Jumlah Kendaraan Pemudik Turun Drastis, Arus Balik Tetap Perlu Diwaspadai
Pergerakan kendaraan memang tidak bisa ditekan sampai nol. Indikator keberhasilan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), termasuk pengendalian transportasi, juga tidak biner.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat jumlah kendaraan yang keluar dari Jakarta pada periode Lebaran 2020 turun 62 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Namun, ini belum bisa dijadikan sebagai indikator keberhasilan pembatasan sosial berskala besar dan larangan mudik. Masih ada persoalan saat arus balik nanti.
Berdasarkan data Jasa Marga, jumlah kendaraan yang meninggalkan Jakarta pada H-7 hingga H-1 Lebaran atau dari 17-23 Mei 2020 sebanyak 465.582 kendaraan. Jumlah ini turun 62 persen dibandingkan dengan lalu lintas pada periode Lebaran 2019.
Adapun jumlah kendaraan yang meninggalkan Jakarta pada H1 Lebaran 2020 atau 24 Mei 2020 sebanyak 37.878 kendaraan. Angka ini turun 81 persen dibandingkan volume lalu lintas pada periode sama 2019.
Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru menuturkan, Senin (25/5/2020), data pergerakan kendaraan meninggalkan Jakarta selama periode Lebaran dapat dimonitor melalui laman Jasa Marga. Arus lalu lintas meninggalkan Jakarta tersebut terdistribusi ke tiga arah.
Lalu lintas yang meninggalkan Jakarta dari sisi timur merupakan kontribusi dua gerbang tol (GT) pengganti GT Cikarang Utama, yakni GT Cikampek Utama untuk pengguna jalan menuju Jalan Tol Trans-Jawa. Gerbang satunya adalah GT Kalihurip Utama untuk pengguna jalan yang hendak menuju Jalan Tol Cipularang-Padaleunyi.
Sementara itu, kendaraan yang meninggalkan Jakarta dari arah barat melalui GT Cikupa Jalan Tol Merak-Tangerang. Dari sisi selatan, kendaraan meninggalkan Jakarta melalui GT Ciawi Jalan Tol Jagorawi.
”Jasa Marga selama ini mengimbau pengguna jalan tol berpartisipasi aktif untuk mencegah penularan Covid-19. Hal itu bisa diwujudkan, misalnya, dengan tidak mudik dan tidak piknik pada Lebaran tahun ini," kata Dwimawan.
Selain itu, lanjut Dwimawan, Jasa Marga juga meminta pengguna jalan tol membatasi perjalanan, menjaga jarak, keluar rumah hanya untuk keadaan mendesak, serta wajib mengenakan masker jika harus beraktivitas di luar rumah.
Efektivitas PSBB
Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya Setyaka Dillon mengatakan, hal penting yang harus dilakukan saat pandemi Covid-19 adalah menghindari kerumunan. Langkah ini dibutuhkan untuk mencegah virus korona baru agar tidak menular lebih luas.
Khusus di sektor transportasi, pergerakan kendaraan memang tidak bisa ditekan sampai nol. Indikator keberhasilan opsi pembatasan sosial berskala besar (PSBB), termasuk pengendalian transportasi, juga tidak biner.
”Indikator paling definitif untuk keberhasilan PSBB adalah dengan melihat jumlah kasus positif pada 1-2 minggu ke depan. Semua langkah kami ini kan dalam rangka mencegah penyebaran virus. Oleh karena itu, berhasil tidaknya upaya ini ditentukan oleh tingkat penularan atau infeksi ke depan,” ujarnya.
Indikator paling definitif untuk keberhasilan PSBB adalah dengan melihat jumlah kasus positif pada 1-2 minggu ke depan. Semua langkah kita ini kan dalam rangka mencegah penyebaran virus.
Menurut Harya, virus berpotensi menginfeksi jauh lebih banyak orang dalam waktu singkat ketika terjadi kerumunan. Kerumunan di kota selama ini coba dicegah, antara lain dengan bekerja dari rumah (work from home/WFH), pembatasan jarak, dan peliburan sekolah.
Kerumunan yang berpotensi mendorong penyebaran virus pun dapat terjadi ketika masyarakat bepergian secara massal. Terkait hal ini, MTI telah mendorong pemerintah agar tegas melarang mudik. Desa-desa kini menjadi benteng agar tidak terjadi penularan virus Covid-19.
"Pengetahuan kita tentang Covid-19 masih terus berkembang. Hampir tiap minggu ada hal baru yang perlu kita pahami. Jadi, sebelum semua diketahui secara pasti, kita harus mengambil langkah paling aman, termasuk menghindari kontak fisik atau kerumunan,” kata Harya.
Akademisi Program Studi Teknik Sipil Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Djoko Setijowarno, berpendapat, esensi pengendalian transportasi di masa pandemi Covid-19 adalah mencegah penularan virus korona baru. Terkait mobilitas lokal di Jawa Tengah, Djoko menuturkan secara umum lalu lintas selama H-1 dan H-2 Lebaran tahun ini lebih sepi dibanding tahun lalu.