Begitu mengetahui Kartu Prakerja diproyeksikan sebagai jaring pengaman sosial dalam masa Covid-19, banyak warga terdampak pandemi menanti insentif dari program ini. Untuk itu, bantuan diharapkan dapat tepat sasaran.
Sejak dibuka 11 April 2020, tercatat terdapat lebih dari 9 juta orang yang mendaftar program Kartu Prakerja. Sebanyak 680.918 orang di antaranya lolos menjadi peserta dalam tiga gelombang yang sudah dibuka.
I Wayan Sudimayasa (28), warga Bunutan, Amed, Karang Asem, Bali, lolos program Kartu Prakerja di gelombang pertama. Bapak satu anak itu mengambil paket pelatihan membuat aneka jajanan rumah yang ia beli lewat platform sekolah.mu seharga Rp 200.000. Wayan sebelumnya bekerja sebagai room-boy di sebuah vila di kawasan Amed.
Dari paket tersebut, ia memperoleh materi tertulis berisi resep-resep masakan jajanan rumah seperti sop buah dan gorengan. ”Saya dapat bahan tertulis berisi resep-resep jajanan rumahan, tidak ada kelas video atau ujian. Jadi, praktik sendiri langsung di rumah,” katanya, Selasa (5/5/2020).
Menurut Wayan, ia mengambil kelas itu untuk mengisi hari-hari kosong disertai harapan suatu hari nanti bisa memulai usaha jajanan sendiri. Ia tak mengatakan berharap mendapat pekerjaan dari keterampilan barunya dari kelas di Prakerja itu, apalagi di masa pandemi ini.
Namun, untuk memulai usaha sendiri, ia masih kesulitan modal. Sejauh ini hasil masakan masih ia coba untuk konsumsi keluarga kecilnya sendiri.
Selain mengikuti kelas pelatihan, motivasi mengikuti program ini tentunya memperoleh insentif Rp 600.000 per bulan selama empat bulan.
Ternyata pencairan dananya cukup lama. Wayan menunggu hingga beberapa pekan setelah menyelesaikan pelatihan pertama untuk memperoleh uang tersebut. ”Menurut saya, program ini positif,” ujarnya.
Warga Bali lainnya yang mengaku mendapat manfaat dari Kartu Prakerja adalah Ni Made Suma Sari (23). Ni Made yang tinggal di Badung ini berharap kelas di Prakerja dapat membantunya memperoleh pekerjaan. Dia lolos menjadi peserta Kartu Prakerja gelombang pertama dan memilih kelas Bahasa Inggris untuk pelaku pariwisata dan jasa pelatihan di platform Mau Belajar Apa dengan lembaga pelatihan bernama Paradigm.
Kelas seharga Rp 800.000 itu berlangsung selama 9 kali pertemuan dengan pengajar orang asing. Pertemuan berlangsung lewat aplikasi Zoom.
Ni Made kehilangan pekerjaannya di sebuah kedai kopi di Badung, Bali, sejak pandemi Covid-19 melanda. Selain materi pelatihan, uang insentif dari Prakerja ia nilai akan sangat membantu karena kehilangan pekerjaan.
Pengalaman mengikuti pelatihan daring lewat program Kartu Prakerja juga diakui bermanfaat. Terlebih untuk mereka yang belum mengetahui seluk beluk materi yang diberikan.
Taufikhul Hidayah (20), Warga Pangkep, Sulawesi Selatan, memilih paket kelas pemasaran daring melalui platform sekolah.mu. Taufikhul berminat belajar berjualan lewat media daring setelah pada Maret lalu kehilangan pekerjaannya di sebuah rumah makan di jalan poros Makassar-Parepare. Rumah makan tempatnya bekerja tutup karena setelah pandemi Covid19 nyaris tak ada pelanggan datang.
Meski pelatihan yang ia selesai ikuti belum mendatangkan pekerjaan dan Taufikhul juga belum dapat memulai usaha, ia menilai pengalaman selama mengikuti pelatihan melalui program Kartu Prakerja sangat bermanfaat.
”Di sana saya dapat strategi pemasaran dan materi-materi lain, sangat bermanfaat untuk bisa dipraktikkan buat saya. Saya masih tertarik mau melanjutkanambil kelas marketing pemasaran di Bukalapak,” kata Taufikhul.
Terlepas dari materi pelatihan di program Kartu Prakerja yang mendorong pesertanya menjadi wirausaha, sayangnya, bagi para pelaku usaha, pelatihan-pelatihan dalam program ini tak sesuai dengan kualifikasi yang mereka butuhkan.
Nicolev Hidayat (38), pemilik usaha pengecoran logam di Bekasi, mengakui, pencari kerja yang memiliki sertifikat Prakerja tidak istimewa. Nico tidak menjadikannya pertimbangan dalam merekrut karyawan. Untuk itu, dia tetap akan menyeleksi karyawan berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki si pencari kerja.
Menurut Nico, jenis pelatihan yang diselenggarakan pemerintah semestinya mempertimbangkan kebutuhan dunia usaha bukan hanya dari yang diinginkan peserta atau pemerintah.
”Kalau pelatihan Prakerja kan hanya online, ya, jadi agak gimana begitu. Mungkin akan lebih bermanfaat dan efektif jika ada link and match (penyesuaian) dengan dunia usaha. Jadi, materi yang dilatih sesuai dengan kebutuhan perusahaan,” tutur Nico.
M Praha Charavella (27), pemilik Ragam Coffee, Kebayoran, Jakarta Selatan, juga mengakui, sertifikat barista dari pelatihan daring tidak menjamin kemampuan seseorang bisa membuat kopi sesuai standar. ”Kelemahan pelatihan daring tentu tidak bisa merasakan kopi secara langsung. Kalau hanya metode dasar pembuatan kopi, di Youtube pun sudah ada,” katanya.
Menurut Sekaringtyas (35), praktisi sumber daya manusia yang mengelola perekrutan pelamar kerja untuk klien perusahaan, banyak pelamar memperoleh informasi lowongan dari media sosial dan grup percakapan peserta Kartu Prakerja.
Namun, tak ada dari mereka yang lolos persyaratan administrasi. Dalam kondisi ekonomi saat ini, perusahaan akan semakin ketat dalam melakukan seleksi untuk pelamar karena tak mau rugi merekrut orang yang belum meyakinkan keterampilan dan kualifikasinya.