Menunda liburan karena pandemi Covid-19 bukan berarti tak bisa menikmati kesegaran air laut Maladewa, konser musik di Nashville, atau memasak makanan Italia di Florence.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
Sensasi berlibur tetap bisa dinikmati secara virtual. Liburan virtual juga jadi sarana bagi hotel menjaga hubungan emosional dengan pelanggan. Bahkan, memupuk rindu pelanggan untuk menginap di hotel itu.
Sejak pemerintah menerapkan imbauan untuk beraktivitas dari rumah atau tempat tinggal, hasrat berlibur mesti ditahan. Lupakan dulu keinginan melancong demi mencegah penularan Covid-19.
Namun, jangan khawatir. Sejumlah hotel di mancanegara menawarkan pengalaman virtual yang bisa membuat tiap orang mencicipi dan merasakan suasana berlibur dari tempat tinggal secara virtual. Segar....
Hotel Atlantis Dubai, Uni Emirat Arab, misalnya, menawarkan tur virtual melalui Youtube. Dengan memutar video ini, pengunjung seolah-olah sedang memasuki hotel dari teras tempat tamu turun dari mobil hingga menapaki lobi dan lorong-lorong hotel. Pengalaman itu disajikan lewat video 360 derajat yang dinikmati melalui layar sambil menggerakkan gawai yang digenggam.
Jika ingin menikmati pemandangan laut dan langit biru, Scuba Spa Floating Resort di Maladewa menawarkan pengalaman virtual di Youtube dengan video 360 derajat. Penonton serasa hadir sebagai pengunjung yang turut mencicipi suasana sekumpulan orang yang terekam beraktivitas di hotel itu.
Sementara Hotel Cape Dara di Pattaya, Thailand, juga menawarkan tur virtual melalui Youtube. Dengan video 360 derajat, pengunjung diajak menikmati suasana kolam renang dan kamar hotel yang memiliki balkon menghadap ke pantai.
Selain memanfaatkan kanal media sosial, ada pula hotel-hotel yang menawarkan pengalaman ”menginap” secara virtual lewat laman resminya. Contohnya, Hotel del Coronado di California, Amerika Serikat (AS), yang menampilkan video siaran langsung dari kamera perekam yang menghadap ke laut lepas.
Menurut pengamat marketing dari Managing Partner Inventure Yuswohady, fasilitas virtual yang ditawarkan hotel-hotel tersebut belum bisa menawarkan sentuhan dari pengalaman fisik yang dirasakan langsung panca-indera. Namun, pelaku industri perhotelan dapat memanfaatkan fasilitas tur virtual ini sebagai strategi pemasaran selama pandemi Covid-19.
Bahkan, Yuswohady menilai perlu ada pemain lokal yang memanfaatkan teknologi virtual ini untuk mengangkat atraksi atau destinasi wisata terdekat. Misalnya, video 360 derajat Raja Ampat di Papua Barat atau Kawah Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur.
Pelaku industri perhotelan dapat memanfaatkan fasilitas tur virtual ini sebagai strategi pemasaran selama pandemi Covid-19.
Sementara itu, Executive Director MarkPlus Tourism Nalendra menuturkan, ada dua tahap yang dilakukan calon wisatawan sebelum memesan, yakni membayangkan dan merencanakan.
Menurut dia, pengalaman virtual bisa saja tak hanya membawa calon wisatawan di tahap membayangkan dan merencanakan, tetapi hingga ke pemesanan. Syaratnya, pengalaman itu turut menawarkan layanan hotel yang bersifat fleksibel, seperti pesan sekarang untuk digunakan hingga 1-2 tahun mendatang.
Untuk menjaga relevansi dan relasi pelaku industri hotel dengan konsumennya di tengah pandemi Covid-19, Nalendra berpendapat, pengalaman virtual yang ditawarkan membutuhkan sentuhan personal secara fisik.
”Hal ini bisa didapatkan dengan beraktivitas bersama-sama. Misalnya, pelaku industri hotel mengajak pelanggan untuk berolahraga atau memasak hidangan khas hotel tersebut,” katanya saat dihubungi, Sabtu (23/5/2020) malam.
Melalui kampanye #GoneHomeWithGurneys, Gurney’s Resorts di AS menyiapkan program meditasi dan memasak yang bisa disimak siapa saja. Program-program itu bersifat mingguan dan ditayangkan di akun resmi Instagram hotel tersebut.
Berada di daerah yang identik dengan konser musik, Bobby Hotel di Nashville, AS, menyuguhkan konser dalam jaringan lewat akun Instagram. Bobby Hotel juga mengajak masyarakat yang memantau akun Instagram-nya untuk memasak sajian bernama ”Bananas Foster French Toast” dengan kampanye ”Bring Bobby Home”.
Sementara beragam hidangan khas Italia juga disuguhkan dalam siaran Instagram memasak bersama koki hotel Il Salviatino, Florence, Italia. Tak hanya memanjakan tamu jaringan virtual dengan piza, risotto, dan tiramisu, penginapan ini juga mengajak audiens untuk berkebun melalui siaran di kanal yang sama.
Nalendra menambahkan, pemain hotel dapat menceritakan sisi lain kehidupan staf hotel untuk mendekati pelanggan secara emosional. ”Strategi ini cukup efektif bagi penginapan yang jumlah personelnya sedikit, seperti vila, dan memiliki pelanggan setia,” katanya.
Bagi yang sudah berinvestasi di teknologi digital dan pemasaran digital, Nalendra mengatakan, langkah-langkah tersebut relevan dilakukan pelaku hotel di Indonesia selama pandemi Covid-19. Namun, bagi yang belum berinvestasi di teknologi dan pemasaran digital, prioritas hotel adalah menjaga kondisi keuangan agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19.
Menjaga relevansi dan relasi secara personal dan emosional dengan pelanggan melalui teknologi digital memiliki peran strategis bagi pebisnis hotel saat ini. Saat pandemi berakhir, tak tertutup kemungkinan pelanggan akan kembali menginap di hotel yang paling menyentuh dan mengikat mereka secara emosional.