”Homestay” di Borobudur Buka dengan SOP Normal Baru
Puluhan ”homestay” di kawasan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali buka dengan menerapkan prosedur standar operasi (SOP) baru dalam melayani tamu.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Pengukuran suhu tubuh tamu homestay First Kinara dengan thermo gun, Senin (8/6/2020).
MAGELANG, KOMPAS — Setelah tiga bulan lebih tutup, puluhan homestay di kawasan wisata di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kembali dibuka, Senin (8/6/2020). Beroperasi di tengah masa menuju hidup normal baru, para pengelola homestay menerapkan standar layanan baru dengan mengacu pada protokol kesehatan.
Ketua Paguyuban Kampung Homestay Ngaran II di Desa Borobudur Muslih mengatakan, saat ini Paguyuban Homestay Ngaran II telah membuat dan menerapkan prosedur standar operasi (SOP) normal baru.
Dalam SOP tersebut ditetapkan aturan bahwa setiap homestay wajib melengkapi fasilitas cuci tangan di dekat pintu masuk. Setiap tamu yang datang juga harus dicek suhu tubuhnya dengan thermo gun. Pihak homestay pun harus sigap menghubungi petugas kesehatan terdekat saat ada tamu yang terdeteksi memiliki suhu tubuh di atas 37 derajat celsius.
Jika kami berlaku sembarangan, justru tamu nanti akan protes dan merasa tidak aman karena layanan yang dianggapnya membahayakan kesehatan.
Adapun setiap karyawan homestay diharuskan untuk terus memakai masker saat melayani tamu. Mereka juga wajib memakai sarung tangan saat menghidangkan makanan.
Demi menghindari terjadinya kerumunan, Muslih mengatakan, mulai saat ini, tiap kamar pun dibatasi diisi dua orang saja. ”Mulai saat ini, kami tidak lagi menyediakan extra bed,” ujarnya, Senin (8/6/2020).
Paguyuban Homestay Ngaran II beranggotakan 35 unit homestay dengan jumlah kamar mencapai 165 kamar. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh tamu, setiap homestay saat ini juga menyediakan minuman.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Salah satu homestay di Kecamatan Borobudur menyediakan masker dan hand sanitizer bagi para tamu di setiap kamar, seperti terlihat pada Senin (8/6/2020).
Disemprot disinfektan
Saat tamu pulang, kamar yang selesai ditempati juga harus dibersihkan secara optimal dengan menyemprotkan cairan disinfektan.
Sekalipun merepotkan, Muslih mengatakan, SOP ini diharapkan dijalankan agar tamu merasa nyaman dengan pelayanan homestay.
”Jika kami berlaku sembarangan, justru tamu nanti akan protes dan merasa tidak aman karena layanan yang dianggapnya membahayakan kesehatan,” ujarnya.
Muchtarom (49), pemilik homestay First Kinara, mengatakan, selain melengkapi fasilitas sesuai SOP, di tiap kamar dia juga menyediakan dua masker dan dua botol hand sanitizer.
Tidak sekadar mewajibkan karyawannya memakai masker, Muchtarom mengatakan, dia juga mewajibkan mereka memakai pelindung wajah.
”Karyawan mulai mengeluh gerah, tidak bisa bernapas. Tapi, mau bagaimana lagi, ini tuntutan yang harus dipenuhi di tengah pandemi,” ujarnya. Homestay First Kinara memiliki lima kamar dan lima karyawan.
Semua kebutuhan pembuatan wedang uwuh, penyediaan masker, pelindung wajah, menurut dia, dilakukan dengan pengadaan sendiri, dengan anggaran mencapai sekitar Rp 1 juta.
Asti Herminingsih (33), supervisor di Hotel Khanaya di Desa Borobudur, mengatakan, di tengah pandemi, Hotel Khanaya tidak pernah tutup. Namun, sejak mulai pandemi Covid-19 Maret lalu, kegiatan pembersihan kamar dan ruangan semakin diintensifkan, dari sebelumnya dua kali sehari menjadi tiga kali sehari.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI
Karyawan Homestay First Kinara di Desa Borobudur membersihkan meja dengan mengenakan pelindung wajah, seperti terlihat pada Senin (8/6/2020).
Sejak Maret pula, 10 karyawan Hotel Khanaya juga diwajibkan memakai pelindung wajah dan memakai sarung tangan saat melayani tamu.
”Semua standar operasional sesuai protokol kesehatan tetap kami jalankan walaupun selama pandemi jumlah kamar yang dipesan hanya satu hingga dua kamar per minggu,” ujarnya.