JAKARTA, KOMPAS — Tidak hanya kualitas produk yang baik, membangun merek atau brand juga menjadi modal penting bagi pelaku usaha untuk memasarkan produknya. Membangun brand bagi pelaku usaha dinilai sebagai dasar untuk membuat bisnis tetap bertahan dan berlanjut.
Founder Cokelat nDalem, Meika Hazim, menyampaikan, kata ndalem yang memiliki arti rumah dipilih karena memang awal pembuatan produk ini dilakukan di rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengalaman sederhana yang membawa produk tetap bertahan sejak 2013.
”Jadi maksudnya, cokelat yang dibuat dengan hati, dari rumah hati, dan tanda hati (oleh-oleh) dari Jogja. Akhirnya, cokelat nDalem sendiri menjadi satu cerita yang komplet,” kata Meika, Rabu (17/6/2020).
Meika membagikan pengalamannya dalam dalam Webinar Bincang Kita bertajuk ”Membangun Brand dalam Era New Normal” yang diadakan oleh KitaTama. Hadir pula sebagai narasumber, antara lain, Founder Queen Beer, Martias Samsudin; dan Social Impact Manager Warung Pintar, Jiwo Damar; yang dimoderatori oleh Founder Jagoan Indonesia, Dias Satria.
Dalam masa pandemi coronavirus disease (Covid-19), kata Meika, cokelat nDalem menjadi salah satu usaha yang terdampak karena selama ini mengandalkan kunjungan wisatawan. Untuk bertahan, ia menghadirkan inovasi baru, yaitu cokelat Tanda Hati sebagai brand keempat.
”Sebelum Covid-19, kami punya tiga brand, ada nDalem flavoured chocolate, boenbeans, dan oui chocolate. Tapi karena toko oleh-oleh tutup, kami akhirnya coba menghadirkan cokelat Tanda Hati, yaitu minuman cokelat yang dibuat dalam bentuk bubuk sehingga lebih tahan lama,” ujar Meika.
Selain mempertahankan brand, Meika juga menilai, kolaborasi menjadi langkah penting untuk mempertahankan usaha. Salah satunya, dilakukan dengan pemilik usaha Matchaku dan memproduksi cokelat rasa matcha sehingga menjadi produk Machacho.
Baca juga: Media Sosial, Tak Sekadar Jaringan Pertemanan
Tak hanya itu, kolaborasi juga dilakukan dengan Universitas Gadjah Mada untuk memproduksi Chobio atau cokelat probiotik. Produk cokelat pun tidak hanya menjadi camilan, tetapi sebagai makanan yang baik untuk pencernaan.
”Di pandemi Covid-19 ini, kami merasa banget bahwa yang menyelamatkan usaha itu adalah teman-teman terdekat. Melalui kolaborasi dan juga proses riset, kami jadi bisa menghadirkan produk-produk baru untuk kemajuan bersama,” kata Meika.
Begitupun yang dialami oleh Martias Samsudin yang membangun brand Queen Beer sejak 2010. Bertahannya bisnis pakaian ini karena adanya pertemanan yang kuat dalam suatu komunitas.
”Saya punya teman-teman di dunia musik sehingga mereka bantu dengan menggunakan produk ini saat manggung. Nama Queen Beer itu sendiri dipilih karena menarik saat didengar dan secara penyusunan huruf kalau di baju itu pas,” kata Martias yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat.
Dalam masa pandemi Covid-19, kata Martias, meski toko fisik yang dimilikinya di daerah Bekasi dan Jakarta harus tutup, usaha dalam jaringan (daring) dapat tetap bertahan. Sebab, usaha Queen Beer diawali dari penjualan daring.
”Sejak 2010, usaha ini dimulai dari berjualan di media sosial, misalnya Twitter, Kaskus, dan Facebook. Jadi ketika ada pandemi, kami masih bisa bertahan dan yang terpenting dalam membangun brand, kita harus punya prinsip, tidak ikut tren,” ujar Martias.
Keunikan suatu produk memang menjadi kekuatan bagi produk untuk bertahan, bersaing, dan berlanjut. Hal ini dirasakan oleh Jiwo Damar selaku Social Impact Manager Warung Pintar.
Menurut Jiwo, ada banyak pesaing aplikasi Warung Pintar yang menolong para pemilik warung untuk menerapkan teknologi. Untuk itu, perlu merepresentasikan keunikan produk yang akan menjadi keunggulan untuk dipilih.
”Misalnya di Warung Pintar ini, kami melakukan distribusi secara mandiri tanpa menggunakan pihak ketiga. Dengan begitu, pembeli akan tahu jaminan dari kualitas produk dan kepastian kapan barang itu akan sampai. Ini yang tidak dimiliki pesaing kami,” kata Jiwo.
Tantangannya, kata Jiwo, yaitu bagaimana mengenalkan brand kepada pengguna yang dalam hal ini adalah pemilik warung. Mereka harus diyakinkan bahwa teknologi ini bukan untuk mempersulit, melainkan untuk memudahkan proses bisnis.