Pasar modal belum bisa kembali naik dengan cepat karena pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk terjun di pasar modal.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini, Senin (15/6/2020), ditutup melemah 1,31 persen pada angka 4.816,33. Meski hari ini sempat naik karena pembukaan mal dan pusat perbelanjaan di Jakarta, IHSG ditutup menurun karena aksi ambil untung pelaku pasar modal dan masih lemahnya pasar modal Amerika Serikat.
Mengutip data dari situs PT Bursa Efek Indonesia, IHSG sempat mencapai posisi tertinggi pada 4.918,00 dan mencatat posisi terendah pada posisi 4.810,57.
Perdagangan hari ini dibuka pada angka 4.880,35 dan langsung merosot dengan aksi ambil untung dari pelaku pasar. Setelah, itu bursa saham kembali naik hingga puncaknya pada level 4.918,00. Namun, setelahnya bursa terus terperosok dan ditutup di angka 4.816,33.
Dari indeks sepuluh sektor yang ada, hanya ada dua sektor yang masih mencatatkan pertumbuhan, yakni sektor konsumsi dan infrastruktur. Sementara itu, delapan sektor lainnya, yaitu aneka industri, industri dasar, perdagangan, properti, manufaktur, keuangan, pertambangan, dan pertanian, mengalami penurunan.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menjelaskan, pembukaan mal dan pusat perbelanjaan di Ibu Kota sebetulnya adalah sentimen positif untuk perekonomian dan pasar modal. Pelaku usaha memaknai itu sebagai mulai kembalinya aktivitas bisnis setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
”Kalau pembukaan mal ini dibatalkan atau diundur, pasti menjadi sentimen negatif lagi,” ujar Alfred yang dihubungi, Senin.
Berdasarkan data bursa efek, setiap tanggal dimulainya pelonggaran PSBB, IHSG biasanya terkerek naik. Pada 5 Juni saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai fase transisi pertama, pasar modal berada di 4.947, naik 4,08 persen atau 194 poin dibandingkan sepekan sebelumnya. Pada 8 Juni saat Pemprov DKI Jakarta memberlakukan perindustrian kembali beroperasi, IHSG menembus angka 5.070 atau yang tertinggi sejak pengumuman pasien pertama Covid-19 di Indonesia pada awal Maret lalu.
Penurunan nilai IHSG hari, kata Alfred, karena aksi ambil untung oleh pelaku pasar modal. Setelah menyentuh nilai terendah, yakni 3.937,63 pada 24 Maret, IHSG berangsur kembali meningkat. Puncaknya adalah saat IHSG tembus level psikologis 5.000 pada perdagangan 8 Juni lalu.
”Karena IHSG sudah tinggi, pelaku pasar mulai ambil untung. Ini hal yang lumrah oleh pelaku pasar,” ujar Alfred.
Penurunan IHSG juga dipengaruhi masih lemahnya kinerja pasar berjangka (futures) di AS. Kemarin waktu AS, indeks berjangka bursa saham AS pada Dow Jones Industrial Average turun 250 poin. Indeks lainya, yakni S&P 500 dan Nasdaq 100 futures, juga mencatat penurunan masing-masing 1,0 persen dan 0,8 persen.
Alfred menjelaskan, penurunan indeks pasar modal di AS menjadi perhatian investor seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hal itu memengaruhi bagaimana investor pasar modal bersikap.
”Ada kecenderungan berhati-hati sebab koreksi di bursa AS itu sentimen negatif yang besar,” ujar Alfred.
Laju perlahan
Analis pasar modal dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo, mengatakan, pasar modal belum bisa kembali naik dengan cepat karena pelaku pasar masih cenderung menahan diri untuk terjun di pasar modal.
”Pasar masih menunggu seperti apa pelonggaran PSBB ini. Lalu seperti apa evaluasi kementerian ekonomi kita dan kebijakan ke depan seperti apa,” ujarnya.
Pembukaan kembali aktivitas pelaku usaha sektor riil, seperti pabrik, juga belum bisa sepenuhnya mendorong bursa saham. Sebab, masih banyak pabrik dan perkantoran yang belum produksi optimal dan karyawannya belum bekerja sepenuhnya.
”Pelonggaran ini tidak serta-merta mereka langsung bisa pulih kembali normal. Ini perlu waktu untuk kembali pulih,” ujar Lucky.