Meski masih di tengah pandemi Covid-19, warga Jakarta tetap antusias menyambut perayaan Idul Fitri 1441 Hijriah. Lebaran kali ini memang agak berbeda karena larangan mudik dan penerapan pembatasan sosial berskala besar.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati akan merayakan Lebaran di tengah pandemi Covid-19, warga Jakarta tetap menyambutnya dengan sejumlah tradisi lama, misalnya mengirim bingkisan kepada kerabat. Bingkisan dimaknai sebagai simbol silaturahmi selama pembatasan sosial berskala besar berlaku.
Suasana Pasar Barito, Jakarta Selatan, Kamis (21/5/2020) siang, lengang. Hanya ada beberapa orang yang membeli parsel. Menurut sejumlah pedagang, keramaian pembeli biasanya terjadi pada sore hari. Pedagang pun sibuk membuat parsel sambil menunggu pembeli.
Salah satu pembeli parsel, Dede (28), mengatakan, dirinya akan memberi parsel kepada kerabat yang merayakan Lebaran. Parsel itu ia jadikan media bersilaturahmi. ”Kehadiran saya diwakili dengan parsel saja,” katanya.
Menurut Surayem (58), pedagang parsel di Pasar Barito, penjualan parsel tahun ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu. Penjualan sepi di tiga minggu pertama Ramadhan dan baru ramai seminggu terakhir. Hingga kini, ia telah menjual sekitar 200 parsel berisi makanan dan minuman kemasan serta barang pecah belah.
”Jumlah penjualan menurun dibanding tahun lalu, tetapi untunglah masih ada yang beli. Kemarin, pasar ini ramai sekali dengan pembeli sampai satpol PP datang dan menegur kami,” kata Surayem.
”Hampers”
Selain parsel, masyarakat juga meminati bingkisan yang akrab disebut hampers. Secara visual, hampers sedikit berbeda dengan parsel. Parsel umumnya berupa makanan dan minuman kemasan yang disusun pada keranjang rotan, diberi dekorasi khas hari raya, lalu dibungkus plastik bening. Hampers bernuansa lebih modern. Bentuk dan isinya pun lebih beragam, mulai dari makanan siap masak, kue kering, kue tar, pakaian, sabun, aromaterapi, hingga jamu.
Hampers atau bingkisan kerap dijual pelaku UMKM di media sosial dan platform e-dagang. Menurut pantauan di media sosial, bingkisan yang dijual sejumlah pedagang laris diburu pembeli. Beberapa pedagang bahkan harus menutup pesanan lebih awal dan memberi pengumuman bahwa dagangan mereka telah habis terjual.
Pelaku usaha kuliner, Iffa Aulia (24), adalah salah satu orang yang memanfaatkan momen Lebaran untuk membuat bingkisan. Ia mematok harga Rp 300.000-Rp 700.000 per bingkisan. Satu bingkisan berisi aneka macam kue kering dan brownies.
”Saya buat hampers karena permintaan pasar. Konsumen antusias sekali sampai saya harus menolak beberapa pesanan karena tidak sanggup mengerjakan. Maklum, skala produksi saya masih kecil,” kata Iffa.
Salah satu warga Jakarta, Raja Haposan (27), mengatakan, dirinya membeli bingkisan untuk enam kerabat di Jabodetabek dan Bandung yang merayakan Lebaran. Ia mengaku tidak punya tradisi memberi bingkisan sebelumnya. Ia memberi bingkisan karena tidak dapat mengunjungi kerabatnya tahun ini.
”Ini untuk silaturahmi karena kami tidak bisa bertemu langsung selama PSBB. Saya harap mereka tetap dapat memaknai Idul Fitri dengan sukacita,” kata Raja.
Ini untuk silaturahmi karena kami tidak bisa bertemu langsung selama PSBB. Saya harap mereka tetap dapat memaknai Idul Fitri dengan sukacita.
Hal serupa dialami karyawan swasta, Teddy (24). Ia juga membeli bingkisan untuk kerabat yang berada di luar kota. Menurut dia, bingkisan dapat menjadi simbol empati dan silaturahmi di masa pandemi.
Baju lebaran
Minat masyarakat membeli baju baru tetap ada. Hal ini tampak dari kerumunan warga di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Kamis siang. Beberapa di antaranya mengaku hendak membeli baju lebaran.
Warga Tangerang, Muryati (43), adalah salah satu pembeli yang nekat ke pasar untuk membeli pakaian. Saat ditemui Kompas, ia sedang bertransaksi dengan pedagang dari atas lereng (ramp) jembatan penyeberangan orang demi menghindari kerumunan di bawah. Di tangannya ada beberapa kantong plastik berisi pakaian yang ia beli.
Ia mengaku sudah beberapa kali membeli pakaian lebaran ke Pasar Tanah Abang selama PSBB. Ia merespons potensi terinfeksi Covid-19 di kerumunan dengan santai. ”Saya mah bismillah saja,” kata Muryati.
Sebelumnya, satpol PP telah menertibkan para pedagang di Pasar Tanah Abang yang berjualan selama PSBB. Penertiban juga dilakukan kepada pedagang nonbahan pangan di pasar lain, seperti Pasar Kramatjati, Jakarta Timur.