Penjualan Daring Lengkapi Pembukaan Pusat Perbelanjaan
Meski peritel kini dapat kembali membuka gerai fisiknya di pusat perbelanjaan di Jakarta, tidak sedikit dari mereka yang tetap membuka jalur penjualan daring.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat perbelanjaan di DKI Jakarta mulai dibuka hari ini, Senin (15/6/2020), setelah ditutup selama kurang lebih dua bulan karena aturan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Meski peritel kini dapat membuka gerai fisiknya, tidak sedikit dari mereka yang tetap membuka jalur penjualan daring.
Seperti IBox di Senayan City, Jakarta Pusat, yang kembali dibuka pada hari ini. Toko yang menjual produk gawai bermerek Apple tersebut kini dibuka dengan mempraktikkan protokol kesehatan yang disarankan, seperti penggunaan masker dan handsanitizer untuk pengunjung, serta membatasi kapasitas kunjungan.
Sales Assistant IBox, Kiko, mengatakan, toko tersebut hanya boleh dimasuki oleh mereka yang sudah tahu barang yang ingin dibeli. Kesempatan untuk melihat-lihat produknya secara langsung dan bertransaksi juga dibatasi hanya 15 menit.
Dengan pembatasan tersebut, mereka pun melengkapi cara penjualan dengan layanan mobile selling. Dengan layanan tersebut, calon pembeli dapat menanyakan langsung ketersediaan produk dan memesan melalui aplikasi pesan Whatsapp untuk diantar ke rumah.
”Layanan ini kita mulai sejak toko tutup karena adanya PSBB. Sebelumnya tidak ada,” katanya.
Tambahan layanan di luar toko luar jaringan (luring) juga dihadirkan Boga Group, yang memegang sejumlah label restoran, seperti Bakerzin dan Pepper Lunch.
Dengan mayoritas restoran ada di pusat perbelanjaan dan melayani dine-in (makan di tempat), Direktur Boga Group Kusnadi Rahardja, dalam keterangan tertulis, merasakan perubahan kebiasaan konsumen yang cenderung beralih ke daring.
”Sekarang, sekitar 98 persen bisnis kami delivery (layanan pengantaran), di mana 2 persennya dine-in karena ada di kota-kota yang tidak menerapkan PSBB ketat, seperti Samarinda dan Jogjakarta,” kata Kusnadi.
Strategi bisnis
Kebijakan bisnis itu diterapkan Boga Group karena adanya perubahan kebiasaan masyarakat yang perlu disesuaikan dengan strategi baru. Selain menyediakan layanan pengantaran, mereka juga menawarkan menu makanan beku sebagai salah satu produk utama.
Kusnadi pun memprediksi bahwa bisnis restoran mereka tidak akan seperti sebelum Covid-19. Walau konsumen tetap ingin makan di restoran, porsi layanan pengantaran dinilai masih akan tetap tinggi.
”Saya prediksi 60 persen bisnis kami masih akan ada di dine-in pasca-Covid-19. Namun, porsi delivery akan menjadi 40 persen karena sudah terbiasa ketika PSBB,” ujarnya.
Perusahaan e-commerce enabler SIRCLO dalam laporan berjudul ”Navigating Market Opportunities in Indonesia’s E-Commerce” Maret 2020 mencatat, volume penjualan secara daring di Indonesia semakin meningkat.
Mereka mencatat, saat ini pelanggan memiliki akses ke sumber informasi yang berlimpah melalui internet. Sebanyak 20 persen dari mereka mencari dan meneliti (spesifikasi, fitur, ulasan, dan membandingkan harga) produk secara daring sebelum melakukan pembelian.
Menurut Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya, walau masyarakat sudah terbiasa serba daring dan delivery, bukan berarti bisnis akan bergeser ke dunia maya. Masyarakat akan tetap menginginkan pengalaman membeli barang secara langsung.
”Ini strategi baru buat perusahaan-perusahaan. Menggabungkan offline dan online, atau omni. Transformasi digital penting, tetapi pengalaman pelanggan juga tidak kalah penting,” ujarnya.