Setiap krisis selalu memunculkan organisasi baru. Apakah pandemi kali ini memunculkan desain baru organisasi bisnis? Pelajaran dari krisis sebelumnya, perusahaan mesti proaktif agar bisa keluar dan jadi pemenang.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Setiap krisis selalu memunculkan organisasi baru. Krisis ekonomi dan politik tahun 1998 di Indonesia telah melahirkan Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan independensi Bank Indonesia. Krisis yang menimpa Amerika Serikat akibat serangan 11 September 2001 menelurkan Department of Homeland Security. Bagaimana pandemi kali ini memunculkan desain baru organisasi bisnis?
Saat ini semua pemimpin bisnis dan ahli tengah menunggu ujung pandemi. Beberapa telah membuat perubahan, tetapi ada yang memilih menunggu pandemi berakhir. Meski demikian, mereka melihat beberapa kenyataan, seperti bekerja dari rumah ternyata efektif untuk sejumlah fungsi kerja, beberapa biaya bisa dihemat, seperti biaya perjalanan dan operasional. Akan tetapi, di sisi lain biaya higienitas melonjak karena kebutuhan hidup sehat dan bersih.
Mereka juga menemukan realitas, teknologi digital memperlihatkan kekuatan dan kekuasaannya dalam menyelesaikan berbagai kegiatan yang tak bisa lagi dijalankan dalam kondisi seperti saat ini. Meski selama ini teknologi ini diakui sudah berpengaruh kuat pada kerja kita, kini mereka makin bergantung. Tidak mengherankan apabila sejumlah usaha rintisan berbasis digital langsung bersinar di tengah pandemi karena makin banyak pengguna.
Sejumlah ahli, dalam artikel berjudul How the Coronavirus is Already Rewrite the Future of Business, mendapatkan beberapa temuan, antara lain pandemi membuat organisasi bisnis membangun kultur kerja yang berbasis percaya kepada karyawan, organisasi bisnis bakal membuat konsumen lebih bersikap membantu operasi bisnis, bekerja dari rumah makin strategis, pemimpin makin mengajak semua karyawan bekerja bersama secara kreatif, dan level standar operasi bisnis akan dinaikkan.
Ahli desain organisasi dan konsultan berbagai perusahaan global, Emma Giner, di dalam sebuah presentasi berjudul How Covid-19 Will Impact Organizational Design yang ditampilkan di laman EU Business School, menyebutkan, dua hal akan jadi pendorong perubahan desain organisasi saat pandemi dan masa selanjutnya, yaitu teknologi digital seperti disebut di atas serta pergerakan orang dan ide.
Kenyataan bekerja dari rumah yang ternyata makin produktif memperlihatkan pergerakan orang berkurang. Namun, pada saat yang bersamaan, ide malah terus mengalir. Untuk itu, pimpinan bisnis harus mengantisipasi dengan memodernisasi teknologi dan menyiapkan sistem kerja yang membuat karyawan nyaman bekerja di mana pun, tetapi ide dan kreativitas terus mengalir.
Pandemi seharusnya malah mempercepat keputusan perusahaan untuk mengubah sejumlah strategi, termasuk memperbarui penggunaan teknologi. Mereka yang memiliki organisasi tidak terlalu rigid akan mampu beradaptasi secara cepat dan mengambil peluang dan keuntungan di tengah krisis. Sejumlah perubahan akibat pandemi telah memberi kesempatan bagi pebisnis untuk menyusun paradigma baru dalam organisasi.
Artikel Thomas Ritter dan Carsten Lund Pedersen di dalam Harvard Business Review berjudul Assessing Coronavirus’s Impact on Your Business Model bisa jadi panduan awal untuk mendesain ulang organisasi bisnis. Empat dimensi yang perlu dipertimbangkan ialah makna krisis bagi konsumen, dampak krisis pada proposisi nilai perusahaan, dampak krisis pada kanal pemasaran dan penjualan, serta kemampuan organisasi bisnis untuk menjadi mesin dalam mengkreasi suatu nilai bagi konsumen.
Ketika semua dimensi sudah dikaji dan dipertimbangkan, kita bisa melihat sejauh mana perubahan bisa dilakukan. Apakah cukup pada satu dimensi saja atau harus semua dimensi? Semisal pengusaha restoran ternyata harus mengubah total dari penjualan luring menjadi penjualan melalui kanal daring, seperti laman pemasaran atau laman sendir,i maka semua dimensi harus diperhatikan. Akan tetapi, bisa juga mereka tetap membuka dengan pembatasan, maka makin sedikit dimensi yang dipertimbangkan.
Dari sini kita bisa melihat kemungkinan perubahan organisasi bisnis yang bakal terjadi dan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan. Meski demikian sebelum memutuskan perubahan, tetap saja harus menghitung indikator kinerja bisnis, seperti sejauh mana pendapatan bisa diraih, potensi kehilangan, kemungkinan respons pasar terhadap perubahan organisasi, dan reputasi perusahaan yang bakal diraih jika terjadi perubahan. Jika semua sudah jelas, rencana untuk mendapatkan peluang dibuat, lalu dikerjakan.
Sebuah pelajaran dari krisis-krisis sebelumnya adalah bahwa perusahaan yang proaktif menyambut krisis, sekalipun mereka juga tertimpa masalah, akan berhasil keluar dari krisis dan menjadi pemenang. Memahami masalah dan melakukan perubahan organisasi bisnis mungkin menjadi langkah pimpinan bisnis untuk menyelamatkan roda bisnis.