Jika kesiapan dana darurat sudah mencukupi, tidak ada salahnya menyisihkan sebagian pendapatan ke instrumen investasi rendah risiko. Salah satu pilihannya adalah obligasi negara ritel yang akan ditawarkan Senin depan.
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
Masa pandemi bukan berarti berhenti berinvestasi. Jika kesiapan dana darurat sudah mencukupi, tidak ada salahnya menyisihkan sebagian pemasukan ke instrumen investasi rendah risiko. Salah satu pilihannya adalah obligasi negara ritel.
Masa penawaran obligasi negara ritel (ORI) seri ORI017 akan dibuka mulai Senin (15/6/2020) pukul 09.00. Pemesanan ORI017 bisa dilakukan secara daring melalui aplikasi sejumlah mitra distribusi. Masa penawaran ORI017 akan berakhir pada 15 Juli 2020 pukul 10.00.
Perencana keuangan dari ZAP Finance, Prita Hapsari Ghozie menuturkan, pemasukan harus dikelola sebaik mungkin untuk bertahan selama masa pandemi. Prioritas utama adalah kesiapan dana darurat. Setelah dana darurat dirasa aman dan cukup, sebagian pemasukan dapat disisihkan untuk investasi.
”Masyarakat pasti lebih berhati-hati untuk menempatkan uangnya dalam kondisi pandemi. Karena itu, instrumen investasi yang dicari pasti rendah risiko,” ujar Prita dalam telekonferensi pra-peluncuran ORI017.
Risiko gagal bayar yang rendah atau bahkan nyaris nol menjadi salah satu keunggulan ORI017 dibandingkan instrumen investasi lain. Investasi ORI017 dijamin langsung oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Selain jauh dari risiko gagal bayar, ORI017 dapat dijual atau dicairkan sebelum jatuh tempo.
ORI017 dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga dana investasi dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. Adapun jatuh tempo ORI017 pada 15 Juli 2023. Investor dapat membeli ORI017 dengan minimum pemesanan Rp 1 juta dan maksimum Rp 3 miliar.
Menurut Prita, risiko investasi untuk segmen rumah tangga tentu berbeda dengan negara dan korporasi. Investor rumah tangga cenderung mencari instrumen dengan risiko likuiditas relatif rendah. Tujuannya agar dana investasi dapat segera dicairkan ketika dibutuhkan.
Selain risiko likuditas rendah, investor rumah tangga akan memilih instrumen investasi yang dinilai paling aman, terlebih dalam situasi pandemi yang serba tidak pasti. Aman itu artinya dana investasi bisa kembali utuh tanpa berkurang sepeser pun.
Tingkat bunga
Prita mengatakan, tingkat kupon tinggi bukan jaminan investasi aman. Dalam kondisi pandemi yang penuh ketidakpasian, masyarakat sebaiknya cukup memilih instrumen investasi yang memiliki tingkat kupon di atas pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi.
ORI017 memiliki jenis kupon tetap (fixed rate) dengan tingkat kupon 6,4 persen—yang berarti investor akan menerima imbal hasil minimal 6,4 persen setiap tahun. Pembayaran imbal hasil dilakukan setiap bulan pada tanggal 15. Imbal hasil akan ditransfer langsung ke rekening investor.
Tingkat kupon ORI017 ini lebih tinggi dibandingkan jenis surat berharga negara (SBN) ritel seri sebelumnya, yaitu saving bond ritel (SBR) seri SBR009 dengan tingkat kupon 6,3 persen yang ditawarkan Januari 2020.
”Jangan berpatokan kupon harus tinggi atau dibandingkan dengan seri sebelumnya. Hal terpenting justru tingkat kupon lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi,” kata Prita.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan menambahkan, ORI017 menjadi alternatif berinvestasi di tengah pandemi. Tingkat kupon yang ditawarkan cukup menarik karena lebih tinggi dari deposito perbankan.
Pemesanan ORI017 juga sudah mengadaptasi kondisi terkini. ORI017 dapat dipesan secara daring melalui aplikasi 25 mitra distribusi, yang terdiri dari bank umum, perusahaan efek, dan perusahaan efek khusus (APERD Financial Technology), dan perusahaan teknologi finansial (peer-to-peer landing). ”Masyarakat bisa berinvestasi aman tanpa harus ke luar rumah,” ujar Deni.
Pada 2020, pemerintah berencana menerbitkan SBN ritel sebanyak enam kali, terdiri dari SBR, sukuk tabungan (ST), sukuk ritel (Sukri), dan ORI. Target dana yang dihimpun dari enam kali penerbitan SBN ritel itu berkisar Rp 40 triliun-Rp 80 triliun.
Hasil penerbitan SBN ritel akan digunakan untuk membiayai belanja negara yang fokus pada tiga aspek utama, yaitu penanganan Covid-19 di bidang kesehatan, peningkatan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial, dan bantuan bagi dunia usaha.