Ojek Daring Berhenti Operasi, Layanan Antar Makanan Naik 10 Persen
Ada pergeseran perilaku konsumen yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19 dan masa penerapan PSBB di sejumlah daerah di Indonesia. Transaksi daring untuk layanan pengantaran makanan dan barang pun meningkat.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Ojek daring mengambil belanjaan pesanan pelanggan di pasar modern Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (13/05/2020). Meskipun sejumlah lapak menyediakan layanan antar, sebagian warga lebih memilih untuk belanja langsung ke pasar di tengah pandemi Covid-19 karena alasan dapat memilih sendiri kesegaran dari produk yang dibeli.
JAKARTA, KOMPAS — Transaksi daring untuk layanan pengantaran makanan dan barang meningkat selama masa penerapan pembatasan sosial berskala besar Covid-19. Namun, tren ini dinilai tidak mampu menahan tekanan ekonomi yang dirasakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan, ada pergeseran perilaku konsumen yang cukup signifikan selama pandemi Covid-19 dan masa penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) beberapa pekan terakhir di sejumlah daerah di Indonesia.
Nila mengungkapkan bahwa memang terjadi penurunan permintaan layanan Goride—layanan ojek sepeda motor daring—secara drastis akibat salah satu norma larangan dalam penerapan PSBB.
Namun, hal ini juga menimbulkan peningkatan transaksi daring untuk penjualan makanan serta pengantaran barang.
Nila mengatakan, ada peningkatan jumlah transaksi dan omzet dari mitra penjual makanan ataupun barang secara daring dapat mencapai sekitar 10 persen, selama satu bulan terakhir.
Kompas/Priyombodo
Ojek daring mengambil belanjaan pesanan pelanggan di pasar modern Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (13/05/2020). Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita mengatakan ada peningkatan 10 persen pada transaksi layanan antar makanan Gofood pada masa PSBB Covid-19.
”Kalau sebelum Covid-19, konsumen selalu punya pilihan untuk makan di restoran atau membeli barang di mal. Dengan PSBB ini, transaksi tersebut pindah ke online semua,” kata Nila dalam diskusi bertajuk ”Bagaimana Ekosistem Digital Membantu Penanganan Wabah Covid-19?” bersama harian Kompas yang digelar secara virtual pada Selasa (19/5/2020) sore.
Adanya pergeseran perilaku masyarakat ini lantas tidak melindungi kondisi ekonomi mitra merchant ataupun pengemudi Gojek dari tekanan. Untuk itu, pihak korporat Gojek juga membuat sejumlah inisiatif guna mengurangi beban mitra Gojek yang penghasilannya sudah terkikis Covid-19.
Salah satu program adalah pembagian sembako untuk mitra pengemudi Gojek. Nila mengatakan, hingga kini, pihaknya sudah membagikan 450.000 paket sembako untuk pengemudi di 16 kota besar di Indonesia.
Selain itu juga ada program vouer makan gratis yang dibagikan kepada pengemudi Gojek untuk ditukarkan kepada mitra merchant Gofood.
”Ini harapannya bisa mengurangi beban harian pengeluaran mitra driver. Voucer ini disediakan dari merchant Gofood. Jadi, kami juga sekaligus membantu menjaga order mereka,” kata Nila.
Hampir separuh UMKM berhenti
Pandemi Covid-19 yang hingga kini belum memiliki obat maupun vaksin memaksa pembatasan sosial menjadi satu-satunya cara untuk memperlambat penyebaran penyakit ini. Hal ini pun menyebabkan putaran roda ekonomi di seluruh dunia melambat.
Survei Laboratorium Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran pada April–Mei 2020 terhadap UMKM di Jawa Barat menunjukkan, sebanyak 47 persen UMKM telah berhenti beroperasi.
Lalu, 85 persen UMKM mengalami penurunan pendapatan lebih dari 30 persen. Sebanyak 59 persen UMKM juga telah merumahkan 30 persen lebih pegawai untuk menekan biaya operasional.
Sebanyak 81 persen UMKM juga mengalami masalah arus kas setelah 1-4 bulan, ujar Rektor Universitas Padjadjaran Rina Indiastuti dalam sebuah diskusi dengan Kementerian Koperasi dan UKM pada akhir pekan lalu (Kompas, 15/5/2020).
Penerapan PSBB juga menimbulkan peningkatan permintaan layanan transportasi daring mobil, seperti yang dilaporkan oleh Grab Indonesia. Grab melaporkan bahwa permintaan armada roda empat khusus GrabCar Protect telah meningkat tiga kali lipat sejak diluncurkan pada awal April lalu.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
ASN mencoba membeli barang menggunakan layanan belanja daring di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Senin (4/5/2020). Operator ojek daring Grab bekerja sama dengan pengelola pasar menyediakan layanan belanja secara daring di 16 pasar tradisional di Solo. Layanan tersebut untuk membantu warga memperoleh berbagai kebutuhan di pasar tradisional tanpa harus pergi dari rumah.
Pada layanan ini, yang membedakannya dengan GrabCar biasa adalah adanya partisi pastik pemisah antara penumpang dan mitra pengemudi. Per pekan ini, GrabCar Protect telah memiliki 5.000 mobil sebagai armadanya.
Managing Director of Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, layanan ini diluncurkan agar penumpang dan mitar pengemudi masing-masing terlindungi dari penyebaran virus.
”Kami berharap dengan hal ini dapat membantu pemerintah untuk dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat yang masih melakukan aktivitas di luar rumah selama masa PSBB maupun saat PSSB sudah berakhir,” kata Neneng.
Saat ini, layanan GrabCar Protect telah tersedia di sejumlah wilayah dan kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Medan, Makassar, Surabaya, Bali, Yogyakarta, Semarang, Palembang, Lampung, Manado, Balikpapan, Banjarmasin, Mataram, dan Pontianak.