Dua Kluster Penularan Covid-19 di Manado Makin Besar
Kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara menembus angka 100 per Sabtu (16/5/2020) siang, dengan hampir 60 persen kasus terpusat di ibu kota provinsi, Manado.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara menembus angka 100 per Sabtu (16/5/2020) siang, dengan hampir 60 persen kasus terpusat di ibu kota provinsi, Manado. Terdapat dua kluster penularan besar di Manado yang dinamakan kluster Pasar Pinasungkulan dan kluster fasilitas kesehatan B. Pemerintah kota mempertimbangkan penutupan pasar.
Dengan penambahan 22 kasus baru di Sulut pada Jumat malam, total kasus positif Covid-19 di Sulut menyentuh angka 105. Sebanyak 68 penderita masih dirawat dan tersebar di 14 rumah sakit di sembilan kota dan kabupaten. Sebanyak 31 pasien telah sembuh, sementara enam pasien meninggal.
Sebanyak 19 dari 22 kasus baru yang diidentifikasi adalah warga Manado. Artinya, 62 warga Manado telah positif Covid-19, 41 di antaranya masih dirawat. Sedikitnya empat orang meninggal, sedangkan 17 lainnya sembuh.
Paling banyak ada di Kecamatan Wanea, yaitu 21 kasus positif.
Dalam pernyataan pers pada Sabtu siang, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Manado Sanil Marentek mengatakan, penambahan kasus ini tergolong signifikan. ”Paling banyak ada di Kecamatan Wanea, yaitu 21 kasus positif,” ujarnya.
Sebagian kasus di kecamatan ini masuk dalam kluster Pasar Pinasungkulan. Pasar ini adalah satu dari empat pasar tradisional besar di Manado yang menjadi salah satu pusat penularan Covid-19. Kluster ini sebelumnya disebut sebagai kluster Karombasan karena letak pasar di Kelurahan Karombasan Utara.
Kluster ini terbentuk sejak seorang pria 68 tahun asal Manado diumumkan sebagai Kasus 41 di Sulut pada 28 April, lalu meninggal pada 30 April. Ia tidak memiliki riwayat perjalanan.
Hingga kini, total ada 10 orang dalam kluster tersebut. Lima di antaranya adalah kontak erat risiko tinggi dari pria 52 tahun yang lebih dulu diumumkan sebagai Kasus 46 di Sulut. Terkait hal ini, Sanil mengatakan, pemerintah kota akan segera berembuk untuk menutup, memindahkan, atau membiarkan Pasar Pinasungkulan tetap buka.
”Kami sudah menerima banyak masukan dari masyarakat. Dalam waktu dekat, akan diambil keputusan. Kalau diputuskan Pasar Pinasungkulan tetap di situ, kami akan atur jarak antarlapak pedagang agar sesuai dengan prinsip physical distancing serta rutin menyemprotkan disinfektan,” tutur Sanil.
Menutup pasar
Untuk sementara, Wali Kota Manado Vicky Lumentut memerintahkan tes cepat massal bagi para pedagang di Pasar Pinasungkulan. Jika ada pedagang yang hasil tes cepatnya reaktif atau ada kasus baru pada Sabtu sore, Vicky mungkin akan menutup pasar untuk sementara.
”Nantinya, selama masa penutupan sementara, para pedagang akan dipindahkan ke sekitar lokasi Stadion Klabat Manado. Direksi PD Pasar Manado sudah saya minta untuk menyiapkan tempatnya,” ujar Vicky mengacu pada lokasi di dekat permukiman warga yang hanya sekitar 850 meter dari Pasar Pinasungkulan.
Untuk mencegah penularan, Pemerintah Kota Manado juga telah membatasi waktu operasi pasar swalayan pada pukul 10.00-21.00 Wita dan restoran pada pukul 10.00-20.00 Wita. Kendati begitu, beberapa rumah makan dan depot tetap buka hingga dini hari menjelang waktu sahur untuk melayani umat Islam selama Ramadhan.
Selain Pasar Pinasungkulan, kluster yang juga berkembang di Manado adalah kluster yang disebut Fasilitas Kesehatan (Faskes) B. Sebanyak 12 orang telah tertular di Faskes B, semuanya petugas kesehatan, sembilan di antaranya diumumkan pada Jumat malam.
Pandemi ini belum selesai, belum ada tanda-tanda kurva jumlah kasus akan melandai. Kami minta masyarakat membantu kami dengan mengindahkan imbauan jaga jarak yang telah diumumkan pemerintah provinsi serta kota/kabupaten.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut Steaven Dandel mengatakan, sudah 25 petugas di faskes yang tertular Covid-19, termasuk dokter, perawat, dan petugas lainnya. ”Kluster Faskes B ini akan kami teliti lebih jauh karena pertambahan kasusnya demikian banyak. Pelaksanaan prosedur operasi standar kesehatan di sana akan kami tinjau,” lanjutnya.
Steaven menyatakan, 22 kasus yang diumumkan pada Jumat malam adalah yang terbanyak setelah kasus pertama di Sulut diumumkan pada 14 Maret lalu. Sekalipun mengejutkan, ini berarti pemantauan dan pelacakan kasus dapat berlangsung lebih cepat. Bahkan, ada 12 kasus baru yang belum resmi diumumkan karena perlu verifikasi.
”Pandemi ini belum selesai, belum ada tanda-tanda kurva jumlah kasus akan melandai. Kami minta masyarakat membantu kami dengan mengindahkan imbauan jaga jarak yang telah diumumkan pemerintah provinsi serta kota/kabupaten,” kata Steaven.
Dalam diskusi daring, Rabu (6/5/2020), Suryadi Tatura, konsultan infeksi dan penyakit tropis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr RD Kandou Manado, menyatakan, Manado seharusnya sudah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hingga kini, masyarakat masih beraktivitas di luar rumah.
Dengan keadaan saat ini, pertambahan kasus masih jauh dari puncak. Bahaya semakin besar karena secara ilmiah transmisi Covid-19 belum benar-benar dimengerti. Apalagi, virus SARS-CoV-2 di Indonesia telah bermutasi sehingga berbeda dengan virus sejenis di negara lain, seperti Amerika Serikat dan Jepang.
”Banyak penyebar virus yang tak memperlihatkan gejala. Rata-rata penderita dapat menularkan penyakit ke satu hingga lima orang. Karena itu, kalau dia dikarantina dan dirawat sebulan bersama anggota keluarga lainnya, dipastikan virus itu mati. Perlu aturan yang tegas dan ketat juga agar warga diam di rumah,” tutur Suryadi.