Pasar batubara sedang lesu di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda banyak negara. Efisiensi operasi menjadi kunci bagi perusahaan batubara untuk menjaga kinerja.
Oleh
ARIS PRASETYO
ยท2 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Truk berat mengangkut batubara di Blok Tutupan yang ditambang PT Adaro Indonesia di perbatasan Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan, Rabu (19/5/2010).
JAKARTA, KOMPAS โ PT Adaro Energy Tbk membagikan dividen 250 juta dollar AS atau setara Rp 3,6 triliun kepada pemegang saham. Pasar batubara diprediksi dalam kondisi sulit akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Perusahaan akan mempertahankan efisiensi untuk menjaga kinerja positif.
Dalam keterangan resmi yang dikutip Kompas, Kamis (21/5/2020), dividen yang dibagikan tersebut setara 62 persen dari total laba Adaro untuk kinerja keuangan 2019. Perusahaan juga mengalokasikan 150,5 juta dollar AS sebagai laba ditahan dan 3,5 juta dollar AS sebagai dana cadangan.
โDi tengah kondisi pasar yang sulit di 2019, kami berhasil mencapai kinerja yang solid berkat keunggulan operasi dan pengendalian biaya yang berkelanjutan. Keunggulan operasi akan terus dipertahankan karena kami memprediksi pasar batubara akan tetap sulit di 2020 akibat pandemi global,โ ujar Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir.
Penurunan harga disebabkan masih lemahnya permintaan dari negara pengimpor utama batubara, seperti China, Korea Selatan, India, dan Jepang.
Dalam laporan kinerja triwulan I-2020, produksi batubara Adaro naik 5 persen menjadi 14,41 juta ton dibanding triwulan I-2019. Kenaikan ini dipicu permintaan batubara yang tinggi pada periode tersebut. Pasar tertinggi penjualan batubara Adaro di Asia Tenggara 47 persen, Asia Timur 22 persen, India 19 persen, China 10 persen, dan negara-negara lain 2 persen.
KOMPAS/ARIS PRASETYO
Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir (tengah) sedang berbincang dengan jajaran direksi Coaltrade Services International Pte Ltd, anak usaha Adaro di bidang jasa perdagangan batubara, Neil Little (kanan) dan Pepen HD (kiri), Sabtu (28/4/2018), di Singapura.
Sebelumnya, harga batubara acuan di Indonesia untuk periode Mei 2020 merosot menjadi 61,11 dollar AS per ton dibandingkan dengan harga pada April 2020 yang sebesar 65,77 dollar AS per ton. Penurunan harga disebabkan permintaan yang masih lemah dari negara-negara pengimpor utama batubara, seperti China, Korea Selatan, India, dan Jepang. Melemahnya permintaan ini seiring dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan aktivitas industri di banyak negara terhambat.
โPerlambatan pertumbuhan ekonomi global selama pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan batubara turun sehingga harganya kembali melemah,โ ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi.
Menurut Agung, pergerakan harga batubara cukup dinamis di tahun ini. Sempat naik dua kali, yaitu di rentang Januari hingga Maret, harga batubara juga turun dua kali dari Maret hingga Mei. Pada Januari 2020, harga batubara tercatat 65,93 dollar AS per ton dan naik menjadi 66,89 dollar AS per ton pada Februari. Untuk harga di bulan Maret, harga batubara kembali naik menjadi 67,08 dollar AS per ton.
Sampai 20 Mei 2020, produksi batubara Indonesia sebanyak 212 juta ton. Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batubara sebanyak 550 juta ton atau lebih rendah dari realisasi tahun 2019 yang sebanyak 610 juta ton. Dari produksi sebanyak 550 juta ton, pasokan untuk pasar domestik ditargetkan 155 juta ton.
SUMBER: KEMENTERIAN ESDM
Grafis rencana produksi batubara di 2020 dan pasokan batubara di pasar dalam negeri.