Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi segala lini bisnis, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Berbagai upaya dilakukan UMKM untuk mengatasi turunnya omzet penjualan. Apa saja?
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi segala lini bisnis, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM. Berbagai upaya dilakukan oleh UMKM untuk mengatasi turunnya omzet penjualan.
Salah satunya Abdul Manap yang biasanya memproduksi aksesori dan perlengkapan motor. Sejak pandemi, ia banting setir membuat perisai wajah (face shield). Sementara Tri Retno, yang semula memproduksi tas, kini membuat masker dengan menggunakan bahan kain perca. Semuanya dilakukan sebagai upaya beradaptasi dengan kebutuhan saat pandemi berlangsung.
”Sejak awal Januari sudah terasa penurunannya. Kemudian kami mendapatkan pesanan face shield. Memang tidak mudah berubah dari produsen berbasis logam menjadi produsen lainnya. Tetapi, alhamdulillah, omzet saya yang biasanya sekitar Rp 7 juta per bulan sekarang malah naik menjadi sekitar Rp 45 juta sejak memproduksi face shield,” ujar Abdul Manap, pemilik UD Karunia Mandiri, Tarikolot, Bogor.
Manap mengisahkan pengalamannya berani berubah saat pandemi dalam sesi telekonferensi bersama media di Jakarta, Jumat (12/6/2020). Karunia Mandiri merupakan salah satu mitra Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).
Manap mengatakan, biasanya dia hanya dibantu satu pekerja. Ketika pesanan pelindung wajah meningkat, dia bahkan harus menambah tiga pekerja.
Seperti Manap, Tri Retno yang sebelumnya memproduksi tas berbahan kain juga mengikuti perubahan. ”Karena wabah ini, suami saya melarang pergi-pergi untuk mencari bahan. Jadi, saya menggunakan bahan yang ada di rumah, perca-perca kain yang biasanya digunakan untuk aplikasi di tas. Perca itu saya buat masker,” ujar Retno, pemilik Citra Handycraft.
Dia mengatakan, awalnya masker yang dibuat ia berikan sebagai donasi. Lama-kelamaan dia mendapatkan pesanan masker. ”Tetapi, jangan khawatir. Kalau ada yang memerlukan donasi, saya tetap menyediakan,” kata Retno.
Selama ini, Retno menjual produk secara langsung kepada konsumen. Di tengah berbagai pembatasan gerak, Retno berharap dapat menjual produk secara daring. ”Sayangnya saya tidak terlalu paham,” katanya.
Dukung inovasi
Ketua Pengurus YDBA Sigit P Kumala mengatakan, YDBA mendukung mitra-mitranya untuk berkembang dan beradaptasi dengan situasi terbaru. Termasuk juga mendorong mitra UMKM untuk melakukan berbagai macam terobosan.
YDBA juga mendorong UMKM agar adaptif terhadap perubahan melalui berbagai inovasi dan perbaikan agar mereka mampu bertahan, bahkan semakin maju bisnisnya melalui pasar yang baru.
Pihaknya berharap agar UMKM dapat mengoptimalkan platform daring sebagai media untuk memperkenalkan produk dan memperluas pasar. ”Kami telah melakukan beberapa kali pelatihan untuk memperkenalkan cara berdagang secara online,” ucap Sigit.
Meski berbisnis daring, menurut dia, para mitra semestinya tetap memperhatikan kualitas, harga, dan pengiriman atau quality,cost,delivery (QCD).
”Persaingan UMKM di platform online tidak hanya kualitas, tetapi juga harga dan pengiriman. Barang bagus dan terjangkau kalau pengiriman lama juga sulit. Produsen harus sangat berhati-hati dalam memberikan layanan kepada konsumen. Kalau tidak, nanti mendapat bintang satu,” kata Sigit.
Ditambahkan, YDBA akan memperluas kemitraan dengan merangkul para pelaku UMKM di bidang pertanian. Dengan demikian, perluasan kemitraan dalam sektor pertanian ini diharapkan akan semakin membawa manfaat.