Pandemi Covid-19 mengubah target kinerja dan mengubah cara kerja.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Pekerja lepas tetap bekerja menanam kabel listrik PLN di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, di tengah pandemi Covid-19, Sabtu (25/4/2020). Sejumlah warga masih harus bekerja di luar rumah meskipun pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar.
Pandemi Covid-19 menambah berat bisnis sektor energi di Indonesia. Rencana pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB melalui masa transisi turut memengaruhi operasionalisasi perusahaan, baik di kantor maupun di lapangan.
Data uang beredar yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan, pertumbuhan tahunan kredit modal kerja dan kredit investasi pada April 2020 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada Maret 2020. Berdasarkan data yang dikutip Sabtu (6/6/2020), kredit modal kerja perbankan per April 2020 sebesar Rp 2.527 triliun atau tumbuh 3,4 persen secara tahunan. Padahal, pada Maret 2020 pertumbuhannya mencapai 5,1 persen secara tahunan.
Adapun kredit investasi yang disalurkan bank sampai dengan April 2020 sebesar Rp 1.465 triliun atau tumbuh 8,4 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini anjlok dibandingkan dengan Maret 2020 sebesar 13 persen secara tahunan.
Di masa pandemi Covid-19, perusahaan justru menambah investasi untuk kebutuhan kesehatan pekerja. Berbagai langkah juga dilakukan untuk menghadapi normal baru, yang menurut pemerintah diterapkan agar tetap produktif dan aman dari Covid-19.
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menerapkan protokol kesehatan dengan membagi sistem kerja dalam tiga fase. PLN membatasi karyawan yang bekerja di kantor sebanyak 35 persen pada fase pertama, kemudian menjadi 50 persen di fase kedua. Selanjutnya, di fase ketiga, jumlah karyawan yang bekerja di kantor dinaikkan menjadi 75 persen.
Kompas
Zulkilfi Zaini
Selanjutnya, pegawai kategori rentan, seperti ibu hamil dan menyusui, memiliki penyakit penyerta, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan pekerja yang menggunakan angkutan umum, tidak diperbolehkan masuk kantor. Mereka tetap bekerja dari rumah. Setiap fase sistem bekerja tersebut diterapkan selama 30 hari.
”Tahapan normal baru di lingkungan PLN menyesuaikan peraturan dan kondisi yang ada di setiap daerah. Kalau ada daerah yang masih menerapkan PSBB, tentu kami akan mematuhinya. Peraturan pemerintah tetap akan menjadi pedoman,” kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Bagi PLN, penjualan tenaga listrik turun 7 persen di sistem Jawa-Bali yang merupakan area terbesar dalam hal konsumsi listrik.
Dampak
Bagi Pertamina, pandemi Covid-19 dan PSBB berdampak pada kinerja. Bagi PT Pertamina (Persero), misalnya, penjualan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri merosot drastis sejak pemberlakuan PSBB. Di tingkat nasional, penjualan BBM Pertamina turun sampai dengan 29 persen.
Adapun CEO dan Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir menyampaikan, Adaro sudah menerapkan penyesuaian atas kondisi normal baru. Penyesuaian itu meliputi tata cara perjalanan karyawan menuju tempat kerja, aturan bekerja di kantor dan di lapangan, pengaturan waktu kerja, serta pemeriksaan kesehatan karyawan.
”Anggaran untuk penyiapan alat pelindung diri yang layak bagi karyawan ditambah demi alasan kesehatan. Kami juga bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk pencegahan Covid-19 di lingkungan kerja perusahaan,” kata Garibaldi.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Garibaldi Thohir
Akan tetapi, protokol normal baru tidak akan mengubah proyeksi kinerja perusahaan pada 2020. Target produksi batubara sebanyak 54-58 juta ton dan belanja modal 300 juta dollar AS-400 juta dollar AS tidak berubah bagi Adaro.
”Kondisi rantai pasok batubara akan tetap sulit pada 2020 yang diperburuk pandemi global. Kami terus melakukan yang terbaik untuk mengatasi tantangan jangka pendek ini dengan dukungan operasi, model bisnis, dan keuangan yang solid,” ujarnya.
Sebagaimana proyeksi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perekonomian Indonesia tahun ini bisa tumbuh 2,3 persen pada kondisi berat atau malah minus 0,4 persen pada kondisi sangat berat. Pada triwulan I-2020, pertumbuhan ekonomi RI sebesar 2,97 persen.
Kondisi rantai pasok batubara akan tetap sulit pada 2020 yang diperburuk pandemi global.
KSSK juga memperkirakan, dampak berat pandemi Covid-19 terhadap perekonomian akan dialami Indonesia pada triwulan II dan III. Dalam wawancara khusus dengan Kompas, pekan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, perekonomian RI bisa tumbuh negatif pada triwulan II dan triwulan III.
Pandemi Covid-19 masih melingkupi dunia. Perusahaan berusaha menjaga kinerja dengan menyiapkan protokol demi menjaga kesehatan pekerja.