Kinerja ekspor industri Indonesia dapat tetap berdaya dan menopang pertumbuhan ekonomi. Industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri tekstil akan segera menggeliat.
Oleh
M Paschalia Judith J/Agnes Theodora
·3 menit baca
Akibat pandemi Covid-19, melesunya kinerja perdagangan global diperkirakan masih berlanjut, bahkan menukik tajam pada triwulan II-2020. Akan tetapi, masih ada sejumlah celah peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia agar kinerja perdagangan tak terlalu melorot.
Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) menyebutkan, kontraksi ekspor-impor akibat pandemi Covid-19 membuat nilai perdagangan barang di tataran global pada triwulan I-2020 turun 5 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Berdasarkan sejumlah indikator, UNCTAD memproyeksikan, kinerja perdagangan global pada triwulan II-2020 merosot hingga 27 persen secara triwulanan.
Salah satu indikatornya ialah Indeks Manajer Pembelian (PMI) sejumlah negara kontributor perdagangan dunia yang berada di bawah 50 selama April-Mei 2020. UNCTAD mendata, PMI permintaan ekspor China pada April dan Mei 2020 sebesar 33,5 dan 35,8; Amerika Serikat 35,3 dan 39,5; serta komposit sejumlah negara Eropa 13,6 dan 31,9.
Secara tahunan, UNCTAD memproyeksikan kinerja perdagangan dunia sepanjang 2020 merosot 20 persen. Angka ini senada dengan proyeksi penurunan yang dirilis Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang berkisar 13-32 persen.
Menanggapi proyeksi tersebut, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, pandemi Covid-19 menghambat arus barang, khususnya yang berkaitan dengan industri nasional, baik bahan baku maupun hasil produksi.
”Proyeksi dari UNCTAD mencerminkan perdagangan dunia bergerak ke teritori negatif,” katanya saat dihubungi, Senin (15/6/2020).
Secara rinci, UNCTAD mendata, pertumbuhan kinerja sejumlah kelompok barang pada triwulan I-2020 dan April 2020. Umumnya, kinerja kelompok-kelompok itu menurun pada April 2020. Misalnya, kinerja perdagangan kelompok otomotif turun 8 persen pada triwulan I-2020, lalu melorot hingga 49 persen pada April 2020.
Kinerja perdagangan kelompok pangan dan pertanian masih tumbuh 2 persen pada triwulan I-2020, tetapi turun 2 persen pada April 2020. Sebaliknya, kelompok peralatan kantor turun 8 persen pada triwulan I-2020 dan meningkat 8 persen pada April 2020.
Agus Gumiwang optimistis kinerja ekspor industri Indonesia dapat tetap berdaya dan menopang pertumbuhan ekonomi. ”Kami melihat industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri tekstil akan segera menggeliat seiring dengan mulainya protokol masyarakat aman dan produktif dalam rangka mendukung aktivitas kebiasaan baru,” tuturnya.
Kami melihat industri otomotif, industri makanan dan minuman, serta industri tekstil akan segera menggeliat seiring dengan mulainya protokol masyarakat aman dan produktif dalam rangka mendukung aktivitas kebiasaan baru. (Agus Gumiwang Kartasasmita)
Peluang lain yang disebutkan oleh UNCTAD adalah produk medis dan kesehatan, misalnya ventilator, termometer, cairan pembersih tangan, alat pelindung diri (APD) dan masker, serta monitor. UNCTAD mencatat, pertumbuhan kinerjanya hampir dua kali lipat secara bulanan pada April 2020.
Potensi pasar
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani, permintaan dunia terhadap APD medis melonjak. Hal ini merupakan peluang bagi industri tekstil nasional.
Pelaku usaha dan industri Indonesia mesti responsif dan agresif memanfaatkan potensi pasar dengan pertumbuhan permintaan yang positif. Hal ini terwujud dalam diversifikasi produk dan pasar tujuan ekspor.
Dengan kata lain, lanjut Shinta, pelaku usaha dan industri mesti beradaptasi dengan kebutuhan pasar dan meningkatkan efisiensi produksi. ”Di tengah kondisi penyusutan pasar, persaingan dagang meningkat tajam. Imbasnya, hanya pemasok yang paling efisien dan menjawab kebutuhan pasar saja yang melakukan transaksi perdagangan,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, perdagangan dalam negeri dapat diandalkan seiring dengan dibukanya kembali ekonomi pada fase normal baru. Aktivitas yang meningkat diharapkan bisa kembali menggenjot permintaan dari pasar domestik.
Meski demikian, pemerintah akan tetap menggenjot dan mengekspansi pasar ekspor dari tradisional ke nontradisional. Selain itu, pandemi Covid-19 juga membawa peluang untuk memperluas produk ekspor andalan karena adanya pergeseran tren permintaan.
”Intinya bagaimana kita menciptakan peluang ekspor baru agar kondisinya tetap kondusif meski untuk sementara ini harus menurun,” katanya.