Pandemi Covid-19 menggerakkan nurani sejumlah masyarakat untuk saling berbagi. Sukarelawan dan pemerintah rutin membagikan sebungkus nasi agar masyarakat terdampak tetap bisa bertahan, setidaknya satu hari.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menggerakkan nurani sejumlah masyarakat untuk saling berbagi. Sukarelawan dan pemerintah rutin membagikan sebungkus nasi agar masyarakat terdampak tetap bisa bertahan setidaknya satu hari.
Di Surabaya, pembagian nasi bungkus dilakukan oleh sukarelawan dan Pemerintah Kota Surabaya. Sasarannya adalah warga kurang mampu terdampak Covid-19 dan warga yang menjalani karantina mandiri, seperti orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan beserta keluarganya.
Dalam sehari, kapasitas saya untuk membuat dan membagikan nasi bungkus hanya 50. Jika terlalu banyak, dikhawatirkan tidak bisa dilakukan secara konsisten. (Manik Priyo Prabowo)
Salah satu sukarelawan nasi bungkus, Manik Priyo Prabowo, di Surabaya, Minggu (17/5/2020), mengatakan, setiap hari dia membagikan 50 nasi bungkus kepada warga terdampak, seperti tukang ojek daring, pegawai yang gajinya dipotong, dan masyarakat yang kehilangan pekerjaan.
”Dalam sehari, kapasitas saya untuk membuat dan membagikan nasi bungkus hanya 50. Jika terlalu banyak, dikhawatirkan tidak bisa dilakukan secara konsisten,” katanya.
Pembagian nasi bungkus dimulai pada awal bulan Ramadhan dan berakhir saat Lebaran. Nasi bungkus dibagikan di empat hingga lima lokasi setiap hari. Anggaran untuk satu nasi bungkus sekitar Rp 7.000 dengan menu wajib olahan telur ayam.
Dalam memproduksi nasi bungkus, Manik melibatkan tetangganya yang bekerja sebagai pedagang sayur. Ketika pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar diberlakukan di Surabaya, omzetnya turun karena jam operasional berkurang. Pedagang tersebut akhirnya mau berpartisipasi untuk memasak tanpa imbalan.
Agar gerakan pembagian 50 nasi bungkus per hari terlaksana, dia mengajak teman-temannya berdonasi senilai Rp 60.800 per orang. Ajakan itu diberikan kepada teman-teman yang cukup secara finansial sehingga kemungkinan besar akan membantu. ”Banyak yang memberikan bantuan lebih dari yang saya perhitungkan,” ujarnya.
Kelebihan donasi itu akhirnya diberikan kepada tetangganya di kampung yang terdampak Covid-19, tetapi belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dia berharap masyarakat bisa menghadapi pandemi dengan gerakan yang berawal dari sebungkus nasi.
Keluarga ODP
Di sisi lain, Pemkot Surabaya juga membagikan nasi bungkus kepada warga yang menjalani karantina mandiri. Setiap hari, lebih dari 3.000 bungkus makanan dibagikan kepada ODP dan PDP beserta keluarganya yang menjalani karantina di rumah masing-masing.
Yang memasak serta mengolah minuman penambah stamina seluruhnya dikerjakan oleh pegawai di lingkungan Pemkot Surabaya, dilakukan secara bergiliran. (Tri Rismaharini)
Membagikan langsung nasi bungkus atau nasi kotak juga dilakukan oleh banyak perusahaan, organisasi masyarakat, partai politik, dan tempat ibadah, yang berlangsung sejak pertengahan Maret 2020.
”Yang memasak serta mengolah minuman penambah stamina seluruhnya dikerjakan oleh pegawai di lingkungan Pemkot Surabaya, dilakukan secara bergiliran,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Surya.
Nasi kotak langsung diantar oleh petugas dari kelurahan kepada penerima, terutama yang berstatus ODP, PDP, dan orang tanpa gejala (OTG).
Pembagian nasi bungkus juga dilakukan Tim Covid-19 Gereja Katolik Roh Kudus Surabaya. Menurut koordinator Tim Covid-19, Lusia Yekti, membagikan nasi bungkus bagi mereka yang terdampak virus korona sudah dilakukan oleh Gereja Katolik Roh Kudus Surabaya sejak Selasa, 14 April 2020.
Sampai hari ini, tak kurang dari 4.000 nasi bungkus sudah dibagikan kepada warga yang terdampak Covid-19, warga yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan, juga tukang parkir, tenaga kebersihan di tempat penampungan sementara, serta pengemudi angkutan barang umum dan daring.
Nasi bungkus yang dananya bersumber dari sumbangan umat juga diolah atau dimasak oleh pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang ada di paroki ini sehingga kualitas dan kebersihannya benar-benar bisa dijamin.
”Pembagian nasi bungkus yang direncanakan berlangsung hingga 22 Mei 2020 tersebut selalu dilakukan oleh dua tim. Tim dibagi dua, yakni satu di pinggir jalan sekitar gereja dan tim lain mencari penerima dengan mendatangi tempat pembuangan sampah, penarik becak, serta pengemudi angkutan barang dan tukang parkir,” kata Lusia Yekti.
Khusus selama bulan Ramadhan, pembagian nasi bungkus melibatkan rukun warga (RW) dan masjid di sekitar Rungkut dan Gunung Anyar. Sejak Mei, penyaluran nasi bungkus dilakukan sore hari pada Senin, Rabu, dan Jumat.
Terus menyalurkan nasi bungkus atau nasi kotak, menyalurkan sumbangan dari banyak kolega, juga dilakukan pelaku usaha katering di Sidoarjo. Paling tidak setiap hari 50-100 nasi bungkus/kotak dibagikan kepada yang paling berhak menikmati, yakni pengemudi angkutan umum, pengemudi ojek daring, juga penarik becak.
”Nasi bungkus/kotak yang dibagikan merupakan sumbangan dari banyak teman. Saya memasak sekaligus membagikan. Jika nasi bungkus harganya Rp 10.000 dan nasi kotak Rp 15.000,” kata Pandu Muntaz.