Garap Potensi Lokal, Ekonomi Desa Bisa Pulih Lebih Cepat
Setiap desa di Indonesia memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing. Potensi lokal yang dimanfaatkan dengan tepat bisa mempercepat langkah desa memulihkan kondisi yang terkena dampak pandemi Covid-19.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
Perekonomian di perdesaan dapat pulih lebih cepat apabila mengandalkan potensi lokal. Pendekatan melalui program pemerintah bisa dilakukan secara spesifik untuk mendorong penguatan potensi, tetapi tetap mengakomodasi masukan masyarakat setempat.
Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, kegiatan ekonomi di desa dapat pulih lebih cepat.
”Hal itu disebabkan keberadaan badan usaha milik desa, wisata desa, dan potensi-potensi lokal yang ada di desa,” katanya di acara diskusi dalam jaringan, Kamis (11/6/2020).
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, indikator potensi pemulihan ekonomi desa itu terdapat pada jumlah sarana desa. Sarana aktivitas ekonomi itu meliputi kelompok pertokoan di 6.809 desa, hotel di 1.709 desa, penginapan di 3.429 desa, badan usaha milik desa di 50.199 desa, dan 65.325 desa pertanian pangan. Khusus untuk badan usaha milik desa, dari jumlah itu, sebanyak 37.125 unit di antaranya aktif bertransaksi.
Berdasarkan berbagai potensi tersebut, Abdul menilai, pemerintah tak bisa melakukan strategi yang seragam untuk semua desa dalam menopang percepatan pembangunan perdesaan. Karakteristik desa yang berbeda-beda membutuhkan pendekatan yang beragam pula.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan berdasarkan potensi lokal desa, menurut Abdul, mengandalkan badan usaha milik desa. ”Badan usaha milik desa dapat bekerja sama antardesa dan memperkuat satu sama lain,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Persatuan Badan Usaha Milik Desa Indonesia Yanto mengatakan, saat ini sejumlah badan usaha milik desa tengah kelimpungan menghadapi pandemi Covid-19. Untuk itu, ia berharap badan usaha milik desa bisa digandeng badan usaha milik negara untuk bekerja sama.
Berdasarkan catatan Kompas, Kementerian BUMN bergantian jadi pendamping desa-desa di sekitar Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, menjadi balai ekonomi desa atau balkondes. Setiap desa menawarkan keunikan mereka melalui balkondes, misalnya menyediakan rumah tinggal bagi wisatawan dan menyediakan paket wisata.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, penduduk miskin di Indonesia per September 2019 sebanyak 24,79 juta orang atau 9,22 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Penduduk miskin di perdesaan lebih banyak daripada di perkotaan.
Jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 14,93 juta orang atau 12,6 persen dari jumlah penduduk. Adapun jumlah penduduk miskin di perkotaan sebanyak 9,86 juta orang atau 6,56 persen dari jumlah penduduk.
Pemulihan
Juru Bicara Presiden Fajroel Rahman berpendapat, pemulihan perekonomian desa saat ini menghadapi tantangan. Tantangan itu berupa mempertemukan karakter desa yang sarat kearifan lokal dengan administrasi pemerintahan yang cenderung modern.
Secara umum, pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan bagi semua negara dan wilayah. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan merosot, perdagangan anjlok, dan kegiatan ekonomi pada umumnya melambat.
Di tengah pandemi Covid-19, Keppi Suksesi, sosiolog perdesaan, menyatakan, menggerakkan modal desa merupakan langkah strategis dalam proses adaptasi. Modal desa tersebut berupa kearifan lokal, lingkungan, dan sumber daya manusia.
Keppi menambahkan, apabila kapasitas modal desa itu diperkuat, perdesaan dapat menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Penguatan kapasitas membuat desa berdaulat dan berkelanjutan secara otonom.
Sementara, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Anwar Sanusi menyebutkan, penanganan pandemi Covid-19 di tingkat desa lebih efektif. Hal itu ditandai dengan inisiatif karantina mandiri orang dalam pemantauan (ODP) yang didukung warga desa setempat.