Pendemi Covid-19, Keahlian Bisnis Digital Makin Penting
Masyarakat semakin menyadari pentingnya keahlian berbisnis dengan memanfaatkan media digital. Beragam ilmu dan cara dicari untuk mendapatkan keahlian yang kini juga dibutuhkan perusahaan dan organisasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah masyarakat semakin menyadari pentingnya keahlian di bisnis digital. Beragam cara pun ditempuh untuk mendapatkan keahlian tersebut.
Teuku Ichsan (29), karyawan swasta di Jakarta yang dihubungi Kompas, Senin (22/6/2020), misalnya, kini sedang gemar mengikuti kelas-kelas pemasaran digital. Kelas itu ia ikuti, baik secara gratis maupun berbayar, secara daring.
Keahlian yang didapat dari pelajaran tersebut diharapkan bisa membantu bisnis daring yang ia jalani setahun terakhir. Walaupun ia pernah mengenyam pendidikan sarjana di bidang manajemen pemasaran, digitalisasi dinilai banyak mengubah banyak teori yang ia dapatkan dulu.
”Dulu saya merasa jago banget, ternyata ilmu saya masih cetek. Sekarang ini, misalnya kita harus pintar memasarkan sesuatu di dua kaki, yaitu online atau offline. Masing-masing punya penanganan berbeda,” ujarnya.
Faradila (20), yang baru lulus kuliah sebagai sarjana ekonomi, juga mulai tertarik mendalami ilmu lain yang berkaitan dengan bisnis digital. Saat ini, ia sedang mengikuti kursus daring mengedit video, baik langsung oleh praktisi videografi ataupun melalui kelas di program prakerja secara cuma-cuma.
Keahlian mengedit video itu, menurutnya, dibutuhkan untuk memulai usahanya di bidang pendidikan.
”Sekarang saya rasa semua orang lebih senang belajar lewat mendengar dan melihat visual dari mana saja. Modal pintar membuat video saya rasa penting banget ke depannya, apalagi pandemi seperti ini membuat semua orang lari ke digital,” katanya.
Sementara itu, Selfi Ayu (20) belum lama ini mengikuti kursus sebagai digital influencer dari seorang praktisi. Ilmu terkait keahlian itu ia minati setelah beberapa bulan magang di pekerjaan pemasaran digital.
”Dari sana aku mulai tertarik mendalami ilmu tentang konten, influencer, media sosial. Menurutku, prospek karier di bidang tersebut memang lagi dibutuhkan, terlepas ini sesuai sama jurusan pendidikanku terakhir,” katanya.
Efek pandemi
Prospek yang dilihat orang-orang itu juga ditangkap dan ditindaklanjuti banyak perusahaan atau organisasi, terutama karena faktor pandemi Covid-19. Hal ini terungkap dari survei perkumpulan chief information officer (CIO) dan eksekutif senior di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), iCIO Community, baru-baru ini.
Survei bertajuk ”Indonesia CIO Priorities Survey During Pandemic Covid-19 and Beyond” menemukan ada tiga teknologi digital yang perlu diadopsi untuk beradaptasi dengan perubahan tren, yaitu alat pertemuan dan kolaborasi virtual, e-dagang, serta keamanan akses dan jaringan.
Temuan ini didapatkan dari survei pada 50 CIO dari berbagai industri, mulai dari perbankan, asuransi, layanan kesehatan, pemerintahan, manufaktur, logistik, telekomunikasi, pendidikan, ritel, minyak dan gas, hingga transportasi. Survei dilakukan pada 12-15 Juni 2020.
Responden menilai mereka perlu beradaptasi seiring dengan pandemi Covid-19 yang banyak mengubah cara kerja mereka. Contohnya, pembatasan fisik yang mengharuskan lebih sedikit pekerja yang boleh bekerja di tempat kerja.
Sebanyak 57 persen CIO menyatakan, mengubah model bisnis baru berbasis digital harus segera dilakukan jika perusahaan atau organisasi mereka ingin bertahan dan bisa terus tumbuh.
”Krisis ini menjadi kesempatan bagi CIO menyakinkan jajaran manajemen untuk mengakselerasi implementasi strategi transformasi digital, mendorong perusahaan untuk terus melakukan berbagai terobosan dan inovasi agar selalu relevan dengan tantangan dan mampu terus berkembang dan tumbuh secara berkelanjutan,” kata Koordinator Divisi Riset iCIO Community Abidin Riyadi Abie dalam laman mereka.
Namun, transformasi digital yang harus dilakukan perusahaan dan organisasi dinilai bukan hal mudah. Setidaknya, ada tiga tantangan yang menjadi kendala, yaitu infrastruktur TIK, pembiasaan budaya kerja jarak jauh untuk pekerja, dan keharusan mendesain ulang produk dan model bisnis perusahaan.