Kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai berkurang. Penyebabnya beragam, di antaranya pemberlakuan pembatasan sosial, transaksi nontunai yang semakin digemari, dan indikasi daya beli yang melemah.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang Lebaran kali ini, uang tunai yang disiapkan bank tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Jumlah dana yang disiapkan itu turun 17-65 persen dibandingkan dengan periode Lebaran tahun lalu.
Hal itu karena kendati sebagian masyarakat sudah menerima tunjangan hari raya dan bantuan sosial, pembatasan sosial membuat masyarakat mengubah pola transaksi dan belanja. Belanja lebih banyak secara dalam jaringan, sedangkan transaksi nontunai mulai meningkat. Masyarakat juga tidak mudik sehingga dana yang semula untuk mudik berubah.
Sebanyak 55-57 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia dari konsumsi rumah tangga. Pada triwulan I-2020, konsumsi rumah tangga tumbuh 2,84 persen secara tahunan. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi April 2020 yang 0,08 persen mengindikasikan daya beli masyarakat yang melemah.
Siaran pers Bank Indonesia, dikutip Minggu (17/5/2020), menyebutkan, pada periode Lebaran tahun ini, BI menyiapkan uang tunai Rp 157,96 triliun. Jumlah ini turun 17,7 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Solichin Lutfiyanto mengatakan, BRI menyiapkan uang tunai Rp 37,2 triliun pada periode Ramadhan dan Idul Fitri 2020. Jumlah ini turun 22,82 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp 48,2 triliun.
”Tren kebutuhan uang tunai menjelang Lebaran menurun karena masyarakat beralih ke transaksi digital. Tahun ini pandemi Covid-19 menjadi faktor lain yang memengaruhi penurunan,” ujar Solichin.
Untuk memastikan kelancaran distribusi uang tunai ke seluruh wilayah di Tanah Air, BRI menyiagakan 236 kantor di Indonesia untuk melayani masyarakat secara terbatas. Selain itu, ada 18.867 mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan 3.809 mesin setor tarik tunai (CRM) di seluruh Indonesia.
”BRI telah menyiapkan gugus tugas khusus yang akan berpatroli dan mengecek mesin-mesin itu secara berkala,” tuturnya.
Direktur Operasi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan menyampaikan, sejak 4 Mei 2020, Bank Mandiri menyiapkan uang tunai Rp 19,2 triliun. Jumlah ini lebih rendah 65 persen daripada periode 2019, yakni Rp 54,9 triliun.
Kalkulasi mengenai kebutuhan uang tunai yang berkurang itu, antara lain, mempertimbangkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), cuti bersama yang lebih singkat, dan larangan mudik.
”Uang tunai tersebut untuk memenuhi kebutuhan mengisi ATM Bank Mandiri, yaitu Rp 1,7 triliun per hari pada periode Ramadhan dan libur Lebaran,” jelas Panji dalam penjelasan tertulis.
Bank Mandiri menyiagakan 121 kantor yang beroperasi secara terbatas pada pukul 09.00-14.00. Jumlah cabang yang beroperasi itu lebih sedikit dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena mengikuti pemberlakuan PSBB di sejumlah wilayah di Indonesia. Meski demikian, Panji memastikan Bank Mandiri menyiapkan jaringan teknologi informasi secara optimal untuk mengantisipasi lonjakan transaksi pada kanal pembayaran elektronik.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan uang tunai Rp 10,24 triliun per pekan untuk memenuhi kebutuhan uang tunai nasabah pada Ramadhan 2020. Penyediaan dana tunai ini turun 17 persen dibandingkan dengan tahun lalu, yakni Rp 12,31 triliun per pekan.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI YB Hariantono menyampaikan, kebutuhan uang tunai turun karena penerapan PSBB di sejumlah wilayah. Sejumlah tempat rekreasi dan pusat perbelanjaan tutup sehingga aktivitas penarikan uang tunai berkurang.
”Penyebab lain, tidak ada libur panjang Lebaran karena digeser ke 28-31 Desember 2020,” ujar Hariantono.
Menurut dia, kebutuhan uang tunai di kantor BNI juga turun 23 persen. Penurunan ini merupakan konsekuensi dari pengalihan operasi 30 persen kantor BNI, dari total 1.984 kantor, untuk menekan penyebaran Covid-19.
Nontunai
Perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja selama pandemi Covid-19, dari belanja di luar jaringan menjadi belanja dalam jaringan, turut berperan dalam penurunan kebutuhan uang tunai.
Salah seorang konsumen yang mengaku cara belanjanya berubah adalah Galuh Widya (30), warga Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Selama pandemi Covid-19, Galuh dan keluarganya mengurangi kegiatan di luar rumah. Maka, kebutuhan sehari-hari dipenuhi dengan cara berbelanja di laman perdagangan elektronik.
”Saya jadi lebih banyak belanja daring, khususnya untuk kebutuhan dapur, seperti daging, sayur, dan buah,” ujarnya.
Kebutuhan sehari-hari dipenuhi dengan cara berbelanja di laman perdagangan elektronik.
Pilihan berbelanja melalui laman daring juga semakin banyak. Adapun sistem pembayaran yang digunakan juga bervariasi.
Dalam sebulan terakhir, Galuh hanya satu-dua kali mengambil uang tunai di mesin ATM. Kendati sebagian besar transaksinya sudah secara nontunai, Galuh masih memerlukan uang tunai untuk sejumlah keperluan, di antaranya membayar iuran bulanan untuk pengangkut sampah dan membeli air minum di dalam galon.
Sementara itu, Andini Chitra (38), warga Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, DKI Jakarta, juga dimudahkan keberadaan e-dagang. ”Kantor saya menerapkan bekerja dari rumah sejak 16 Maret. Selama dua bulan terakhir saya belanja secara daring,” ujarnya. (DIM)