Selesaikan lebih dulu krisis kesehatan. Kemudian, persoalan ekonomi akan mengikuti.
Oleh
DEWI INDRIASTUTI
·3 menit baca
Setiap saat selalu ada risiko perubahan rencana. Penyebabnya bermacam-macam, misalnya kondisi ekonomi yang tiba-tiba berubah, situasi geopolitik yang tidak stabil, dan faktor lain yang mendadak tak bisa lagi diandalkan.
Kerap kali ada rencana cadangan yang bisa ditempuh jika berbagai faktor yang semula mendukung, berbalik arah menjadi faktor penghalang. Atau sebaliknya, faktor yang semula menghalangi menjadi faktor yang menyokong rencana.
Di sisi lain, ada hal-hal yang tidak boleh dilupakan kendati dalam kondisi pandemi Covid-19. Misalnya, distribusi bahan pokok yang mesti dijaga agar masyarakat tidak kesulitan memperolehnya. Kelancaran distribusi juga diiringi dengan harga yang stabil sehingga produsen dan konsumen sama-sama menikmati manfaatnya.
Kelancaran distribusi dan harga barang bisa dipantau dengan cara memperhatikan protokol kesehatan dan pencegahan penularan Covid-19. Kerumunan orang saat memantau harga barang dicegah untuk meminimalisasi penyebaran virus korona tipe baru.
Bagi dunia bisnis, mengutip seorang direktur utama bank di Indonesia, pandemi Covid-19 memberi pelajaran berharga. Pada saat bisnis sedang dalam kondisi bagus, pelaku usaha menyediakan cadangan dana sesuai kondisi normal. Akibatnya, pada saat kondisi usaha diwarnai ketidakpastian, dana cadangan yang semula dirasa cukup, tak lagi memadai. Namun, dia meyakini, pelajaran berharga ini akan membuat bisnis yang lolos melewati badai pandemi Covid-19 akan lebih kuat.
Siapa yang menyangka, perekonomian Indonesia tiba-tiba anjlok menjadi 2,97 persen pada triwulan I-2020. Meskipun, pada 2019, pertumbuhan ekonomi RI merosot perlahan, dari 5,07 persen secara tahunan pada triwulan I menjadi 5,05 persen pada triwulan II, kemudian 5,02 persen pada triwulan III, dan 4,97 persen pada triwulan IV.
Padahal, menurut proyeksi Komite Stabilitas Sistem Keuangan, dampak terberat pandemi Covid-19 bagi Indonesia akan terjadi pada triwulan II dan triwulan III. Dengan kata lain, masih ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi lebih melorot pada April-Juni dan Juli-September 2020.
Pelajaran baru yang mesti diterapkan pelaku bisnis adalah menyesuaikan irama bisnis dengan kondisi dunia, yang saat ini masih berhadapan dengan Covid-19. Setiap hal baru, terutama hal yang tak terduga, akan dihadapi dengan tergagap-gagap. Tak terkecuali saat menghadapi Covid-19.
Pemerintah, antara lain melalui Kementerian BUMN dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sudah berancang-ancang mengembalikan gerak roda perusahaan dengan mengadopsi normal baru. Kementerian Kesehatan pada akhir pekan lalu sudah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi. Alasan yang mendasari keputusan itu adalah dunia kerja tidak mungkin selamanya dibatasi. Roda ekonomi harus tetap berjalan.
Panduan yang disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan, antara lain pengaturan jarak antarpekerja minimal 1 meter pada setiap aktivitas kerja. Kendati masih menyebutkan kemungkinan bekerja dari rumah, surat keputusan itu juga mengatur tentang hal-hal yang mesti disediakan perusahaan untuk menghindarkan karyawan dari Covid-19 di tempat kerja.
Padahal, penularan Covid-19 di Indonesia masih terjadi dengan angka yang belum menunjukkan tren menurun. Sejak kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020, sejumlah pihak sudah menyarankan, bahkan mengingatkan, agar pemerintah berkonsentrasi pada penanganan krisis kesehatan akibat Covid-19. Perputaran roda ekonomi yang seret akibat pandemi Covid-19 tak hanya dialami Indonesia, tetapi juga terjadi di banyak negara. Semakin lama krisis kesehatan ditangani, maka perekonomian juga kian lama terpuruk. Lebih parah lagi, jika krisis kesehatan tak ditangani, kondisi perekonomian bisa jadi tak akan pulih.
Ada baiknya menggarisbawahi kalimat Tedros Adhanom Ghebreyesus, Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, yang disampaikan dalam paparan media, pekan lalu. ”Kesehatan bukanlah biaya. Kesehatan adalah investasi.”