Fasilitas untuk Antisipasi Penularan di Mal Ditambah, Konsumen Tetap Jadi Penentu
Sejumlah investasi tambahan digulirkan pusat belanja untuk mengadopsi protokol kesehatan menjelang dibukanya kembali operasional mal. Konsumen menjadi penentu untuk menilai kelayakan pusat belanja.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pengelola pusat belanja dan pemilik gerai atau toko ritel beradaptasi dengan berupaya memenuhi standar protokol kesehatan seiring dibukanya kembali pusat perbelanjaan di Jakarta mulai Senin (15/6/2020). Inovasi teknologi dan penambahan fasilitas dilakukan untuk menggerakkan tingkat kunjungan mal.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengemukakan, pusat-pusat perbelanjaan di DKI Jakarta telah melakukan sejumlah persiapan menjelang kembali beroperasinya mal, Senin (15/6/2020). Protokol kesehatan yang ketat mutlak diterapkan oleh semua pusat perbelanjaan memasuki era normal baru.
APPBI mencatat, ada 326 pusat perbelanjaan di Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 6 persen tergolong mal kelas atas.
Sejumlah pusat belanja menambah fasilitas hingga merenovasi sarana prasarana untuk mengadopsi protokol kesehatan, di antaranya menyediakan fasilitas cuci tangan di dekat pintu masuk dan area parkir mal, cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan masker, serta mengukur suhu tubuh bagi setiap pengunjung di pintu-pintu masuk.
”Setiap pusat perbelanjaan menerapkan sistem sendiri yang mengacu pada protokol kesehatan. Dengan dibukanya kembali operasional mal, paling tidak kembali menggerakkan ekonomi dan industri terkait, seperti pabrik-pabrik penyuplai barang, distributor, serta usaha mikro, kecil, dan menengah,” kata Ridwan, di Jakarta, Minggu (14/6/2020).
Protokol kesehatan yang ketat mutlak diterapkan oleh semua pusat perbelanjaan memasuki era normal baru.
Mal juga membatasi jumlah pengunjung maksimum 50 persen dari kapasitas. Terkait ini, manajemen sebagian pusat belanja menerapkan cara akses masuk ke mal melalui sistem aplikasi atau pengunjung dapat memindai kode baca cepat (QR code) di pintu masuk mal. Dengan pemindaian itu, jumlah pengunjung mal dapat diketahui dan dibatasi sesuai kapasitas.
Di dalam mal, pengaturan jarak antar-pengunjung dijaga. Adapun untuk toko atau gerai ritel, pengaturan jarak dilakukan dengan membatasi jumlah pengunjung toko. Pengaturan jarak juga diterapkan di area toilet dengan menyediakan jalur antrean.
Di gerai makanan dan minuman, pemesanan makanan diupayakan menggunakan menu digital. Upaya menghindari kontak langsung dan sentuhan juga diterapkan untuk transaksi pembayaran.
Ridwan menambahkan, beberapa pengelola mal juga berinovasi dengan menerapkan fasilitas sensor untuk operasional lift guna menghindari sentuhan tombol lift. Mal-mal yang dimiliki Grup Pakuwon Jati, seperti Gandaria City, dan Kota Kasablanka, menerapkan fasilitas pemindaian pengunjung dan akses sensor pada lift. Biaya-biaya untuk fasilitas tambahan itu sepenuhnya ditanggung oleh pemilik pusat belanja.
”Kenaikan biaya (sewa) tidak mungkin dilakukan saat ini. (Pengelola pusat belanja) jangan menghitung untung-rugi. Yang terpenting, ada win-win solution dengan pengelola ritel untuk bersama menggerakkan ekonomi,” kata Ridwan yang juga Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk.
Upaya penyesuaian terhadap kondisi ”normal baru” dilakukan sejumlah pengelola pusat belanja agar mal tetap menjadi pilihan destinasi berbelanja dan wisata. Mal Central Park dan Neo Soho Mall juga menerapkan ketentuan-ketentuan baru untuk pengunjung selain penyediaan fasilitas tambahan sesuai panduan protokol kesehatan.
Asisten Marketing Communication and Relation General Manager Central Park dan Neo Soho Mall Silviyanti Dwi Aryati mengemukakan, waktu operasional mal bergeser menjadi sembilan jam, yakni pukul 11.00-22.00. Sementara peritel (tenant) yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari, farmasi dan perbankan akan buka satu jam lebih awal. Pengunjung juga diwajibkan menggunakan masker.
Waktu operasional mal bergeser menjadi sembilan jam, yakni pukul 11.00-22.00.
Central Park dan Neo Soho Mall juga menerapkan fasilitas lift bersensor dengan meletakkan telapak tangan di atas sensor dengan jarak 10 cm untuk mengaktifkan tombol lift. Foot pedal juga disediakan pada lift agar para pengunjung bisa menghindari kontak langsung memakai tangan untuk memilih lantai yang dituju. Penyemprotan sanitasi disinfektan juga dilakukan secara berkala.
”Kami menerapkan protokol kesehatan normal baru yang dijabarkan untuk seluruh pengunjung. Edukasi dan informasi mengenai virus korona baru juga terus dilakukan melalui jejaring media sosial hingga media promosi di dalam mal,” kata Silviyanti Dwi Aryati, Asisten Marketing Communication and Relation General Manager Central Park dan Neo Soho Mall.
Bertahap
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta menilai, pembukaan kembali pusat belanja dan gerai-gerai ritel di tengah masa pandemi Covid-19 tidak akan langsung disambut lonjakan pengunjung. Di beberapa negara, arus masyarakat ke mal setelah penutupan total (lockdown) tidak langsung membeludak.
Meski demikian, persiapan untuk menghadapi normal baru telah lama dilakukan oleh peritel, bekerj asama dengan pengelola pusat perbelanjaan. Hippindo juga sudah berkoordinasi dengan lintas kementerian untuk mencocokkan standar protokol kesehatan yang ketat. Jumlah pengunjung di toko akan diatur dan dibatasi.
Tutum menambahkan, pemilik juga toko mengeluarkan biaya tambahan untuk penyediaan perlengkapan, alat perlindungan kesehatan, dan beradaptasi dengan teknologi cara pembayaran untuk memenuhi standar protokol kesehatan. Contohnya, penggunaan peralatan makan sekali pakai, pengaturan kursi dan meja di restoran, penyediaan alat pelindung wajah, masker, dan pemeriksaan kesehatan karyawan toko secara berkala.
”Peritel akan saling bersaing untuk menunjukkan kepada konsumen bahwa tokonya lebih higienis, dan aman,” katanya.
Menurut Tutum, pemenuhan standar kesehatan saat ini menjadi tuntutan konsumen. Di sisi lain, Hippindo berharap agar konsumen memahami sejumlah ketentuan baru yang kini diterapkan toko dan pengelola pusat belanja untuk keamanan pengunjung. Konsumen memiliki kontrol penuh untuk menilai toko yang sudah menerapkan standar protokol kesehatan.
”Konsumen punya kontrol penuh dengan cara menentukan pusat belanja yang menyediakan layanan lebih dan memberikan rasa aman. Apabila konsumen tidak percaya dengan layanan yang didapat, berhak untuk tidak datang lagi,” katanya.