Para pekerja yang berkantor di wilayah DKI Jakarta masih mengkhawatirkan potensi penyebaran Covid-19 dalam mobilitas mereka ke kantor. Sebagian dari mereka pun mengupayakan berbagai cara berkendara yang aman.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para pekerja yang berkantor di wilayah DKI Jakarta masih mengkhawatirkan potensi penyebaran Covid-19 dalam mobilitas mereka ke kantor. Sebagian dari mereka pun mengupayakan berbagai cara berkendara yang aman.
Hari ini, Senin (8/6/2020), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengizinkan pembukaan kembali perkantoran, sejalan dengan fase kedua pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Kebijakan itu mengatur karyawan yang bekerja di kantor dibatasi maksimal 50 persen.
Syafrina (25), karyawan perusahaan teknologi informasi yang ditemui Kompas di kawasan Jakarta Pusat, kini baru kembali ke kantor setelah bekerja dari rumah selama hampir dua bulan.
Pekerja asal Citayam, Bogor, itu kini harus kembali berdesakan untuk menaiki kereta commuter line ke Jakarta Senin pagi. Meski tidak ada kendala dengan jadwal kedatangan dan kepadatan penumpang di kereta, ia mengeluhkan kepadatan yang tidak terhindarkan dalam antrean pengecekan suhu tubuh dan saat menunggu kereta di peron.
”Saya khawatir karena kepadatan penumpang tidak terhindarkan, tetapi tidak ada alternatif mudah dan murah lain untuk pergi ke Jakarta,” ujarnya.
Transportasi alternatif
Kekhawatiran yang sama juga dipikirkan Melissa (30), warga Bogor yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil kementerian di daerah Jalan Merdeka Timur. Untuk ke kantor, ia hanya mengandalkan kereta yang mulai semakin ramai setelah status PSBB masuk fase transisi.
Hari ini, ia merasa terbantu karena bisa menaiki bus bantuan gratis yang disediakan Badan Pengelola Transportasi Jakarta (BPTJ). Bus yang dioperasikan dengan protokol kesehatan itu melayani rute Stasiun Bogor ke kawasan Jalan Jenderal Sudirman-Dukuh Atas.
”Alhamdulillah hari ini dapat rezeki bus gratis ke Jakarta untuk menghindari keramaian di kereta. Sayangnya, bus ini tidak tersedia setiap hari,” ujarnya.
Mengutip pernyataan dari akun Instagram @bptjkemenhub, lima bus bantuan gratis dioperasikan untuk mengangkut penumpang dari Bogor ke Jakarta hanya hari ini. Layanan dihadirkan dalam lima jadwal setiap 15 menit sekali dari pukul 05.00 sampai dengan 06.00.
Falerina (36), karyawan swasta yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, juga mencari alternatif berkendara aman untuk kembali ke kantor. Jika biasanya ia menggunakan moda bus untuk pergi dari rumahnya di wilayah Pramuka, Jakarta Timur, kini ia mengendarai sepeda.
”Saya masih paranoid kalau naik bus karena ramai. Kalau harus naik ojek atau taksi, sangat menghabiskan uang. Jadi, saya coba pakai sepeda karena dalam rute rumah dan kantor ada jalur khusus sepeda,” katanya.
Atur pergerakan
Pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno, berpendapat, kemampuan kapasitas angkutan umum massal untuk dapat menjamin terlaksananya pembatasan jarak perlu menjadi perhatian setelah pemberlakuan protokol kesehatan.
”Sumber permasalahan bukan di sektor transportasinya, melainkan pada bagaimana pengaturan kegiatan manusianya,” katanya saat dihubungi Kompas hari ini.
Kegiatan manusia bisa diatur, antara lain, dengan mengatur jadwal kerja sehingga pergerakan orang lebih variatif. Jadwal kerja yang menumpuk di jam-jam tertentu akan berimbas pada penumpukan penumpang seperti sebelum pandemi.
Perusahaan yang telah kembali aktif juga diharapkan bisa menyediakan sendiri kebutuhan angkutan untuk para karyawannya. Dengan demikian, protokol kesehatan terutama pembatasan fisik dapat diterapkan.