Petani Lembang di Bandung Barat Menyiasati Pandemi Lewat Pemasaran Daring
Ratusan petani sayuran di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, memakai platform daring untuk memasarkan hasil panennya. Sistem ini untuk menyiasati pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Ratusan petani sayuran di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, memakai platform daring untuk memasarkan hasil panennya. Sistem ini digunakan untuk menyiasati pembatasan aktivitas masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Selama ini mayoritas hasil panen petani dijual ke pasar, hotel, dan restoran. Namun, pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran sejumlah orang untuk belanja ke pasar demi menghindari penularan virus korona baru (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19.
“Sistem daring menjadi solusi untuk menangkap peluang pemasaran dalam pandemi Covid-19,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lembang Agri, Dodih, usai peluncuran website dan aplikasi jualsayuran.com secara virtual di Bandung, Jabar, Jumat (5/6/2020).
Melalui website dan aplikasi itu, masyarakat dapat membeli beraneka sayuran, di antaranya seledri, terung, paprika, brokoli, tomat, wortel, bayam, bawang merah, baby buncis, dan cabai. Pemesanan juga bisa dilakukan menggunakan aplikasi Whatsapp.
Menurut Dodih, di tengah pandemi Covid-19, petani khawatir hasil panen tidak terserap pasar. Sebab, warga mulai mengurangi belanja dengan bertatap muka secara langsung.
Tanpa ke pasar
Lewat pemasaran daring, konsumen dapat membeli sayuran tanpa harus ke pasar. Selain itu, akses pasar juga lebih luas.
“Jika tetap bertahan dengan sistem konvensional, hasil panen terancam tidak terjual karena sebagian pembeli takut ke pasar,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran sejumlah orang untuk belanja ke pasar demi menghindari penularan virus korona baru (SARS-CoV-2)
Dirintis sejak 2008, saat ini 235 petani tergabung dalam Gapoktan Lembang Agri. Mereka mengolah lahan seluas 100 hektar di Desa Cikidang, Lembang. Jaraknya sekitar 18 kilometer sebelah utara dari pusat Kota Bandung.
Hasil panen Gapoktan ini sekitar 50-100 ton berbagai jenis sayuran per bulan dengan omzet Rp 1 miliar – Rp 2 miliar. Hampir 80 persen di antaranya dijual ke pasar, restoran, dan rumah makan. Sisanya disalurkan ke supermarket dan diekspor.
Sejak 2015, Gapoktan Lembang Agri menjadi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Bank Indonesia Jabar. Dodih mengatakan, selain dilatih mengatur keuangan dan pemasaran, pihaknya juga mendapatkan bantuan cultivator (mesin bajak mini) dan cold storage (ruangan pendingin) dengan kapasitas lima ton.
“Cultivator sangat membantu agar lebih efektif mengolah lahan. Sementara cold storage berfungsi untuk mengatur distribusi panen. Jadi, saat stok berlebih, bisa disimpan dahulu,” ujarnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Herawanto mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku masyarakat. Salah satu perubahannya adalah inovasi dan pemanfaatan teknologi digital yang meningkat cepat dalam berbagai sektor, termasuk penjualan komoditas pertanian.
Dalam kondisi normal baru, diperlukan inovasi untuk tetap menjaga pasokan pangan dan mengendalikan harga. Menurut Herawanto, peluncuran website dan aplikasi jualsayuran.com juga mendukung implementasi transaksi nontunai dan berkontribusi terhadap percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan.
“Diharapkan menjadi contoh sekaligus momentum bagi kebangkitan UMKM lainnya. Hal ini sejalan dengan program Bank Indonesia untuk membangun UMKM berdaya saing, digital, dan berkontribusi optimal bagi pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.