Pada triwulan I-2020, transaksi berjalan Indonesia defisit 3,924 miliar dollar AS. Namun, transaksi finansial yang biasanya diandalkan untuk menutup defisit transaksi berjalan, kali ini defisit 2,933 miliar dollar AS.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan impor akibat perlambatan ekonomi domestik berdampak pada defisit transaksi berjalan triwulan I-2020 yang menipis. Tren pengurangan defisit transaksi berjalan diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia.
Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2020 mencapai 3,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 57,38 triliun. Besaran defisit tersebut setara dengan 1,4 persen produk domestik bruto (PDB).
Defisit transaksi berjalan pada triwulan I-2020 itu lebih tipis daripada defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2019, yakni 8,1 miliar dollar AS atau 2,8 persen PDB.
Meski demikian, transaksi jasa, yang diandalkan untuk menutup defisit transaksi berjalan, juga defisit pada triwulan I-2020. Akibatnya, neraca pembayaran Indonesia juga defisit.
Dalam keterangan yang diterima Kompas, Rabu (20/5/2020), Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, defisit transaksi berjalan menipis karena impor berkurang seiring perlambatan ekonomi domestik.
Selain itu, penurunan defisit transaksi berjalan dipengaruhi peningkatan surplus neraca perdagangan barang disertai dengan penurunan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Kinerja ekspor yang anjlok mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia.
”Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat,” ujar Onny.
Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat.
Selain defisit transaksi berjalan, defisit neraca jasa Indonesia juga membaik. Perbaikan ini dipengaruhi penurunan defisit jasa transportasi seiring penurunan impor barang. Impor yang turun ini mampu menutup dampak negatif penurunan surplus jasa perjalanan akibat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang berkurang.
Selama ini, surplus neraca perjalanan membantu mengurangi neraca jasa Indonesia yang defisit. Pada triwulan I-2020, neraca jasa perjalanan surplus 1,401 miliar dollar AS. Sementara, neraca jasa defisit 1,872 miliar dollar AS pada triwulan I-2020. Defisit neraca jasa ini lebih tipis ketimbang triwulan IV-2019 yang defisit 2,016 miliar dollar AS, kendati masih lebih dalam daripada triwulan I-2019 yang defisit 1,571 miliar dollar AS.
Data Neraca Pembayaran Indonesia yang dirilis BI menunjukkan, pelawat yang datang ke Indonesia pada triwulan I-2020 sebanyak 2,616 juta orang, sedangkan orang Indonesia yang bepergian ke luar negeri 1,943 juta orang. Jumlah ini paling rendah setidaknya sejak triwulan I-2018.
Dihubungi terpisah, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan, tren penurunan defisit transaksi berjalan akan terus berlanjut seiring kontraksi impor yang jauh lebih dalam ketimbang kontraksi ekspor.
”Kami perkirakan, defisit transaksi berjalan sepanjang tahun 2020 hanya 1,81 persen dari PDB, lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 2,72 persen dari PDB,” kata Andry.
Namun, di balik perbaikan defisit transaksi berjalan, bank sentral tetap perlu mewaspadai pelebaran defisit neraca modal dan finansial akibat tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Di balik perbaikan defisit transaksi berjalan, bank sentral tetap perlu mewaspadai pelebaran defisit neraca modal dan finansial akibat tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
BI mencatat, transaksi modal dan finansial triwulan I-2020 turun signifikan dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya, yakni defisit 2,9 miliar dollar AS (Rp 42,67 triliun). Defisit ini terjadi dipicu besarnya aliran modal keluar akibat kepanikan pasar keuangan global terhadap pandemi Covid-19. Defisit neraca modal dan finansial ini terjadi untuk pertama kalinya, setidaknya sejak triwulan I-2018.
Pada triwulan I-2019, transaksi finansial surplus 9,857 miliar dollar AS sehingga menutup defisit transaksi berjalan yang defisit 6,6 miliar dollar AS. Sementara, pada triwulan IV-2019, transaksi berjalan yang defisit 8,082 miliar dollar AS, ditutup transaksi finansial yang surplus 12,591 miliar dollar AS. Akibatnya, neraca pembayaran Indonesia menjadi surplus.
Namun, pada triwulan I-2020, Neraca Pembayaran Indonesia defisit 8,5 miliar dollar AS (Rp 125,07 triliun). Sementara posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2020 sebesar 121 miliar dollar AS (Rp 1.780 triliun).