Kondisi perekonomian global memburuk akibat pandemi Covid-19. Namun, mengejar pertumbuhan ekonomi tak bisa dengan mengabaikan penanganan krisis kesehatan akibat pandemi.
Oleh
DEWI INDRIASTUTI
·3 menit baca
Kasus positif Covid-19 yang diumumkan Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covd-19, Kamis (11/6/2020), bertambah 979 kasus. Secara keseluruhan, 35.295 orang terpapar Covid-19 sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020. Setiap hari, kasus positif bertambah hingga ratusan. Bahkan, melampaui 1.000 kasus pada 9 Juni dan 10 Juni 2020.
Data di laman yang sama, per 9 Juni 2020, menyebutkan, seperempat dari kasus positif Covid-19 ada di Jakarta. Kemudian, Jawa Timur yang sekitar 19 persen, Jawa Barat 7,4 persen, dan Jawa Tengah 6,6 persen.
Pemerintah telah meminta masyarakat untuk belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah. Namun, selama masa pembatasan yang mengiringi permintaan pemerintah itu, interaksi masyarakat tak pernah benar-benar berhenti. Ada yang dengan kesadaran membatasi interaksi dengan pihak lain dan memenuhi protokol kesehatan saat harus keluar rumah. Namun, ada yang terpaksa menantang risiko demi memperoleh penghasilan harian. Meskipun, ada juga yang seolah tak peduli dengan tetap berkerumun bahkan menggelar kegiatan yang membuat masyarakat berkerumun.
Kasus terkonfirmasi Covid-19 tak bisa hanya dihitung berdasarkan angka. Covid-19 perlu dihadapi dengan dasar pengetahuan dan kesiapan matang, kemudian ditangani dengan tuntas. Bukan setengah-setengah, apalagi hanya berdasarkan asumsi.
Di Indonesia, jumlah kasus baru yang belum menunjukkan tren menurun ini seperti gelombang. Di laman Kamus Besar Bahasa Indonesia, gelombang adalah ombak besar yang bergulung-gulung di laut, tetapi bisa juga diartikan sebagai gerakan yang beruntun.
Kasus baru Covid-19 di Indonesia masih muncul beruntun, datang terus-menerus, belum ada tanda-tanda mereda. Gelombang belum usai.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan soal gelombang kedua kasus Covid-19. Namun, peringatan itu didasari, antara lain, kemunculan kasus-kasus baru di sejumlah negara yang telah mencatatkan nihil kasus atau jumlah kasus baru telah berkurang signifikan. Gelombang kedua, menurut WHO, bisa dipicu pembukaan karantina atau penguncian wilayah, yang diikuti dengan interaksi masyarakat di wilayah tersebut.
Tak ada negara yang siap menghadapi Covid-19, termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang merosot sudah bisa diduga karena aktivitas perekonomian melambat. Di samping itu, kondisi perekonomian dunia yang anjlok juga mengakibatkan aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara-negara lain berkurang.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan memperkirakan, perekonomian RI akan anjlok pada triwulan II dan III tahun ini sebagai dampak pandemi Covid-19. Kemudian, perekonomian kembali meningkat pada triwulan IV-2020. Pada triwulan I-2020, perekonomian Indonesia tumbuh 2,97 persen.
Sementara, Bank Dunia memperkirakan, perekonomian Indonesia akan tumbuh 0 persen pada tahun ini, bahkan minus 3,5 persen dalam skenario buruk.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebut dua skenario, yakni pertumbuhan ekonomi RI minus 2,8 persen jika hantaman pandemi Covid-19 hanya berlangsung sekali dan minus 3,9 persen jika terjadi lagi hantaman pandemi Covid-19 pada akhir tahun ini. Dengan catatan, pandemi Covid-19 kedua diikuti dengan pembatasan yang membuat kegiatan ekonomi kembali melambat.
Baik Bank Dunia maupun OECD menekankan hal yang sama dalam menghadapi pandemi Covid-19, antara lain memperkuat sistem kesehatan dan membangun sistem suplai peralatan medis. Juga, yang tak kalah penting, menggunakan tes sebanyak mungkin, melacak penularan virus, serta mengisolasi dan menjaga jarak untuk mencegah perluasan penularan Covid-19.
Di laman Satgas Covid-19, grafik jumlah kasus baru belum menunjukkan puncaknya. Lereng penurunan grafik itu juga belum bisa diperkirakan. Namun, berbagai pelonggaran sudah dilakukan, di antaranya di bidang transportasi. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat juga diajak terus produktif. Faktanya, sebagian pekerja menuju lokasi kerja menggunakan angkutan umum yang batas maksimal jumlah penumpangnya kian longgar. Kasus Covid-19 baru di sejumlah pasar juga masih terus muncul. Sementara, ada perusahaan yang mampu menerapkan pencegahan penularan Covid-19 semaksimal mungkin, tetapi ada juga yang tak bisa maksimal.
Normal baru sudah digulirkan pemerintah. Pengusaha mulai memutar kembali usahanya. Bahkan, Bank Indonesia, dalam keterangannya pada 5 Juni 2020, menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan kembali meningkat pada triwulan III-2020.
Masyarakat dihadapkan pada pilihan, siap atau tidak siap.