Pandemi Covid-19 menciptakan perubahan dalam tatanan bisnis di perkotaan. Bisa jadi, kota tak lagi jadi incaran untuk membangun kerajaan bisnis yang ramai. Sebab, pekerjaan bisa dilakukan dari mana pun.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Ramalan bahwa kota-kota besar di dunia bakal mati sudah muncul beberapa tahun lalu. Beberapa penyebabnya, antara lain, karena kota itu sakit akibat populasi tak terkendali dan pencemaran yang masif. Kini, pandemi Covid-19 diramalkan mengubah wajah kota lebih cepat dan bakal mengubah institusi bisnis karena selama ini kota jadi pusat bisnis.
Dalam sejarah, Indonesia sebenarnya juga memiliki kota-kota bisnis yang berubah seiring dengan perjalanan waktu dan kejadian yang melingkupinya. Beberapa kota yang dulu ramai dan ada di jaringan perdagangan global, seperti Banten Lama, Barus, Pangkalan Brandan, dan Samudera Pasai, berubah karena berbagai sebab hingga sepi. Bahkan, beberapa di antaranya tak diingat orang lagi.
Jatuh-bangun sebuah pusat bisnis adalah hal yang biasa. Kota-kota di dunia tumbuh ketika orang berdatangan dan akhirnya menetap di tempat itu karena daya tarik ekonomi. Mereka yang semula dari wilayah jauh akhirnya bertempat tinggal di kota karena berbagai urusan yang sering dilakukan di tempat itu. Mereka kemudian membentuk komunitas dan melahirkan generasi berikutnya.
Kini kota-kota besar menjadi episentrum wabah Covid-19 sehingga menyebabkan orang bekerja dari rumah. Bekerja tidak lagi dimulai dengan bangun pagi, berebut angkutan komuter, dan pulang pada petang hari. Mereka bisa mengerjakan berbagai tugas dari rumah. Urusan di kantor yang berlokasi di kota ternyata hanya membutuhkan sehari dalam sepekan dan bisa tuntas. Jika demikian, apa yang akan terjadi dengan sebuah kota dan pusat bisnisnya?
Bekerja dari rumah karena pandemi telah membuat beberapa pemimpin korporasi memahami banyak nilai baru dalam bekerja yang perlu diadopsi. Bekerja dari rumah ternyata produktif dan efisien. Beberapa pimpinan bisnis lain, meski agak ragu, juga melihat sebenarnya tidak ada masalah besar ketika karyawan bekerja dari rumah. Fenomena ini akan mengubah kota.
Untuk menduga kemungkinan perubahan kota, salah satu edisi majalah Foreign Policy meminta pendapat 12 pemikir dunia tentang perubahan yang bakal dialami kota-kota dunia. Secara umum, mereka melihat kota akan berubah drastis. Salah satu pemikir mengatakan, urbanisasi akan tertahan dan yang tidak tertarik ke kota akan melihat potensi pertanian. Pekerjaan bisnis di kota semakin banyak ditangani di luar kantor.
Pusat-pusat bisnis akan bergerak melambat sehingga industri pendukung, seperti transportasi, properti, dan makanan, akan melemah. Di sisi lain, upaya memperbaiki kesehatan masyarakat dan kemampuan memprediksi penyakit pada masa berikutnya akan ditingkatkan. Perencanaan kota kian memperhatikan faktor higienitas. Transporasi kota akan didesain semakin aman dan sehat. Beberapa orang masih optimistis dengan daya tarik kota sehingga tetap jadi tujuan mengadu nasib. Namun, tak sedikit yang melihat perubahan bakal terjadi di kota-kota besar.
Salah satu yang mencolok dari perubahan itu adalah kecenderungan anak-anak muda untuk meninggalkan Silicon Valley, tempat prestisius di California, Amerika Serikat, bagi yang ingin mengejar karier di bidang teknologi. Pesta telah berakhir di Silicon Valley karena sejumlah perusahaan, seperti Twitter dan Twilio Inc, sudah menawarkan karyawan mereka untuk terus bekerja di rumah tanpa batas waktu. Harga properti yang mahal menjadikan mereka juga memilih angkat kaki dari tempat itu menuju daerah pinggiran, bahkan luar kota.
Perubahan seperti itu mau tidak mau memengaruhi operasi bisnis. Para eksekutif harus mulai mengantisipasi perubahan itu dan membuat beberapa langkah. Salah satu yang diusulkan adalah mengadopsi pola pikir masyarakat berbasis internet. Kira-kira konsep ini bisa diartikan, semua pekerjaan yang bisa dijalankan dengan menggunakan fasilitas internet, tak perlu lagi tatap muka. Di beberapa perusahaan di Indonesia, pola pikir ini telah diterapkan dengan dukungan finansial bagi karyawan agar mereka efisien bekerja dari rumah.
Kantor-kantor bisnis yang selama ini mirip kerajaan dengan segala keramaiannya akan berkurang. Kantor mungkin tak lagi membutuhkan ruang-ruang yang luas sebagai akibat dari sejumlah pekerjaan yang bisa dilakukan di luar kantor, tetapi kebersihan dan kesehatan bakal dilipatkan. Karyawan tak perlu lagi bertempat tinggal di dekat kota. Mereka bisa jauh dari kawasan perkotaan.
Di sisi lain, pandemi kali ini dipastikan mengubah pengelolaan kota. Dengan aktivitas kota yang menurun, kota bisa menerapkan konsep kota cerdas lebih cepat karena berbagai perubahan memungkinkan adopsi teknologi lebih cepat pula. Misalnya, kendaraan tanpa pengemudi, transportasi berkonsep hijau, penggunaan pesawat tanpa awak untuk berbagai layanan, dan digitalisasi berbagai layanan kota. Kita menanti wajah baru kota dan pusat bisnisnya.
Dengan aktivitas kota yang menurun, kota bisa menerapkan konsep kota cerdas lebih cepat.