Ekspor Pertanian Jabar Meningkat di Tengah Pandemi
Sektor pertanian Jawa Barat mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung, nilai ekspor hasil pertanian yang difasilitasi mencapai Rp 3 triliun.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sektor pertanian Jawa Barat mengalami peningkatan di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung, nilai ekspor hasil pertanian yang difasilitasi mencapai Rp 3 triliun dari awal tahun 2020.
Kepala Stasiun Karantina Pertanian (SKP) Kelas I Bandung Iyus Hidayat di Bandung, Selasa (9/6/2020), mengatakan, peningkatan tersebut menunjukkan sektor pertanian mengalami tren positif meskipun terjadi pandemi Covid-19. Bahkan, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan hasil tahun lalu di periode Januari-Juni sekitar Rp 2,5 triliun.
Iyus menjelaskan, komoditas dominan yang difasilitasi oleh Bandung bervariasi di setiap daerah. Untuk kawasan Jabar bagian utara, seperti Majalengka, Kuningan, dan Cirebon, komoditas buah-buahan menjadi unggulan.
Pasar utama yang tercatat di sini adalah Uni Emirat Arab, Pakistan, China, Malaysia, dan Rusia. Di tengah kondisi terbatas ini, tren ekspor komoditas unggulan masih meningkat. Harapannya, dalam kondisi newnormal, prospeknya semakin cerah. (Iyus Hidayat)
Sementara itu, di kawasan Bandung Raya, komoditas yang masuk karantina sebelum diekspor adalah sayuran dan teh. Sisanya, daerah-daerah Priangan Timur seperti Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran didominasi hasil pangan seperti padi dan buah-buahan.
”Pasar utama yang tercatat di sini adalah Uni Emirat Arab, Pakistan, China, Malaysia, dan Rusia. Di tengah kondisi terbatas ini, tren ekspor komoditas unggulan masih meningkat. Harapannya, dalam kondisi newnormal, prospeknya semakin cerah,” tutur Iyus.
Salah satu peningkatan yang terdata adalah teh. Sistem Karantina Otomatis Indonesia (Indonesia Quarantine Full Automation System) mencatat, selama Januari-Mei 2020, sebanyak 1.200 ton teh Jabar diekspor dengan nilai ekonomis mencapai Rp 49,5 miliar. Jumlah ini meningkat 61,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu pada periode yang sama dengan jumlah ekspor sebesar 737,8 ton.
Ulus Pirmawan (46), salah satu petani eksportir hasil pertanian dari Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mengatakan, aktivitas pertanian di wilayahnya sama sekali tidak terganggu selama pandemi Covid-19. Namun, masih ada pasar lokal dengan harga bersaing sehingga penjualan masih menunjukkan tren positif.
”Memang terjadi penurunan kuota pengiriman akibat pembatasan. Sebelum pandemi, saya bisa mengirim lebih dari 20 ton dalam satu bulan ke Singapura. Sekarang hanya bisa 12 ton karena ada pembatasan di bandara,” ujarnya.
Ulus berujar, pihaknya memang merasakan pembatasan kuota barang tersebut, tetapi permintaan impor dari negara sasaran masih terbilang tinggi. Bahkan, sejak awal Maret lalu, Ulus mulai menjajaki potensi ekspor bahan pertanian ke Jepang sebesar 17 ton dalam satu kali pengiriman. Paket pengiriman ini terdiri atas 20 jenis sayuran, di antaranya buncis super andalannya.
Fasilitas berjalan
Iyus mengatakan, untuk memastikan ekspor pertanian dari Jabar tetap berjalan lancar, pihaknya tetap membuka pelayanan, tetapi menerapkan protokol kesehatan. Kesesuaian informasi dan dokumen dari komoditas ekspor perlu dipastikan sehingga masuk ke dalam persyaratan teknis dan protokol impor dari setiap negara tujuan.
”Dalam kondisi ini, pelayanan tetap yang utama. Sesuai instruksi atasan, kami memiliki mekanisme pengamanan untuk memastikan pegawai yang bertugas memeriksa komoditas pertanian di lapangan tetap menerapkan protokol kesehatan,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil meminta jajarannya untuk tetap memberikan layanan. ”Karantina mengawal kelancaran lalu lintas, baik ekspor maupun impor antardaerah. Yang penting bagi kami adalah jaminan kesehatan dan keamanan produk,” ujar Ali.