Gasifikasi Grup Bakrie Kurangi Impor Metanol 250 Juta Dollar AS Per Tahun
Grup Bakrie mulai melirik proyek gasifikasi batubara. Mereka menggandeng Air Products, perusahaan asal Amerika Serikat, dalam proyek ini. Proyek ini kian mendorong hilirisasi batubara di dalam negeri.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Truk berat mengangkut batubara di Blok Tutupan yang ditambang PT Adaro Indonesia di perbatasan Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan, Rabu (19/5/2010).
JAKARTA, KOMPAS — Proyek gasifikasi batubara yang sedang dikembangkan Grup Bakrie bersama Air Products bisa mengurangi impor metanol senilai 250 juta dollar AS per tahun. Kedua pihak bersepakat mengerjakan proyek gasifikasi batubara menjadi metanol dengan kemampuan produksi 2 juta ton per tahun. Proyek yang dijadwalkan beroperasi pada 2024 ini dengan menyerap 5.000 tenaga kerja baru.
Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan pada pekan lalu secara virtual yang melibatkan Air Products, PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), dan PT Ithaca Resources. Dalam kesepakatan tersebut, lokasi yang dipilih untuk pembangunan proyek gasifikasi ada di Batuta Industrial Chemical Park di Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Nilai proyek tersebut 2 miliar dollar AS atau setara Rp 29,6 triliun.
Menurut Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk Anindya Bakrie, dalam kesepakatan itu, pihaknya memasok kebutuhan batubara 6 juta ton per tahun untuk menghasilkan metanol 2 juta ton per tahun. Batubara yang digunakan untuk proyek gasifikasi adalah batubara dengan kadar rendah, yaitu 3.600 kilokalori per kilogram sampai 4.200 kilokalori per kilogram.
”Berdasarkan komitmen, kami yang akan menyerap dan memasarkan produk metanol yang dihasilkan tersebut. Dengan volume 2 juta ton, itu sudah mampu mengurangi impor metanol senilai 250 juta dollar AS per tahun,” ujar Anindya dalam wawancara secara daring, Senin (18/5/2020).
Dengan volume 2 juta ton, itu sudah mampu mengurangi impor metanol senilai 250 juta dollar AS per tahun.
PRESENTASI APBI-ICMA
Para pemegang Perjanjian Kerja Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang masa berlakunya telah habis tahun 2019 hingga 2025. Dipresentasikan oleh Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia APBI-ICMA, pada diskusi virtual, 14 Mei 2020.
Anindya melanjutkan, nilai investasi 2 miliar dollar AS adalah biaya yang dikeluarkan Air Products untuk membangun pabrik berikut peralatan dan teknologinya. Adapun Grup Bakrie berperan sebagai penyedia kawasan, pembangun infrastruktur pendukung, seperti jaringan pipa dan pelabuhan, serta penyerap dan memasarkan produk. Namun, tidak disebutkan berapa investasi yang akan dibelanjakan Grup Bakrie itu.
General Manager Business Development PT Bakrie Capital Indonesia Rio Supin menambahkan, pihaknya berhasil menepis keraguan bahwa proyek gasifikasi di Indonesia tidak ekonomis. Pasalnya, lokasi proyek gasifikasi adalah di sekitar kawasan tambang batubara KPC. Selain itu, letaknya juga berdekatan dengan pantai yang kian memudahkan untuk urusan transportasi laut.
”Faktor lainnya adalah adanya program mandatori biodiesel yang tahun ini ditetapkan sebanyak 30 persen (B-30). Metanol adalah salah satu bahan baku pada B-30 tersebut sehingga ada jaminan terserap oleh pasar. Hal-hal itulah yang membuat bisnis gasifikasi ini masuk akal secara keekonomian,” kata Rio.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pemuatan batubara ke tongkang di pelabuhan PT Tunas Inti Abadi di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Rabu (26/9/2018). Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, batubara tersebut juga diekspor ke India, China, Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Sebelumnya, proyek gasifikasi batubara sudah mulai dilirik PT Bukit Asam Tbk. Perusahaan BUMN produsen batubara ini menginvestasikan Rp 4,5 triliun untuk proyek gasifikasi tersebut. Bukit Asam menggandeng sejumlah perusahaan, yaitu PT Pertamina (Persero), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, dan Air Products asal Amerika Serikat selaku pemilik teknologi gasifikasi batubara.
Metanol adalah salah satu bahan baku pada B-30 tersebut sehingga ada jaminan terserap oleh pasar. Hal-hal itulah yang membuat bisnis gasifikasi ini masuk akal secara keekonomian.
”Produk gasifikasi nanti direncanakan untuk menghasilkan dimetil eter dan metanol. Rencana lokasi proyek gasifikasi ada di Tanjung Enim, Sumatera Selatan,” kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin, beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Gasifikasi batubara yang dikembangkan Bukti Asam dan mitra tersebut dijadwalkan beroperasi pada November 2022. Produk yang dihasilkan adalah 500.000 ton urea per tahun, 400.000 ton dimetil eter, dan 450.000 ton polypropylene. Kebutuhan batubara untuk proyek tersebut adalah 6,2 juta ton per tahun.