Senandung Hidup Buruh ”Big Apple” New York
New York adalah kota impian bagi banyak warga Amerika Serikat untuk bekerja dan mengejar kesuksesan hidup. Namun, di sisi lain, kota yang tidak pernah tidur itu merupakan sebuah kota pertaruhan nasib hidup seseorang.
”These little town blues, are melting away
I\'m gonna make a brand new start of it-in old New York
If I can make it there, I\'ll make it anywhere
It\'s up to you-New York, New York”. (Frank Sinatra)
”Di sebuah kota kecil biru itu, saya akan membuat awal yang baru. Jika saya bisa membuatnya di sana, saya akan berhasil di mana saja”. New York menginspirasi penyanyi legendaris Francis Albert Sinatra atau Frank Sinatra (1915-1998). Putra imigran Italia yang lahir di Hoboken, New Jersey, Amerika Serikat, ini memopulerkan lagu tersebut pada era 1980-an.
Bagi Sinatra, New York adalah kota impian bagi banyak warga Amerika Serikat untuk bekerja dan mengejar kesuksesan hidup. Namun, di sisi lain, kota yang tidak pernah tidur itu merupakan sebuah kota pertaruhan nasib hidup seseorang untuk mendapatkan ”hadiah besar” atau sebaliknya ”bencana besar”.
Tak heran jika, New York terkenal dengan julukan ”The Big Apple”, kota yang memberikan apel besar atau ”hadiah besar” bagi mereka yang bekerja keras dan mempertaruhkan hidupnya untuk bekerja di kota tersebut.
”Apple” merupakan sebutan untuk hadiah dalam pacuan kuda. ”Big Apple” pertama kali dipopulerkan oleh John J Fitz Gerald dalam beberapa artikelnya di New York Morning Telegraph pada tahun 1920-an tentang pacuan kuda New York.
Pada awal tahun 1970-an, New York Convention and Visitors Bureau (sekarang dikenal sebagai NYC & Company), yang waktu itu dipimpin Charles Gillett, mulai menggaungkan kembali ”Big Apple” untuk mempromosikan dan membangun citra kota New York.
Kota jasa
Akhir Januari 2020 adalah perjalanan pertama saya ke Amerika Serikat, tepatnya di Negara Bagian New York. Selama lima hari, saya dan empat jurnalis dari sejumlah negara Asia Tenggara mengunjungi sejumlah tempat di sana. Di buku panduan kami, ada kolom yang menyinggung bagaimana memberi tip saat bepergian di New York.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tip diartikan sebagai persen atau uang tambahan untuk pelayan restoran, pengangkat koper di bandara, pelayanan hotel, dan sebagainya. Di Amerika Serikat, seperti yang sering kita saksikan di film-film produksi Hollywood, pemberian tip seperti sebuah keharusan. Ibaratnya, bak ucapan terima kasih atas pelayanan yang diberikan.
Berapa besaran tip? Dalam buku panduan New York City Guide yang diterbitkan NYC & Company, tip bagi penjaga pintu hotel 1 dollar AS untuk jasa memanggilkan taksi. Sementara untuk petugas yang membawakan koper, tip disarankan sebesar 1-2 dollar AS per koper yang mereka bawa. Kalau Anda menginap di hotel, tip untuk petugas kebersihan di kamar (housekeeper) tempat menginap sebaiknya 1-5 dollar AS per hari.
Seandainya naik taksi, tip disarankan 15-20 persen dari ongkos taksi. Apabila Anda memakai jasa pemandu, 5-20 dollar AS atau 10-15 persen dari harga tiket adalah besaran tip yang dianjurkan. Nah, yang suka nongkrong di bar atau kafe, tip sebaiknya 15-20 persen dari total tagihan sebelum dikenakan pajak. Pengalaman saya saat di sebuah kafe di Brooklyn, New York, pajak yang dikenakan sebesar 8 persen dari total tagihan.
Kalau Anda menginap di hotel, tip untuk petugas kebersihan di kamar (housekeeper) tempat menginap sebaiknya adalah 1-5 dollar AS per hari.
Baca juga: Menguangkan Kemacetan
Kadang timbul pertanyaan, kenapa tip seperti sebuah keharusan di negara kaya itu? Saat kembali membaca buku panduan New York City Gudie, ada kalimat menarik mengenai tip. Dituliskan di halaman 39 Bab New York City Fast Facts: ”Many employees in the services industry earn a lower hourly minimum wage. So, gratuities or tips are expected to supplement their income (Banyak karyawan di industri jasa mendapatkan upah minimum per jam yang lebih rendah. Jadi, penghargaan atas jasa atau tip diharapkan untuk menambah penghasilan mereka)".
Ternyata, karyawan di industri jasa di sana banyak yang mendapatkan upah minimum per jam yang rendah. Jadi, pemberian tip sangat disarankan sebagai tambahan pendapatan bagi mereka. Well, saat membaca data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat bahwa upah housekeeper di sebuah hotel dalam setahun 250.000 dollar AS. Silakan dikonversi ke rupiah dan bandingkan dengan gaji Anda selama setahun.
Produk domestik bruto (PDB) New York saja melampaui PDB Indonesia pada 2017. Pada tahun tersebut, PDB kota New York 1,5 triliun dollar AS, sedangkan pada saat yang sama nilai PDB Indonesia 1,01 triliun dollar AS.
Kemurahan hati
Dalam sebuah artikel tentang tipping atau tip di laman New York Times edisi 22 Januari 2020, Karen Cleveland, kolumnis tentang etiket, berpendapat bahwa piknik adalah salah satu kenikmatan hidup yang tak semua orang bisa mendapatkannya. Oleh karena itu, memberi tip kepada seseorang yang membantu Anda selama piknik adalah penting. Di tengah upah mereka yang minim, lanjut Karen, tak ada ruginya bermurah hati memberi tip.
Nyatanya, tak semua orang yang menemani perjalanan kami di New York bersedia menerima tip. Adalah Lester Barnett yang menjadi pemandu rombongan saat kami berjalan-jalan di sekitar area kota New York. Selama dua jam, Lester memandu kami berjalan kaki dan menjelaskan banyak hal tentang lingkungan sekitar, mengenai kehidupan sosial, gedung bersejarah, dan banyak hal tentang New York.
Dengan halus, Lester menolak menerima tip yang diberikan pemimpin rombongan kami. ”Saya bekerja dengan sukarela,” ucapnya.
Bagaimana di Indonesia? Tak ada aturan tentang pemberian tip. Satu-satunya yang kerap saya alami adalah ruang untuk memberi tip diatur dalam aplikasi jasa perjalanan dalam jaringan atau taksi. Selain ada pilihan pemberian bintang satu sampai lima, sebagai indikasi kepuasan pelayanan, ada pula pilihan besaran pemberian tip dalam rupiah.
Tip yang lebih besar dipastikan memberi perasaan senang bagi pelayan.
Baca juga: New York 96 Jam
Pemberian tip, seperti yang ditulis di laman New York Times tersebut, diharapkan dapat menaikkan mutu layanan kepada konsumen. Tip yang lebih besar dipastikan memberi perasaan senang bagi pelayan. Ujung-ujungnya, mereka berusaha memberikan layanan sebaik-baiknya kepada pelanggan (di luar sembari berharap mendapatkan tip yang layak).
Bisnis jasa adalah bisnis kepuasan pelanggan. Semakin memuaskan layanan kepada pelanggan, tanpa atau dengan memberikan tip, dipercaya itu dapat menaikkan loyalitas pelanggan atau bahkan dapat menjaring pelanggan baru. Jadi, berikanlah layanan yang memuaskan pelanggan karena dengan sendirinya ”tip” (baca: kebaikan bagi bisnis) akan berdatangan.