Perubahan perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19, yang lebih ke digital, berpotensi menguntungkan bisnis pelaku usaha kecil.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
Pandemi yang menghantam tiga bulan terakhir berpengaruh signifikan pada kelangsungan bisnis, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Organisasi Buruh Internasional (ILO), pada April 2020, menyurvei, sebanyak 70 persen dari 571 UMKM di Indonesia berhenti produksi akibat Covid-19. Sebanyak 90 persen dari mereka terhambat dari segi arus kas.
Di sisi lain, pandemi juga mengubah perilaku masyarakat dalam berbelanja. Perubahan besar terjadi pada dua hal. Pertama, preferensi barang yang dibelanjakan karena mengikuti kebutuhan selama pandemi. Kedua, cara berbelanja yang cenderung beralih ke digital karena pembatasan akses untuk berbelanja secara fisik.
Hal itu ditangkap World Economic Forum dan Bain & Company dalam laporan berjudul ”8 ways ASEAN consumer habits will change by 2030”. Dalam laporan itu, mereka menyebut, batas sosial dan ekonomi yang dihadapi konsumen dan pelaku usaha dapat didobrak dengan penggunaan teknologi.
”Pandemi Covid-19 akan mempercepat proses transformasi digital, karena pemerintah dan bisnis berusaha untuk menyediakan konektivitas dan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat yang rentan,” tulis mereka dalam laporan yang dipublikasikan pada 10 Juni 2020.
Transformasi digital, menurut mereka, akan mendorong masyarakat pedesaan dan masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan akses dan paparan informasi yang sama seperti rekan mereka di kota dan yang berpenghasilan lebih tinggi.
Perilaku konsumen yang lebih homogen nantinya diyakini akan menghilangkan hambatan bagi usaha kecil untuk berkembang. Ditambah lagi, 80 persen konsumen Indonesia lebih memilih produk lokal daripada merek global, terutama dalam kategori makanan.
Cepat dan murah
Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun, yang dihubungi Kompas, Jumat (12/6/2020), mengatakan, krisis selama pandemi akan semakin menambah UMKM yang berjualan secara daring (online) di platform digital.
Tren tersebut akan meningkat seiring masih tingginya kekhawatiran masyarakat akan penularan Covid-19 jika harus mendatangi langsung tempat usaha. Kecenderungan ini, menurut dia, terjadi pada kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas.
”Dari sisi UMKM, cara berjualan lewat online adalah cara yang paling cepat dan murah untuk memulihkan usaha,” kata Ikhsan.
Pengusaha pakaian anak, Herlina (35), kini telah mengalihkan seluruh aktivitas penjualannya ke digital. Pasalnya, dua toko yang ia buka di Jakarta Barat dan Tangerang telah ia tutup secara permanen karena tidak lagi sanggup membayar sewa bulanan toko serta menggaji pegawai sejak pandemi.
”Sejak Ramadhan lalu, akhirnya saya beralih berjualan online, karena kita enggak tau sampai kapan bisa berjualan di toko lagi. Kalaupun ada kesempatan, pasti dalam waktu dekat belum bisa senormal dulu. Untungnya, bisnis online bisa menyelamatkan,” katanya.
Ketika dihubungi beberapa hari lalu, ia menuturkan, penjualan daring membantunya menjangkau pasar yang tidak bisa ia jangkau sebelumnya. Dengan tokonya dulu, ia hanya mampu menarget keluarga urban di Jabodetabek. Namun, kini ia bisa melayani konsumen dari kota lain di Indonesia.
”Pandemi bisa dibilang juga menguntungkan bagi saya. Walau masih banyak belajar, situasi ini buat saya tahu manfaatnya teknologi digital,” pungkasnya.