.
Gideon menyebutkan, penguatan pasar itu akan fokus pada produk mi instan dengan jenama Indomie. Realisasi akuisisi itu berpotensi meningkatkan pendapatan perusahaan hingga sekitar 20 persen per tahun.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, secara jangka pendek, permintaan terhadap produk industri makanan-minuman tengah melesu akibat pukulan pandemi Covid-19 terhadap perekonomian. Namun, secara jangka panjang atau 5-10 tahun mendatang, tren permintaan makanan-minuman akan meningkat.
”Ini menunjukkan peluang ekspansi industri makanan dan minuman ke negara lain masih terbuka. Negara-negara berpopulasi besar serta sering mengimpor makanan dan minuman olahan menjadi sasaran ekspansi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim menyatakan, ekspansi bisnis bagi industri makanan-minuman merupakan strategi mengoptimalkan pasar. Dia optimistis kelompok industri tersebut dapat tumbuh 4-5 persen pada 2020.