IMF: Dunia Kembali ”Depresi Hebat”, Investasi Jadi Penyelamat
Ekonomi global akan menderita krisis keuangan terburuk sejak krisis ”Depresi Hebat” yang pernah dialami Amerika Serikat pada 1930. Untuk pertama kalinya sejak 1930, negara-negara akan bersama-sama mengalami resesi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi global dikhawatirkan berada pada jalur kontraksi yang lebih dalam dibandingkan perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) April lalu. Untungnya, iklim investasi yang sudah lebih baik dalam beberapa waktu terakhir membuat peluang pemulihan ekonomi menjadi lebih besar.
Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath memperkirakan, ekonomi global akan menderita krisis keuangan terburuk sejak krisis ”Depresi Hebat” yang pernah dialami Amerika Serikat (AS) pada 1930.
Untuk pertama kalinya sejak Depresi Hebat terjadi hampir sedekade lalu, negara dengan ekonomi maju dan berkembang pada tahun ini sama-sama mengalami resesi. Data Oulook Ekonomi Global mendatang sepertinya menunjukkan tingkat pertumbuhan negatif, bahkan lebih buruk daripada yang diperkirakan.
”Pandemi Covid-19 merupakan krisis kesehatan yang memicu krisis ekonomi karena langkah-langkah jarak sosial dan pembatasan perjalanan guna membendung virus mengekang aktivitas global,” ujar Gopinath sebagaimana dikutip Kompas dari situs IMF, Kamis (18/6/2020).
Untuk pertama kalinya sejak Depresi Hebat terjadi hampir sedekade lalu, negara dengan ekonomi maju dan berkembang pada tahun ini sama-sama mengalami resesi.
Sejumlah negara di berbagai belahan dunia saat ini sudah melonggarkan pengucian dan pembatasan sosial. Namun, menurut Gopinath, pembukaan justru menimbulkan tantangan lain, di mana beberapa negara bergulat dengan meningkatnya kasus.
IMF mencatat industri jasa terpukul keras dibandingkan manufaktur. Namun menurut Gopinath, hal yang terjadi saat ini punya perbedaan dengan krisis yang terjadi sebelumnya di saat kurangnya aktivitas investasi menghantam kinerja industri manufaktur.
”Karena saat ini tingakat investasi baik, ada kemungkinan permintaan konsumen yang terpendam akan rebound dalam waktu cepat,” kata Gopinath.
Namun, di balik sejumlah hal negatif tersebut, lanjut Gopinath, terdapat sisi positif yang masih perlu diantisipasi, salah satunya krisis kesehatan berpotensi membuat masyarakat akan menabung dan berinvestasi lebih banyak. Terlebih saat ini bursa saham dunia telah mencapai level tertinggi baru semenjak pandemi Covid-19 menyerang.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi mengatakan, antusiasme masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal tidak surut meski kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sekitar 27,84 persen sepanjang 2020. Sejak awal Januari hingga April 2020, jumlah investor pasar modal meningkat hampir 11 persen.
”Di tengah penurunan indeks, minat investasi investor domestik kita catat naik. Turunnya indeks ini ditangkap sebagai peluang berinvestasi,” ujarnya.
Hasan menjelaskan, total jumlah investor pasar modal yang terdiri atas investor saham, reksa dana, dan obligasi per akhir April yang lalu telah mencapai 2,75 juta investor. Sementara untuk investor saham sendiri, tercatat 1,19 juta investor naik sekitar 8 persen dibandingkan jumlah investor saham pada akhir tahun lalu sebanyak 1,1 juta investor.
Lebih lanjut, Hasan mengungkapkan, pertumbuhan investor yang terjadi belakangan ini disebabkan gencarnya aktivitas edukasi pasar modal yang dilakukan bersama anggota bursa dan kantor perwakilan BEI di daerah-daerah.
Pertumbuhan investor yang terjadi belakangan ini disebabkan gencarnya aktivitas edukasi pasar modal yang dilakukan bersama anggota bursa dan kantor perwakilan BEI di daerah-daerah.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan edukasi dilakukan secara daring. Berdasarkan demografi, lanjut Hasan, pertumbuhan investor baru usia 18-25 tahun atau biasa disebut generasi milenial, lebih cepat dibandingkan investor usia lainnya.
”Pertumbuhan investor milenial dalam tiga sampai empat tahun terakhir tercatat sekitar 60.000 investor. Saat ini 280.000 investor generasi milenial, penambahannya sekitar empat kali lebih,” ujarnya.