Pengecekan Persetujuan Akhir Virtual Jadi Andalan di Tengah Pandemi
Selama ini, pengecekan persetujuan akhir (FAT) selalu dengan tatap muka dengan klien, konsultan, dan kontraktor terkait. Hal ini membutuhkan tambahan biaya penginapan, akomodasi, dan transportasi lintas negara.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Schneider Electric Indonesia mengandalkan pengecekan persetujuan akhir secara virtual dalam prosedur bisnisnya di tengah pandemi Covid-19. Metode ini berjalan efektif dan efisien dalam rangkaian proses manufaktur yang melibatkan berbagai pihak.
Plant Director Schneider Electric Cikarang Indonesia Joko Sutopo menuturkan, pengecekan persetujuan akhir atau final acceptance test (FAT) merupakan prosedur pengujian terakhir terhadap kecocokan dan kepaduan komponen hasil produksi Schneider Electric di Indonesia dengan manufaktur klien atau konsumen. Teknologi ini berbasis kamera untuk menjalankan FAT virtual ini secara real time dengan klien.
”FAT virtual dapat dijalankan apabila komponen lain yang terlibat dalam manufaktur klien sudah terdigitalisasi,” katanya saat telekonferensi pers di Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Sejak awal tahun hingga April 2020, Joko menyebutkan, sudah ada 20 klien Schneider Electric Indonesia yang berasal dari negara lain, seperti Rusia, Perancis, dan Taiwan, yang memanfaatkan FAT virtual. Dalam skala nilai 1-10, tingkat kepuasannya berada di angka 9 atau 10. Jumlah klien itu tergolong meningkat signifikan lantaran pada tahun sebelumnya hanya satu klien yang memanfaatkan fasilitas FAT virtual.
”Selama ini, FAT selalu diadakan dengan tatap muka atau pertemuan fisik dengan klien, konsultan, dan kontraktor terkait. Hal ini membutuhkan tambahan biaya penginapan, akomodasi, dan transportasi lintas negara,” ujarnya.
Selama ini, FAT selalu diadakan dengan tatap muka atau pertemuan fisik dengan klien, konsultan, dan kontraktor terkait. Hal ini membutuhkan tambahan biaya penginapan, akomodasi, dan transportasi lintasnegara.
Dari sisi keamanan siber, Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia Fadli Hamsani mengemukakan, sistem layanan tersebut sudah terjamin mengikuti standar yang ada. Standar itu meliputi tiga aspek yang terdiri dari keamanan teknologi (berupa pemasangan firewall dan segmentasi jaringan), proses, dan sumber daya manusia.
Metode yang serupa dengan FAT virtual juga dimanfaatkan untuk pengontrolan dan perbaikan mesin atau komponen secara jarak jauh. Sebagai gambaran, terdapat ahli yang secara jarak jauh memandu teknisi yang ada untuk memperbaiki mesin atau komponen yang sedang mengalami gangguan.
Pandemi Covid-19 dan imbauan untuk menjaga jarak fisik membuat manfaat penggunaan teknologi internet untuk segala (internet-of-things/IoT) di sektor manufaktur, khususnya Schneider Electric Indonesia, terlihat kian strategis. Fadli menyatakan, perusahaannya saat ini dapat memantau baik kinerja mesin maupun produksi secara real time, tetapi jarak jauh dengan sistem berbasis IoT tersebut.