Sejumlah badan usaha milik negara didorong membangun ketahanan kesehatan nasional. Produksi alat kesehatan, vaksin, dan obat-obatan sangat dibutuhkan di masa krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 saat ini.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sejumlah badan usaha milik negara didorong membangun ketahanan kesehatan nasional. Produksi alat kesehatan, vaksin, dan obat-obatan sangat dibutuhkan di masa krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 saat ini.
Penguatan industri kesehatan dalam negeri sangat penting untuk mengurangi ketergantungan produk dari luar negeri. Apalagi, Covid-19 menyebar ke banyak negara sehingga kebutuhan alat-alat kesehatan juga meningkat.
Ini sebagai klasifikasi setiap perusahaan. Sebab, selain ketahanan energi dan pangan, ketahanan kesehatan juga akan menjadi prioritas kami. (Erick Tohir)
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pihaknya telah memetakan peran sejumlah BUMN untuk mendukung industri kesehatan. PT Kimia Farma, misalnya, akan fokus memproduksi obat-obatan berbasis kimia.
PT Bio Farma difokuskan memproduksi vaksin dan mengembangkan terapi stem cell. Sementara PT Indofarma fokus pada pengobatan herbal.
”Ini sebagai klasifikasi setiap perusahaan. Sebab, selain ketahanan energi dan pangan, ketahanan kesehatan akan menjadi prioritas kami,” ujarnya di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (21/5/2020).
Di Bandung, Erick menyerahkan bantuan pangan dan alat kesehatan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ia juga mengunjungi laboratorium Bio Farma dan gudang Perum Bulog Gedebage.
Erick menuturkan, membangun ketahanan kesehatan akan melibatkan banyak pihak. Dalam penelitian, misalnya, pihaknya akan menggandeng perguruan tinggi. Sementara badan usaha milik daerah (BUMD) dan swasta juga dilibatkan dalam mengembangkan produknya.
”Jadi, tidak disedot sendiri (oleh BUMN). Kami membangun ekosistem yang sehat dan tidak mematikan peran pihak lainnya,” ujarnya.
Erick mengatakan, mayoritas penduduk Indonesia saat ini berusia di bawah 35 tahun. Namun, 25 tahun mendatang, mayoritas penduduk akan berusia tua sehingga rentan mengalami gangguan kesehatan. Oleh sebab itu, kemandirian memproduksi alat kesehatan dan obat-obatan sangat penting dipersiapkan dari sekarang.
Penguatan industri kesehatan dalam negeri sangat penting untuk mengurangi ketergantungan produk dari luar negeri.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengusulkan kepada Erick Thohir untuk melahirkan BUMN di bidang bioteknologi. Usulan ini berdasarkan kemampuan PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia membuat ventilator untuk pasien Covid-19.
”Insinyur kita juga bisa membuat alat kesehatan. Ventilator (impor) yang harganya Rp 500 juta, ternyata bisa turun menjadi Rp 20 juta dengan membuat sendiri,” ujarnya.
Beberapa skenario
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa skenario untuk membantu penanganan Covid-19. Salah satunya memproduksi alat diagnostik real time polymerase chain reaction (RT-PCR) yang merupakan hasil kerja sama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Nusantics.
Honesti mengatakan, pihaknya mampu memproduksi 50.000 alat tes PCR setiap minggu. Produk tersebut sudah mulai didistribusikan ke 31 laboratorium sesuai dengan rekomendasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Bio Farma turut membantu penelitian plasma konvalesen, hasil kerja sama dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Plasma ini merupakan terapi kepada pasien Covid-19 yang memasuki masa kritis.
Kadar antibodi atas virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, diperiksa sehingga layak diberikan kepada pasien Covid-19. Selain itu, Bio Farma juga membuat mobile laboratorium dengan standar Bio Safety Level 3 (BSL 3).