Bulog mulai menggelontorkan gula ke pedagang pasar dengan harga Rp 11.000 per kg. Harapannya, pedagang pasar dapat menjual ke konsumen dengan harga Rp 12.500 per kg.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam rangka menstabilkan harga gula di tingkat konsumen, pemerintah melalui Perum Bulog mulai menggelontorkan gula ke pasar tradisional. Penggelontoran ini diharapkan efektif karena bekerja sama dengan pedagang pasar.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis, rata-rata nasional harga gula di tingkat konsumen, Jumat (15/5/2020), tembus Rp 17.600 per kilogram (kg). Harga ini berada di atas acuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, yaitu Rp 12.500 per kg.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, Bulog mulai menggelontorkan gula ke pedagang pasar dengan harga Rp 11.000 per kg. ”Harapannya, pedagang tersebut dapat menjual ke konsumen dengan harga Rp 12.500 per kg,” katanya melalui siaran pers saat mengunjungi Pasar Jatinegara, Jakarta, Jumat.
Bulog mulai menggelontorkan gula ke pedagang pasar dengan harga Rp 11.000 per kg. Harapannya, pedagang tersebut dapat menjual ke konsumen dengan harga Rp 12.500 per kg.
Menurut Budi, harga gula saat ini menunjukkan urgensi intervensi pasokan oleh pemerintah. Kegiatan stabilisasi harga gula yang bekerja sama dengan pedagang pasar ini dilaksanakan serentak di seluruh pasar di Indonesia hingga Lebaran nanti.
”Bulog mengalokasikan 200 kg gula ke tiap pedagang di pasar tradisional. Apabila suplainya mulai habis, pedagang itu dapat melapor dan Bulog akan mengisi lagi pasokan gula tersebut,” ujarnya.
Sebelumnya, Budi menyatakan, sebanyak 22.000 ton gula kristal putih (GKP) yang diimpor dari India telah sampai di gudang Bulog. Gula ini merupakan bagian dari alokasi izin impor GKP yang sebanyak 50.000 ton.
Dalam telekonferensi pers terkait pangan yang diadakan Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Kamis lalu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan Muhri optimistis harga gula di tingkat konsumen akan stabil.
Ini lantaran datangnya impor GKP secara berangsur-angsur yang diperkirakan sebanyak 150.000 ton. Jumlah tersebut sesuai dengan izin impor yang diterbitkan untuk tiga badan usaha milik negara (BUMN), termasuk Bulog.
Kasan menyebutkan, gula yang diimpor PT Perusahaan Perdagangan Indonesia akan datang pada 19 Mei 2020. Adapun penyaluran gula yang diimpor melalui BUMN ini akan menyasar ritel dan pasar tradisional.
Gula yang diimpor PT Perusahaan Perdagangan Indonesia akan datang pada 19 Mei 2020. Adapun penyaluran gula yang diimpor melalui BUMN ini akan menyasar ritel dan pasar tradisional.
Peritel mengeluh
Dalam konferensi pers yang sama, peritel mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan gula. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey menuturkan, pada 22 April 2020 pihaknya mendapatkan informasi dari Kementerian Perdagangan untuk dapat mengakses sebanyak 160.000 ton GKP yang berada di industri rafinasi.
Setelah mendapatkan informasi itu, Roy mengadakan pertemuan asosiasi secara internal. ”Kami pun segera mendatangi industri rafinasi untuk mendapatkan pasokan. Namun, sisa GKP yang ada hanya 93.000 ton. Artinya, dalam dua hari, pasokan sebanyak hampir 70.000 ton itu tak tahu pergi ke mana,” katanya.
Dengan sisa gula sebanyak 93.000 ton tersebut, Roy menyebutkan, asosiasinya hanya mendapatkan alokasi 30.000 ton. Berdasarkan perhitungannya, jumlah ini setara dengan 25 persen kebutuhan dalam sebulan. Dampaknya, alokasi itu tak dapat menurunkan harga gula dan mengatasi kelangkaan gula di ritel.