Mulai Beroperasi Kembali, Hotel di Sumut Andalkan Pengunjung Lokal
Industri hotel di Sumatera Utara mulai bangkit kembali dengan mengandalkan pengunjung lokal. Di Medan, tingkat keterisian hotel 10 persen. Di kawasan Danau Toba keterisian hotel 30 persen.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Industri perhotelah di Sumatera Utara mulai bangkit kembali dengan mengandalkan pengunjung lokal. Di Medan, tingkat keterisian hotel masih sekitar 10 persen. Namun, di kawasan Danau Toba keterisian hotel sudah meningkat hingga 30 persen. Hotel berharap diizinkan menggelar pertemuan secara terbatas.
”Pada Juni ini hotel-hotel yang sebelumnya tutup di Sumut sudah mulai beroperasi dengan prinsip transisi menuju normal baru. Kami menerapkan protokol kesehatan yang ketat,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatera Utara Denny S Wardhana, Selasa (16/6/2020).
Denny mengatakan, selama pandemi, tingkat keterisian hotel di Sumut rata-rata 5 persen. Akibatnya, banyak hotel yang memilih tutup sementara. Sebanyak 10.000 karyawan hotel di seluruh Sumut dirumahkan atau diberhentikan.
Setelah dibuka selama Juni ini, kata Denny, tingkat keterisian hotel meningkat sedikit menjadi 10 persen. Namun, industri hotel hingga kini belum bisa menutupi beban operasional. ”Kami berharap, tingkat keterisian ini bisa naik lagi agar industri hotel bisa bangkit,” kata Denny.
Jumlah peserta, misalnya, bisa dibatasi dan diadakan di ruangan dengan kapasitas lebih besar agar jarak antarpeserta bisa diatur.
Industri hotel di Sumut, kata Denny, juga sangat berharap pemerintah memberikan izin mengadakan pertemuan, tetapi dengan pembatasan yang ketat. ”Jumlah peserta, misalnya bisa dibatasi dan diadakan di ruangan dengan kapasitas lebih besar agar jarak antarpeserta bisa diatur,” katanya.
Menurut Denny, selama ini 50 persen omzet hotel berasal dari sektor pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE). Saat ini, pasar MICE juga sudah mulai ada, tetapi mereka belum bisa menerima.
Manajer Sumber Daya Manusia Hotel Inna Parapat Vander Ambarita mengatakan, selama Juni ini tingkat keterisian hotel yang berada di kawasan Danau Toba, Kabupaten Simalungun, itu sudah mulai meningkat hingga 30 persen. ”Kami mengandalkan kunjungan wisata dari warga lokal Sumut. Kalau dari luar provinsi hampir tidak ada,” katanya.
Gencar promosi
Selama pandemi, kata Vander, tingkat keterisian hotel mereka sempat anjlok hingga di bawah 5 persen. Mereka pun melakukan promosi kepada warga lokal Sumut dengan memberi diskon harga hingga 50 persen.
Vander mengatakan, mereka menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Mereka misalnya hanya menerima tamu maksimal 50 persen dari kapasitas hotel. Tempat publik, seperti restoran dan kafe, pun masih ditutup. ”Sarapan pagi pun kami antar langsung ke kamar dengan menggunakan peralatan makan sekali pakai,” katanya.
Vander mengatakan, mereka juga menyemprot disinfektan ke kamar sebelum ditempati tamu. ”Kami juga tegas melarang tamu yang demam masuk ke hotel. Ini untuk keamanan bersama,” kata Vander.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Ria Novida Telaumbanua mengatakan, industri pariwisata di Sumut sangat terpuruk selama pandemi. ”Usaha mikro, kecil, dan menengah yang mengandalkan industri pariwisata juga terpuruk karena pengunjung yang tidak ada,” kata Ria.
Ria mengatakan, ada sekitar 6.000 UMKM yang terdapat di tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba. Pemprov Sumut pun kini menggandeng perusahaan yang ada di kawasan Danau Toba untuk menolong UMKM di Sumut. Ria berharap UMKM bisa bangkit kembali saat pariwisata sudah dibuka kembali.