Pariwisata Bersiap Hadapi Normal Baru Pasca-Pandemi Covid-19
Pariwisata memasuki era normal baru. Industri ditantang untuk bangkit dan beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sektor pariwisata yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 tengah memasuki era normal baru. Perubahan paradigma tengah berlangsung dan sejumlah protokol baru akan diterapkan untuk menyambut kondisi normal baru di industri pariwisata.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengemukakan, sektor pariwisata yang menyerap banyak lapangan kerja sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Sementara sulit untuk memprediksi kapan pandemi tersebut akan berakhir. Akan tetapi, industri pariwisata harus terus berlanjut dan memasuki era normal baru.
Era normal baru membawa peran baru, jalan baru, dan ekspektasi di sektor pariwisata. Digitalisasi berkembang cepat di luar dugaan. Bisnis pariwisata harus beradaptasi terhadap kondisi yang baru serta mengatur kembali strategi model bisnis agar bisa bertahan di era normal baru, dengan menyesuaikan perkembangan teknologi.
”Bisnis pariwisata dan pekerjanya harus terus melakukan observasi dan mempelajari peluang untuk berkembang. Industri harus mulai fokus menerapkan standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan dalam operasional bisnis,” katanya, dalam Seminar Virtual Pariwisata International ke-2 ”Changes of The Tourism Paradigm in The Era of New Normal”, Jumat (15/5/2020).
Pihaknya sedang memformulasikan sejumlah protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan untuk industri pariwisata. Sebelum menerapkan protokol itu, sejumlah tahapan penting akan dilakukan. Di antaranya persiapan, simulasi, sosialisasi, dan uji coba. Jika seluruh tahapan berhasil dilaksanakan, industri pariwisata akan kembali dibuka.
Pihaknya akan berkoordinasi dengan World Travel and Tourism Council (WTTC) untuk memastikan protokol tersebut sesuai dengan standar global dan memberikan dampak positif bagi wisatawan serta pekerja di sektor pariwisata. Penerapan standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan di setiap destinasi wisata menjadi standar penting yang akan membangkitkan kepercayaan wisatawan dan memulihkan industri.
Presiden dan CEO WTTC Gloria Guevara Manzo mengemukakan, pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap industri perjalanan dan pariwisata dunia yang selama ini berkontribusi besar terhadap ekonomi dunia. Tahun lalu, sektor ini mampu menyerap 330 juta orang di seluruh dunia dengan produk domestik bruto (PDB) mencapai 8,9 triliun dollar AS atau tumbuh 3,5 persen.
Namun, akibat pandemi Covid-19, jumlah tenaga kerja di sektor perjalanan dan pariwisata telah berdampak pada hilangnya 100 juta pekerjaan atau turun 31 persen dengan nilai 2,7 triliun dollar AS. Dampak yang ditimbulkan bahkan mencapai lima kali lipat dibandingkan dengan dampak krisis finansial global tahun 2008.
Gloria menambahkan, untuk bisa memulihkan sektor pariwisata lebih cepat diperlukan upaya beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19. Di antaranya menerapkan protokol global terkait standar kebersihan, kesehatan, dan keamanan guna mengembalikan tingkat kepercayaan wisatawan dan pengunjung. Perilaku higienis dan standar kesehatan akan berlanjut pascapandemi.
Selain itu, kolaborasi pemerintah dan swasta juga menjadi kunci untuk membangkitkan industri pariwisata. Diperlukan penerapan prosedur pengecekan kesehatan yang terintegrasi dengan riwayat kontak pengunjung yang datang, protokol isolasi pengunjung yang terinfeksi, ataupun penerapan teknologi baru atau aplikasi yang dapat memantau tingkat keramaian di suatu lokasi.
Pihaknya akan menerbitkan protokol global terkait industri pariwisata dan perjalanan dalam waktu dekat. ”Protokol kesehatan dan keamanan harus diterapkan untuk bisa meyakinkan konsumen bahwa industri pariwisata dan perjalanan telah menerapkan protokol yang tepat,” katanya.
Di sisi lain, dalam jangka pendek, pelaku industri dapat fokus menggarap pariwisata lokal dan penerbangan domestik, sambil menunggu kebijakan negara-negara lain untuk melonggarkan penutupan total (lockdown) dan membuka jalur wisata. Untuk itu, protokol kesehatan dan keamanan juga perlu diterapkan industri maskapai penerbangan.
CEO Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengemukakan, industri penerbangan sangat terdampak pandemi Covid-19. Situasi pandemi Covid-19 belum dapat diprediksi kapan berakhir. Dari hasil survei, sekitar 56 persen pelancong masih melihat dan menunggu kapan pandemi Covid-19 berakhir dengan waktu penantian hingga 3-9 bulan. Kondisi itu memberatkan industri penerbangan untuk bisa bertahan dan menunggu kembali situasi normal.
Di sisi lain, pihaknya berkomitmen untuk beradaptasi dengan kondisi normal baru. Era normal baru memberikan peluang bagi maskapai nasional itu untuk tetap fokus pada bisnis penerbangan layanan penuh (full service) dengan mengedepankan protokol kesehatan dan keamanan penumpang. Selain itu, dalam jangka pendek, membidik pasar penerbangan domestik.
”Hal penting yang juga kami dorong adalah meningkatkan antusias masyarakat untuk traveling lagi. Ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan pelaku pariwisata, perhotelan, dan lain-lain. Targetnya, wisatawan domestik melakukan kunjungan ke sejumlah destinasi di Indonesia, dengan protokol kesehatan dan keamanan yang diterapkan. Inilah target kita bersama untuk membuat wisatawan tertarik,” katanya.
CEO Panorama Group Budi Tirtawisata mengemukakan, upaya pemulihan industri MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) untuk tahap awal akan fokus menggarap bisnis pertemuan tersebut untuk kapasitas kecil di bawah 500 orang. Jika kondisi terus membaik, pertemuan atau kegiatan skala besar akan kembali digulirkan.
Selama pandemi Covid-19, kegiatan MICE mengalami penundaan dan hanya sedikit berujung pembatalan. Penundaan itu rata-rata berlangsung hingga triwulan IV-2020. Pihaknya berharap kegiatan MICE mulai bangkit pada 2021 seiring kepercayaan masyarakat untuk kembali melakukan perjalanan.